Bendungan Palasari

danau di Indonesia

Bendungan Palasari adalah sebuah bendungan yang dibangun di Ekasari, Melaya, Jembrana untuk membendung air dari Sungai Sang Hyang Gede. Bendungan ini adalah bendungan besar pertama di Pulau Bali. Bendungan ini terutama dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian seluas sekitar 1.300 hektar.[2]

Bendungan Palasari
LokasiEkasari, Melaya, Jembrana, Bali
Koordinat8°15′08″S 114°33′02″E / 8.252361°S 114.550639°E / -8.252361; 114.550639Koordinat: 8°15′08″S 114°33′02″E / 8.252361°S 114.550639°E / -8.252361; 114.550639
KegunaanIrigasi
StatusBeroperasi
Mulai dibangun1987
Mulai dioperasikan1989
PemilikKementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
KontraktorBrantas Abipraya
PerancangIndah Karya dan Sir M MacDonald & Partners
Bendungan dan saluran pelimpah
Tipe bendunganUrugan
Tinggi39,8 m
Panjang350 m
Lebar puncak10 m[1]
Volume bendungan720.000 m3
Ketinggian di puncak81,8 mdpl
MembendungSungai Sang Hyang Gede
Jumlah pelimpah1
Tipe pelimpahOgee
Kapasitas pelimpah1.120 m3/detik
Waduk
Kapasitas normal8.000.000 m3
Kapasitas aktif6.500.000 m3
Kapasitas nonaktif1.500.000 m3
Luas tangkapan42,3 km2
Luas genangan40 hektar[2]
Peta
Lokasi Bendungan Palasari, Bali

Sejarah sunting

Ide pembangunan bendungan ini telah dikemukakan oleh masyarakat setempat pada tahun 1946, karena lahan pertanian di hilir Sungai Sang Hyang Gede selalu kekurangan air di musim kemarau. Pada dekade 1950-an, ide pembangunan bendungan ini pun mulai ditindaklanjuti oleh Direktorat Jenderal Pengairan. Pada tahun 1971, Indah Karya mulai melakukan studi kelayakan mengenai pembangunan bendungan ini. Kemudian pada tahun 1975, bersama Sir M MacDonald & Partners, Indah Karya mulai merancang bendungan ini. Pada tahun 1982, ELC Electroconsult asal Italia dan ADC asal Korea Selatan mulai menyusun rancangan rinci dari bendungan ini. Data curah hujan, suhu udara, dan kelembapan udara yang digunakan pada tiga kegiatan tersebut didapat dari sebuah gereja yang terletak tidak jauh dari lokasi bendungan ini, karena gereja tersebut telah mencatat curah hujan, suhu udara, dan kelembapan udara di sana sejak tahun 1955.[2]

Pada tahun 1983, pemerintah menunda pembangunan bendungan ini, karena dianggap belum layak untuk dibangun. Setelah diupayakan oleh Suyono Sosrodarsono, bendungan ini akhirnya dapat mulai dibangun pada tahun 1987 oleh Brantas Abipraya dan mulai dioperasikan pada tanggal 14 Februari 1989. Saat tinggi air yang terbendung mencapai 73 meter, sempat terjadi kebocoran di sisi kanan dan kiri bendungan dengan total debit mencapai 19,6 meter kubik per detik, sehingga kemudian dilakukan penutupan kebocoran dan pemasangan filter untuk mencegah erosi buluh. Bendungan ini lalu diresmikan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 31 Juli 1989. Air yang terbendung oleh bendungan ini kemudian mulai dimanfaatkan untuk mengairi lahan pertanian pada tanggal 1 September 1989.[2]

Referensi sunting

  1. ^ Badan Penelitian dan Pengembangan Pekerjaan Umum (1995). Bendungan Besar Di Indonesia (PDF). Jakarta: Departemen Pekerjaan Umum. hlm. 316. 
  2. ^ a b c d Sinaro, Radhi (2007). Menyimak Bendungan di Indonesia (1910-2006) (dalam bahasa Indonesia). Tangerang Selatan: Bentara Adhi Cipta. hlm. 251–257. ISBN 978-979-3945-23-1.