Batu Ampar, Kramat Jati, Jakarta Timur
Batu Ampar adalah sebuah kelurahan yang terletak di kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Balekambang dan kelurahan kampung Tengah lebih dikenal oleh masyarakat Jakarta dengan sebutan daerah Condet. Batu Ampar memiliki kode pos 13520.
Batu Ampar | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | ||||
Kota Administrasi | Jakarta Timur | ||||
Kecamatan | Kramat Jati | ||||
Kodepos | 13520 | ||||
Kode Kemendagri | 31.75.04.1004 | ||||
Kode BPS | 3172050002 | ||||
Luas | 2,49 km² | ||||
Jumlah penduduk | 53.797 jiwa | ||||
Kepadatan | 21.605 jiwa/km² | ||||
|
Kelurahan Batu Ampar berbatasan dengan Jalan Raya Condet / Kelurahan Cililitan di sebelah utara, Jalan Raya Condet / Kelurahan Balekambang di sebelah barat, Jalan raya Bogor / Kelurahan Kramat Jati di sebelah timur dan Jalan Inerbang / Kelurahan Kampung Tengah di sebelah selatan.
Sejarah
suntingAda legenda yang melekat pada nama tempat tersebut sebagaimana diceritakan oleh orang – orang tua di Condet kepada Ran Ramelan, penulis buku kecil berjudul Condet, sebagai berikut. Pada zaman dulu ada sepasang suami istri, namanya Pangeran Geger dan Nyai Polong, memeliki beberapa orang anak. Salah seorang anaknya, perempuan, diberi nama Siti Maemunah, terkenal sangat cantik. Waktu Maemunah sudah dewasa dilamar oleh Pangeran Tenggara atau Tonggara asal Makasar yang tinggal di sebelah timur Condet, untuk salah seorang anaknya, bernama Pangeran Astawana.
Supaya dibangunkan sebuah rumah dan sebuah tempat bersenang – senang di atas empang, dekat kali Ciliwung, yang harus selesai dalam waktu satu malam. Permintaan itu disanggupi dan terbukti, menurut sahibulhikayat, esok harinya sudah tersedia rumah dan sebuah bale di sebuah empang di pinggir kali Cliwung, sekaligus dihubungkan dengan jalan yang diampari dengan batu, mulai dari tempat kediaman keluarga Pangeran Tenggara . Demikianlah, menurut cerita, tempat yang dilalui jalan yang diampari batu itu selanjutnya disebut Batu Ampar, dan bale (Balai) peristirahatan yang seolah – olah mengambang di atas air kolam dijadikan nama tempat . Balekambang.
Pada awal abad keduapuluh di Batu Ampar terdapat perguruan silat yang dipimpin antara lain oleh Maliki dan Modin (Pusponegoro, 1984, IV:295). Pada tahun 1926, seorang guru silat di Batu Ampar, Saaman, terpilih sebagai salah seorang tenaga pengajar ilmu bela diri itu di Negeri Belanda, selama dua tahun. Tidak mustahil, kemahiran Saaman sebagai pesilat, sehingga terpilih menjadi pengajar di mancanegara itu, adalah kemahiran turun – temurun.
Pranala luar
sunting