Benediktus dari Nursia

Santo Benediktus dari Nursia (lahir di Nursia, Italia ± 480 - wafat ± 547) adalah seorang pendiri komunitas-komunitas (Cenobium) monastik Kristen dan penyusun peraturan bagi biarawan yang hidup dalam komunitas tersebut. Tujuannya tersurat dalam Peraturan Santo Benediktus yang disusunnya, yakni "semoga Kristus … menuntun kita sekalian ke dalam Kehidupan Kekal" (Peraturan Santo Benediktus 72.12). Gereja Katolik Roma mengkanonisasikannya pada tahun 1220.

Santo Benediktus
Detail dari fresko karya Fra Angelico
Abbas dan Pelindung Eropa
Lahir± 480
Norcia, Umbria, Italia
Meninggal± 547
Dihormati diGereja Katolik Roma, Komuni Anglikan, Gereja Ortodoks Timur, Gereja Lutheran
Kanonisasi1220 Masehi
Tempat ziarahBiara Monte Cassino, dan makamnya di

Saint-Benoît-sur-Loire, dekat Orléans,Prancis

Sacro Speco, di Subiaco, Italia
Pesta11 Juli dan 21 Maret (bagi biarawan-biarawati Benediktin) dalam Ritus Latin dan Gereja Lutheran; 14 Maret dalam Ritus Byzantium (Katolik dan Ortodoks Timur)
Atributgenta; cawan retak; cawan retak dan ular berbisa melambangkan racun; pinggan retak; semak belukar; tongkat gembala; seorang pria mengenakan seragam Benediktin dan menggenggam peraturan Benediktus atau sebatang tongkat disiplin; burung gagak
Pelindungterhadap racun; terhadap tenung; buruh-tani; peneliti gua; insinyur sipil; pengrajin tembaga; orang-orang sekarat; penyakit kulit; Eropa; petani-peternak; demam; sakit usus-buntu; Kota Heerdt, Jerman; luka bakar; para arsitek Italia; sakit ginjal; biarawan; gatal-gatal pada kulit; Kota Norcia, Italia; anggota-anggota ordo religius; anak sekolah; pelayan yang telah merusak milik majikannya; ahli gua; penjelajah gua; godaan

Benediktus mendirikan dua belas komunitas biarawan, yang paling terkenal di antaranya adalah biara pertamanya Monte Cassino di pegunungan Italia Selatan. Tidak ada bukti bahwa dia bermaksud pula untuk mendirikan sebuah ordo religius tersendiri. Ordo Santo Benediktus berdiri pada zaman modern, lagi pula, ordo tersebut bukanlah sebuah "ordo" sebagaimana lazimnya dipahami orang melainkan hanya merupakan sebuah federasi kongregasi-kongregasi tempat biara-biara Benediktin yang secara tradisional mandiri itu berafiliasi dengan maksud menyuarakan kepentingan-kepentingan bersama, tetapi tanpa meniadakan otonomi masing-masing biara.[1]

Pencapaian utama Benediktus adalah sebuah "Peraturan" berisi petunjuk-petunjuk bagi para biarawan yang dipimpinnya, yang disebut pula Peraturan Santo Benediktus. Peraturan ini sangat dipengaruhi tulisan-tulisan Santo Yohanes Cassian (± 360 – 433, salah seorang Bapa Padang Pasir) dan memperlihatkan kesesuaian dengan Peraturan Sang Guru. Namun peraturan ini juga memiliki suatu semangat unik dari keseimbangan, moderasi, akal sehat (επιεικεια, epieikeia), dan hal ini memikat banyak komunitas yang didirikan sepanjang abad pertengahan, termasuk komunitas-komunitas biarawati, untuk mengalihgunakannya. Hasilnya, Peraturan Santo Benediktus menjadi salah satu tata-tertib rohani yang paling berpengaruh dalam dunia Kristiani Barat. Karena alasan inilah maka benediktus kerap disebut "pendiri Monastisisme Kristiani Barat".

