Badai Matahari Mei 2024

Badai Matahari Mei 2024 merupakan serangkaian badai matahari yang terjadi selama periode 10-12 Mei 2024.[1] Dikategorikan sebagai salah satu peristiwa paling ekstrem dalam dua dekade terakhir.[2] Peristiwa ini dipicu oleh aktivitas kuat dari bintik matahari NOAA 13664 (AR3664) yang menghasilkan lontaran massa korona (CME) dan beberapa suar matahari dengan intensitas tinggi. Badai geomagnetik yang ditimbulkan mencapai level G5 ("Ekstrem") menurut skala NOAA/SWPC, menjadikannya yang terkuat sejak peristiwa serupa pada Maret 1989 dan Oktober 2003.[3] Serta telah menghasilkan aurora pada lintang yang jauh lebih rendah daripada biasanya pada kedua belahan bumi.[4]

Badai Matahari Mei 2024
Aurora australis yang dilihat di daerah pinggiran kota di selatan Melbourne 38° S
TanggalMay 10, 2024; 7 bulan lalu (May 10, 2024)
JenisLontaran massa korona
Bagian dari siklus Matahari 25
Rekaman aktifitas matahari dari daerah bintik matahari 3664 pada jam 10 AM UTC, 9 Mei 2024

Badai geomagnetik yang mencapai level G5 ini juga memberikan tekanan besar pada sistem satelit di orbit Bumi. Operasional satelit komunikasi, seperti Starlink milik SpaceX, berada dalam kondisi rawan karena peningkatan radiasi matahari yang signifikan.[5] Selain itu, peningkatan aktivitas matahari ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi fenomena ruang angkasa yang ekstrem.[2]

Dampak

sunting

Badai Matahari Mei 2024 memberikan dampak yang signifikan terhadap teknologi modern dan kehidupan sehari-hari. Peristiwa ini menimbulkan berbagai gangguan di sejumlah sektor penting, termasuk komunikasi, navigasi, jaringan listrik, dan fenomena atmosfer.

1. Gangguan Jaringan Listrik

sunting

Badai geomagnetik yang terjadi menyebabkan gangguan pada jaringan listrik di berbagai wilayah. Lonjakan medan geomagnetik yang kuat menyebabkan pemadaman listrik di Swedia dan kerusakan infrastruktur listrik di Afrika Selatan.[2] Hal ini menjadi peringatan akan kerentanan jaringan listrik terhadap fenomena ruang angkasa yang ekstrem.

2. Disrupsi Komunikasi dan Navigasi

sunting

Komunikasi radio gelombang pendek mengalami pemadaman luas di wilayah Eropa, Afrika, dan sebagian Asia. Sistem navigasi berbasis satelit, termasuk GPS, mengalami gangguan akurasi akibat peningkatan radiasi matahari.[6] Hal ini memengaruhi transportasi udara, laut, dan layanan darurat yang bergantung pada navigasi presisi.

3. Fenomena Aurora

sunting

Fenomena aurora yang dihasilkan oleh badai geomagnetik terlihat di lintang rendah, mencakup wilayah seperti Texas di Amerika Serikat, Spanyol, dan beberapa bagian Afrika Utara.[7] Fenomena ini menarik perhatian masyarakat di seluruh dunia, juga menjadi indikator intensitas tinggi dari badai geomagnetik yang sedang berlangsung.

4. Dampak pada Satelit dan Operasional Antariksa

sunting

Satelit komunikasi dan pengamatan Bumi menghadapi risiko kerusakan akibat paparan radiasi matahari yang meningkat. Sistem Starlink milik SpaceX dilaporkan berada dalam tekanan besar selama badai, meskipun mitigasi yang dilakukan berhasil mengurangi dampak jangka panjang.[5] Peristiwa ini menyoroti pentingnya langkah mitigasi bagi operasional satelit di masa depan.

5. Transportasi Udara

sunting

Paparan radiasi yang tinggi pada ketinggian tertentu memaksa beberapa maskapai penerbangan untuk mengalihkan rute pesawat, terutama pada penerbangan lintas kutub.[8] Langkah ini dilakukan untuk melindungi penumpang dan awak pesawat dari risiko radiasi.

