Basiang Padi
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Basiang Padi merupakan salah satu bentuk sastra lisan
Minangkabau yang terdapat di Talawi, Sawahlunto. Basiang Padi adalah salah satu sastra lisan berbalas pantun, yang dilakukan ketika bersiang padi di sawah. Umumnya, genre ini dilakukan oleh ibu-ibu yang sedang batoboh (gotong-royong) dengan sistem arisan. Pada mulanya, ia dilakukan hanya untuk menambah semangat dan mengurangi rasa lelah, dengan berbalas pantun sesama mereka. Berbalas pant un ini berhenti sejenak, ketika makan dan shalat. Acara Basiang Padi ini berlangsung mulai pukul 09.00 WIB pagi sampai dengan pukul 17.00 WIB sore. Pantun pantun dalam Basiang Padi ini berisi sindiran-sindiran, ungkapan isi hati, pengisahan peruntungan, bahkan, kadang kala, orang lewat pun juga dapat menjadi bahan pantun. Pantun Basiang Padi dimufakati, ketika ibu-ibu sudah sampai di sawah. Sebelum mereka memasuki sawah (masih di pematang sawah), pantun telah mulai dilantunkan. Sambil berpantun, mereka memasuki sawah dan menyiangi padi. Hal ini bedangsung terus sampai tiba waktunya makan siang dan shalat Zuhur. Setelah makan dan shalat, mereka kembali menuju sawah sambil kembali melantunkan pantun dan juga terus bersiang sampai pukul 17.00 WIB sore. Pada saat ini pula, pantun berakhir seiring berakhimya menyiangi padi dan mereka pulang ke rumah masing-masing. Karena ingin mengembangkan sastra lisan ini, pada dekade terakhir, ia dicoba untuk ditampilkan di Pekan Budaya Sumatera Barat dan di tempat-tempat hiburan lainnya. Akan tetapi, hal itu tidak berlangsung lama, karena peminat terhadap sastra lisan ini boleh dikatakan tidak ada. Untuk kepentingan dokumentasi dan inventarisasi, genre sastra lisan ini ditampilkan di gedung atau aula, tanpa dihadiri oleh penonton. Sekarang, sastra lisan ini sudah sulit ditemukan di tengah masyarakat.[1]
Basiang padi di Talawi, Sawahlunto sangat berbeda di daerah lainnya, salah satunya di daerah Padang, basiang padi yang di lakukan di Padang hanya sebatas basiang saja tanpa ada berbalas pantun. Mereka hanya mengisi waktu sambil basiang padi dengan mengobrol sesama mereka.
Berikut ini adalah contoh teks Basiang Padi:
Pertama, badubuok (duduk)
Mali-mali sikaduduok
umbuah di baruah diak pisang udang, denai
mari-mari adiak duduok
ambo mabao pasan urang
suda la nyo lei denai
mandi salawek indak basah
suruek barombun diak hateh guguak
denai kamari diak saocah
rundiang sapatah diak bao duduok
suda fa nyo lei denai
Referensi
sunting- ^ Amir, Adriyetti, dkk (2006). Pemetaan Sastra Lisan Minangkabau. Padang: Andalas University Press. hlm. 160–161. ISBN 979-1097-08-9.