Orang Khitan

kelompok etnik nomaden yang berasal dari Mongolia dan Manchuria
(Dialihkan dari Bangsa Khitan)

Orang Khitan (Khitan: Hanzi: 契丹; Pinyin: Qìdān), atau Khitai, adalah kelompok etnik nomaden yang menghuni Mongolia dan Manchuria (Timur Laut Tiongkok) sejak abad ke-4. Mereka mendominasi wilayah di Tiongkok Utara pada abad ke-10 di bawah dinasti Liao, tetapi hanya meninggalkan sedikit relik yang masih ada hingga kini.[1] Setelah runtuhnya Liao pada tahun 1125, banyak orang Khitan pindah ke barat dan mendirikan negara Kara Khitai yang akan dihancurkan oleh Kekaisaran Mongol pada tahun 1218.

Orang Khitan
Khitai

契丹
Lukisan orang Khitan oleh Hugui (胡瓌, abad ke-9/10), berburu dengan elang
Daerah dengan populasi signifikan
Asia Tengah dan Timur
Bahasa
Khitan
Agama
Syamanisme, Buddhisme, Tengrisme, Kekristenan, Islam
Kelompok etnik terkait
Mongol, Daur

Etimologi

sunting

Terdapat beberapa pendapat tentang etimologi nama Khitan. Feng Jiasheng berpendapat bahwa Khitan adalah nama kepala puak Yuwen. Zhao Zhenji berpendapat bahwa istilah tersebut berasal dari Xianbei dan berarti "tempat tinggal orang Xianbei". Cendekiawan Jepang Otagi Matsuo percaya bahwa nama asli Khitan adalah "Xidan", yang berarti "orang yang mirip dengan orang Xi" atau "orang yang tinggal di antara orang Xi".[2]

Sejarah

sunting

Pemimpin Khitan bernama Abaoji mempersatukan puak-puak Khitan dan mendirikan dinasti Liao pada tahun 907. Wilayahnya meliputi Manchuria, Mongolia, dan beberapa wilayah Tiongkok. Meskipun transisi ke organisasi sosial dan politik kekaisaran merupakan perubahan yang signifikan bagi orang Khitan, mereka mempertahankan tradisi leluhur dan kebiasaan nomaden mereka. Catatan Tiongkok menunjukkan bahwa ibu kota dinasti berpindah-pindah menunjukkan kebiasaan nomaden.[3]

Dinasti Liao menjadi kekuatan yang signifikan di utara Tiongkok daratan, dan bergerak ke selatan dan barat, mendapatkan kendali atas bekas wilayah Tiongkok dan Turk-Uyghur.[3] Pada 1005, Perjanjian Chanyuan ditandatangani menandai perdamaian antara dinasti Liao dan dinasti Song selama 120 tahun berikutnya.[4] Selama masa pemerintahan Kaisar Daozong, korupsi merajalela sehingga memicu ketidakpuasan di antara banyak orang, termasuk orang Jurchen. Dinasti Liao akhirnya jatuh ke tangan dinasti Jin Jurchen pada tahun 1125.[5][6]

Bahasa

sunting
 
Prasasti tahun 1058 (清寧四年) yang ditemukan di Dornogovi, tertulis dalam aksara besar Khitan.

Bahasa Khitan telah punah. Bahasa Khitan digolongkan ke dalam bahasa Para-Mongolik, dan terkadang Proto-Mongolik.[7] Terdapat banyak kata serapan dari bahasa Uyghur[8] dan bahasa-bahasa Korea.[9] Terdapat dua sistem penulisan bahasa Khitan, aksara besar dan aksara kecil. Keduanya berkembang secara terpisah dan digunakan secara bersamaan di dinasti Liao. Contoh tulisan terdapat pada epitaf dan monumen. Naskah Khitan belum sepenuhnya dipahami dan lebih banyak penelitian diperlukan untuk memahami bahasa mereka.[10][11]

Kepercayaan

sunting
 
Pagoda Kuil Fogong, dibangun pada tahun 1056.