Penyebab dan karakteristik

sunting

Penyebab

sunting

Badai Matahari Mei 2024 disebabkan oleh aktivitas intens dari bintik matahari NOAA 13664 (AR3664) yang dikenal sebagai salah satu bintik matahari terbesar selama siklus matahari ke-25. Aktivitas ini menghasilkan sejumlah lontaran massa korona (CME) yang mengarah langsung ke Bumi, diiringi dengan suar matahari kelas X dengan intensitas tinggi. Suar-suar matahari ini dilepaskan pada 8 hingga 14 Mei 2024, dengan puncak aktivitas pada 11 Mei, ketika terjadi suar kelas X5.4 yang terkait dengan CME halo penuh.[2][8]

Lontaran massa korona bergerak dengan kecepatan rata-rata 800 kilometer per detik, mencapai magnetosfer Bumi dalam waktu sekitar dua hingga tiga hari setelah pelepasan dari Matahari. Proses ini menyebabkan gangguan signifikan pada medan magnet Bumi, memicu badai geomagnetik ekstrem (level G5) dengan indeks Kp mencapai 9 dan Dst (Disturbance Storm Time) mencapai -412 nT.[9]

Karakteristik

sunting

1. Suar Matahari Kelas X

sunting

Peristiwa ini ditandai oleh beberapa suar matahari dengan intensitas tinggi, termasuk suar kelas X1.0, X3.98, dan X5.4.[6] Suar matahari kelas X merupakan kategori tertinggi dalam skala intensitas yang menunjukkan potensi besar untuk menyebabkan dampak signifikan di Bumi.

2. Lontaran Massa Korona (CME)

sunting

CME yang dihasilkan bersifat halo penuh, menandakan bahwa plasma dan partikel bermuatan yang dilepaskan dari Matahari bergerak ke segala arah, termasuk menuju Bumi. CME ini menciptakan tekanan besar pada magnetosfer Bumi, memicu badai geomagnetik dengan intensitas tinggi.[10]

3. Aurora pada Lintang Rendah

sunting

Dampak badai geomagnetik menciptakan aurora yang terlihat di lintang rendah, seperti di Texas, Spanyol, dan Afrika Utara. Ini merupakan salah satu karakteristik yang menunjukkan kuatnya aktivitas badai geomagnetik.[7]

4. Efek pada Radiasi Matahari

sunting

Badai ini juga menyebabkan peningkatan radiasi matahari yang signifikan, dengan lonjakan aktivitas partikel bermuatan yang memengaruhi pesawat terbang di rute lintas kutub dan operasional satelit.[8]

Galeri

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ Media, Kompas Cyber (2024-05-13). "Badai Matahari Mei 2024 Jadi yang Terkuat dalam 20 Tahun Terakhir, Apa Saja Dampaknya? Halaman all - Kompas.com". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  2. ^ a b c d Indonesia, CNN. "Badai Matahari Paling Ekstrem dalam 20 Tahun Terakhir Hantam Bumi". teknologi. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  3. ^ Miller, Katrina; Penn, Ivan; Lindner, Emmett (11 May 2024). "Northern Lights Set to Return During Extreme Solar Storm's 2nd Night - Electrical utilities said they weathered earlier conditions as persistent geomagnetic storms were expected to cause another light show in evening skies". The New York Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 12 May 2024. Diakses tanggal 12 May 2024. 
  4. ^ Ralls, Eric (10 May 2024). "Auroras expected all weekend across the U.S. as massive solar storm hits Earth". Earth.com (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 11 May 2024. Diakses tanggal 11 May 2024. 
  5. ^ a b Indonesia, CNN. "Elon Musk Ungkap Nasib Starlink saat Badai Matahari Dahsyat Serbu Bumi". teknologi. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  6. ^ a b tim. "Daftar Dampak Badai Matahari Ekstrem 2024, Aurora Hingga Listrik Padam". teknologi. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  7. ^ a b REUTERS, AFP, AP,. "FOTO: Penampakan Cantik Aurora di Sejumlah Negara Imbas Badai Matahari". teknologi. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  8. ^ a b c "Space Weather Phenomena | NOAA / NWS Space Weather Prediction Center". www.swpc.noaa.gov. Diakses tanggal 2024-12-21. 
  9. ^ May, Andrew; updated, Daisy Dobrijevic last (2022-05-20). "The Carrington Event: History's greatest solar storm". Space.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-21. 
  10. ^ "What is a coronal mass ejection or CME? - NASA" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-21.