Bakoel Koffie

perusahaan asal Indonesia

Bakoel Koffie adalah kedai kopi lokal yang berasal dari Jakarta. Kedai ini berdiri sejak tahun 1878 di Batavia, membuatnya salah satu kedai kopi tertua di Indonesia.[butuh rujukan] Pada tahun 2010, kedai kopi ini telah memiliki 5 cabang di kawasan Cikini, Senopati, Bintaro, Kelapa Gading, dan Kuningan.[1]

Sejarah

sunting

Sejarah Bakoel Koffie dimulai pada abad ke-19, ketika seorang imigran dari Cina Selatan, tepatnya Guangdong, yang bernama Liauw Tek Soen dan istrinya yang merupakan pendudukan Indonesia asli mendirikan sebuah warung nasi. Berlokasi di Molenvliet Oost (sekarang Jalan Hayam Wuruk 56/57), warung nasi tersebut ramai dikunjungi oleh pengayuh becak. Dikarenakan letak warung tersebut yang lebih tinggi daripada daerah sekitarnya, maka warga lebih sering mengenalnya dengan sebutan "Warung Tinggi". Sejak tahun 1987, tamu-tamu yang datang lebih menyukai kopi yang dijual Liauw Tek Soen dibandingkan masakan di warung tersebut.[2]

Sejak lama, Liauw Tek Soen membeli biji kopi dari seorang wanita yang membawanya dengan bakul. Liauw Tek Soen menggunakan kayu bakar untuk memanggang biji kopi tersebut dan menyeduhnya untuk para tamu. Pada tahun 1927, Liauw Tek Soen mendirikan pabrik kopi pertama di Weltevreden yang dinamakan Tek Soen Hoo (Baca: Tek Sun Ho), Eerste Weltevredensche Koffiebranderij.[3] Dua tahun kemudian, dia menyerahkan usaha keluarga tersebut ke anaknya Liauw Tek Siong ( Ayah dari Liauw Thian Djie).[4] Para pelanggan toko kopi ini telah meluas, tidak hanya penduduk lokal dan Tionghoa, tetapi juga orang Belanda, Arab, dan Jepang.

Pengembangan Usaha

sunting

Pada tahun 1930, Bakoel Koffie pertama kali mengekspor bubuk kopi ke Belanda dan pelanggan dapat memesan campuran biji robusta dan arabika. Ketika Tek Soen Hoo merayakan ulang tahun ke-60 (tahun 1938), toko tersebut telah mengembangkan metode memanggang biji kopi dengan rotating drum tetapi tetap menggunakan kayu bakar. Perayaan ulang tahun tersebut diisi dengan memberikan makanan enak kepada pengunjung dan mereka juga boleh meminum kopi sebanyak yang mereka inginkan.[2]

Tahun 1969, usaha kopi ini diteruskan oleh anak Wudjan Widjaja (Liauw Thian Djie), yaitu Darmawan Widjaja. Hingga tahun 1994, Darmawan bersama ketiga saudaranya mengelola bisnis keluarga tersebut. Selanjutnya pada tahun 1970, kopi tersebut juga diekspor ke Jepang dan Timur Tengah. Pada 1972, kemasan kopi beralih dari kertas coklat menjadi alumunium foil.[5] Pada tahun 1978, toko kopi ini menyelenggarakan perayaan ulang tahun ke 100 di Gelora Senayan, Jakarta Pusat.

Pada 2001, anak Darmawan Widjaja yaitu Syenny dan Hendra Widjaja meneruskan usaha keluarga tersebut dengan menggunakan mereka Bakoel Koffie sebagai nama toko kopi mereka dan logo yang diperkenalkan adalah wanita berkain sarung membawa bakul bambu di kepalanya. Logo ini sedikit berbeda dengan logo Warung Tinggi, suatu toko kopi yang dikembangkan oleh Rudy Widjaja (Liauw Hioeng Jan) (saudara Darmawan Widjaja).[5] Syenny yang dulunya bekerja sebagai konsultan marketing di Unilever dan Coca-Cola berperan memasarkan produk kopi tersebut. Sedangka, Hendra yang telah dilatih oleh ayahnya sejak tahun 1986 menangani bagian produksi kopi.[4][5][6]

Hubungan Bakoel Koffie dan Warung Tinggi Coffee

sunting

Setelah kematian Wudjan Widjaja pada tahun 1978, empat dari 11 anaknya yang melanjutnya usaha kopi adalah Suyanto di bagian produksi dan penjualan, Darmawan di bagian produksi dan pembelian bahan mentah, Yanti di bagian akuntansi dan keuanganan, serta Rudy di bagian administrasi dan pemasaran. Pada pertengahan 1990-an, keluarga Widjaja memutuskan untuk membagi harta keluarga. Darmawan mendapatkan gedung di Jl. Hayam Wuruk, Rudy mendapatkan hak atas nama dan bisnis Warung Tinggi, sedangkan keluarga lainnya mendapatkan warisan uang.[7] Rudy terus mengembangkan usaha kopi keluarga tersebut dengan nama Warung Tinggi di jalan Batu Jajar no. 35 B, Hayam Wuruk. Toko tersebut kini diteruskan oleh putrinya yang bernama Angelica Widjaja.[8] Meskipun Tek Sun Ho telah berkembang menjadi dua merek toko kopi yang berbeda, namun menurut keluarga Widjaja tidak ada persaingan bisnis di antara Warung Tinggi dan Bakoel Koffie.[7][9]

Referensi

sunting
  1. ^ Perjalanan Panjang Kedai Kopi Lokal., 26 September 2010. Kompas.com
  2. ^ a b Warung Tinggi[pranala nonaktif permanen], Jakarta.go.id - Portal Resmi Provinsi DKI Jakarta.
  3. ^ Molenvliet Tempo Doeloe (1/2), UGM. Diakses pada 9 Agustus 2013.
  4. ^ a b The Bakoel's History[pranala nonaktif permanen], Situs Resmi Bakoel Koffie. Diakses pada 9 Agustus 2013.
  5. ^ a b c Bakoel Kofie, a family affair Diarsipkan 2014-11-29 di Wayback Machine., Yenny Kwok. May 11 2005.
  6. ^ Beverage boom Coffee craze, Andreas D. Arditya, The Jakarta Post, Jakarta. March 10 2013.
  7. ^ a b Warung Tinggi - A Coffee Story Diarsipkan 2014-12-04 di Wayback Machine., The Jakarta Post. May 11 2005. Yenny Kwok.
  8. ^ Situs Resmi Warung Tinggi Coffee[pranala nonaktif permanen], Diakses 10 Agustus 2013.
  9. ^ Pemain Tua di Pasar Kopi, Erwin Y.S. dan Taufik Abriansyah. GATRA, Edisi 47 Beredar Jumat 3 Oktober 2003.