Orang Khitan menganut syamanisme. Bagi mereka, hewan memiliki peran penting. Pemburu mempersembahkan korban kepada roh hewan yang mereka buru dan mengenakan bulu dari hewan yang sama selama perburuan. Ada festival untuk menandai permulaan musim tangkap ikan dan angsa liar, pengorbanan hewan untuk langit, bumi, leluhur, gunung, dan sungai setiap tahun. Setiap laki-laki Khitan mengorbankan kuda putih, domba putih, dan angsa putih saat titik balik matahari musim dingin. Darahnya kemudian dicampur ke dalam minuman mereka.[12]

Ketika seorang bangsawan meninggal, sesajian dipersembahkan kepada bulan purnama dan bulan baru. Tubuhnya dibiarkan selama tiga tahun di pegunungan, setelah itu tulangnya akan dikremasi. Orang Khitan percaya bahwa jiwa orang mati beristirahat di suatu tempat yang disebut Gunung Hitam, dekat Provinsi Jehol.[13]

Permukiman Khitan berupa tenda-tenda yang selalu menghadap ke timur, sebagai penghormatan terhadap matahari.[14] Mereka juga mempraktikkan ramalan pada saat berperang.[12]

Referensi

sunting
  1. ^ "Kingdom of Khitans: Sudden Rise, Sudden Fall". China Daily. 2003-06-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-07. Diakses tanggal 2008-12-15. 
  2. ^ Xu, Elina-Qian (2005-02). "Historical development of the pre-dynastic Khitan" (dalam bahasa Inggris): hal. 7–8, "From designations of the Yuwen chieftains. This statement was held by Feng Jiasheng from historical and linguistic studies. (...) From their ancestor's name "Xianbei". Its Xianbei derivation was postulated by Zhao Zhenji in his work, Qidan Zuxi Yuanliu Kao (The Sources of the Khitan's Genealogy). (...) Original name "Xidan". This assumption is raised by the Japanese scholar Otagi Matuo with a historical and linguistic approach. He considers that the Khitan's original name is "Xidan" which means "the people who are similar to the Xi people" or "the people who inhabit among the Xi people.".
  3. ^ a b "China's Liao Dynasty". Asia Society (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 September 2020. 
  4. ^ Wang, Fei-Ling (2017-08-07). The China Order: Centralia, World Empire, and the Nature of Chinese Power (dalam bahasa Inggris). SUNY Press. hlm. 83, 85. ISBN 978-1-4384-6749-8. 
  5. ^ Grousset, René (1970). The Empire of the Steppes: A History of Central Asia (dalam bahasa Inggris). Rutgers University Press. hlm. 136. ISBN 978-0-8135-1304-1. 
  6. ^ Biran, Michal (2005-09-15). The Empire of the Qara Khitai in Eurasian History: Between China and the Islamic World (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 1. ISBN 978-0-521-84226-6. 
  7. ^ Janhunen, Juha A. (2012). Mongolian (dalam bahasa Inggris). John Benjamins Publishing. hlm. 4. ISBN 978-90-272-3820-7. 
  8. ^ Mote, Frederick W. (2003). Imperial China 900-1800 (dalam bahasa Inggris). Harvard University Press. hlm. 34. ISBN 978-0-674-01212-7. 
  9. ^ Vovin, Alexander (2017-06). "Koreanic loanwords in Khitan and their importance in the decipherment of the latter". Acta Orientalia Academiae Scientiarum Hungaricae (dalam bahasa Inggris). 70 (2): 207. doi:10.1556/062.2017.70.2.4. ISSN 0001-6446. This article has a goal to show that lexical influence from the East, namely from Koreanic, was also present. Again, this seems to be quite logical, because the old tribal territory of the Khitan was in Jehol (Wittfogel – Fêng 1949, p. 5). While the exact extent of the Koguryǒ domination in Manchuria is not known, it is almost certain that at least the Eastern part of Jehol was once under its sway. We do not know exactly from which Koreanic language Khitan borrowed. It is likely that it was either the language of the Koguryǒ or the Bohai elites, or both.
  10. ^ Daniels, Peter T.; Bright, William (1996). The World's Writing Systems (dalam bahasa Inggris). Oxford University Press. hlm. 230. ISBN 978-0-19-507993-7. 
  11. ^ Kara, György (1986). "ON THE KHITAN WRITING SYSTEMS". Mongolian Studies. 10: 22. ISSN 0190-3667. 
  12. ^ a b Baldick (2012), hlm. 32.
  13. ^ Baldick (2012), hlm. 32-33.
  14. ^ Baldick (2012), hlm. 34.

Daftar pustaka

sunting
  • MATSUI, Hitoshi 松井等 (Japan). "Qidan boxing shi 契丹勃興史 (History of the rise of the Khitan)". Mamden chiri-rekishi kenkyu hokoku 1 (1915).
    Translated into Chinese by Liu, Fengzhu 劉鳳翥. In Minzu Shi Yiwen Ji 民族史譯文集 (A Collection of Translated Papers on Ethnic Histories) 10 (1981). Repr. in: Sun, Jinji et al. 1988 (vol. 1), pp. 93-141
  • Chen, Shu 陳述. Qidan Shi Lunzheng Gao 契丹史論證稿 (A Study on the History of the Khitan). Beijing: Zhongyang Yanjiu Yuan Shixue Yanjiu Suo 中央研究院史學研究所, 1948.
  • Chen, Shu 陳述. Qidan Shehui Jingji Shi Gao 契丹社會經濟史稿 (A Study on the Khitan's Social Economical History). Shanghai: Sanlian Chuban She 三聯出版社, 1963.
  • Feng, Jiasheng 1933.
  • Shu, Fen (舒焚), Liaoshi Gao 遼史稿 (An History of the Liao). Wuhan: Hubei Renmin Chuban She 湖北人民出版社, 1984
  • WITTFOGEL, Karl & FENG, Chia-sheng. History of Chinese Society: Liao (907-1125). Philadelphia: American Philosophical Society, 1949.
  • Biran, Michal. The Empire of the Qara Khitai in Eurasian History: Between China and the Islamic World, ISBN 0-521-84226-3
  • Wei Shu 魏史 (Dynastic History of the Northern Wei Dynasty): Wei, Shou 魏收 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1973.
  • Xin Wudai Shi (XWDS) 新五代史 (New Dynastic History of the Five Dynasties): Ouyang, Xiu 歐陽修 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1974.
  • Sui Shu (SS) 隋書 (Dynastic History of the Sui Dynasty): Wei Zheng 魏徵 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1973.
  • Jiu Tangshu (JTS) 舊唐書 (Old Dynastic History of Tang Dynasty): Liu, Xu 劉昫 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1975.
  • Xin Tangshu (XTS) 新唐書 (New Dynastic History of the Tang Dynasty): Ouyang, Xiu 歐陽修 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1975
  • Liao Shi (LS) 遼史 (Dynastic History of the Khitan Liao Dynasty): Tuotuo 脱脱 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1974
  • Song Shi 宋史 (History of Song): Tuotuo 脫脫 et al. eds. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1974
  • Zizhi Tongjian (ZZTJ) 資治通鑒 (Comprehensive Mirror to Aid in Government): Sima, Guang 司馬光 ed. Beijing: Zhonghua Shuju 中华书局, 1956
  • Mote, F.W. (1999). Imperial China: 900-1800. Harvard University Press. hlm. 31–71. ISBN 0674012127. 
  • EBREY, Patricia Buckley (1996). The Cambridge Illustrated History of China. Cambridge University Press. ISBN 0-521-66991-X. 
  • TWITCHETT, Denis (1994). The Cambridge History of China: Alien Regimes and Border States, 907-1368. Cambridge University Press. hlm. 816. ISBN 0-521-24331-9.  (pp.43-153)
  • Baldick, Julian (22 November 2012). Animal and Shaman: Ancient Religions of Central Asia (dalam bahasa Inggris). NYU Press. ISBN 978-0-8147-7165-5.