Biografi sunting

Satu-satunya catatan kuno mengenai Benediktus terdapat dalam jilid kedua dari keempat kitab Dialog karya Santo Gregorius, yang ditulis pada tahun 593. Kitab kedua terdiri atas sebuah prolog dan tiga puluh delapan bab pendek. Sejarahwan Romawi abad ke-19 Thomas Hodgkin memuji riwayat St. Benediktus karya Gregorius sebagai “biografi rahib terbesar, yang ditulis oleh Paus terbesar, yang juga seorang rahib.”[2]

Meskipun demikian, riwayat Benediktus karya Gregorius ini bukanlah sebuah biografi dalam arti modern. Tulisan tersebut justru berisi sebuah potret rohani dari abbas yang lembut namun berdisiplin itu. Dalam sepucuk suratnya kepada Uskup Maximilianus dari Sirakusa, Gregorius menyatakan maksudnya sehubungan dengan tulisannya dalam Dialog itu, katanya tulisannya itu merupakan sejenis floretum (suatu antologi, secara harafiah, ‘bunga rampai’) dari mukjizat-mukjizat paling mengesankan dari si orang kudus Italia itu.[3]

Ia berasal dari keluarga Italia yang kaya. Hidupnya penuh dengan petualangan dan perbuatan-perbuatan hebat. Semasa kanak-kanak, ia dikirim ke Roma untuk belajar di sekolah rakyat. Tumbuh dewasa sebagai seorang pemuda, Benediktus merasa muak dengan gaya hidup korupsi para kafir di Roma. Benediktus meninggalkan kota Roma dan mencari suatu tempat terasing di mana ia dapat menyendiri bersama Tuhan. Ia menemukan tempat yang tepat, yaitu sebuah gua di gunung Subiako. Benediktus mengasingkan diri selama tiga tahun lamanya. Setan sering kali membujuknya untuk kembali ke rumahnya yang mewah dan kehidupannya yang nyaman di sana. Tetapi, Benediktus berhasil mengatasi godaan-godaan tersebut dengan doa dan mati raga. Suatu hari, iblis terus-menerus menggodanya dengan bayangan seorang wanita cantik yang pernah dijumpainya di Roma. Iblis berusaha membujuknya untuk kembali ke kota mencari wanita itu. Hampir saja Benediktus jatuh dalam pencobaan. Kemudian ia merasa sangat menyesal hingga menghempaskan dirinya dalam semak-semak dengan duri-duri yang panjang serta tajam. Ia berguling-guling di atas semak duri hingga seluruh tubuhnya penuh dengan goresan-goresan luka. Sejak saat itu, hidupnya mulai tenang. Ia tidak pernah merasakan godaan yang dahsyat seperti itu lagi.

Setelah tiga tahun, orang-orang mulai datang kepada Benediktus. Mereka ingin belajar bagaimana menjadi kudus. Ia menjadi pemimpin dari sejumlah pria yang mohon bantuannya. Tetapi, ketika Benediktus meminta mereka untuk melakukan mati raga, mereka menjadi marah. Bahkan para pria itu berusaha meracuninya. Benediktus membuat Tanda Salib di atas anggur beracun itu dan gelas anggur tiba-tiba pecah berkeping-keping.

Di kemudian hari, Benediktus menjadi pemimpin dari banyak rahib yang baik. Ia mendirikan dua belas biara. Kemudian ia pergi ke Monte Kasino di mana ia mendirikan biaranya yang paling terkenal. Di sanalah St. Benediktus menuliskan peraturan-peraturan Ordo Benediktin yang mengagumkan. Ia mengajar para rahibnya untuk berdoa dan bekerja dengan tekun. Terutama sekali, ia mengajarkan mereka untuk senantiasa rendah hati. Benediktus dan para rahibnya banyak menolong masyarakat sekitar pada masa itu. Mereka mengajari orang banyak itu membaca dan menulis, bercocok tanam dan aneka macam ketrampilan dalam berbagai lapangan pekerjaan.

St. Benediktus mampu melakukan hal-hal baik karena ia senantiasa berdoa. Ia wafat pada tanggal 21 Maret tahun 547. Pada tahun 1966, Paus Paulus VI menyatakan St. Benediktus sebagai santo pelindung Eropa. Pada tahun 1980, Paus Yohanes Paulus II menambahkan St. Sirilus dan St. Metodius sebagai santo pelindung Eropa bersama dengan St. Benediktus.

“Tempatkan Kristus di atas segala-galanya.” ~ Peraturan St. Benediktus 20

Kardinal Ratzinger memilih nama Benediktus XVI juga didasarkan pada pertimbangan tradisi spiritual. Santo Benediktus (480-543) adalah Pelindung Eropa, demikian deklarasi Paus Paulus VI pada 24 Oktober 1964. Rahib yang mengepalai banyak biara ini dinilai telah membuat masyarakat Eropa memiliki karakter keagamaan dan kebudayaan yang tinggi melalui praktik asketisme-praktik kesederhanaan, kejujuran, dan kerelaan berkorban-doa, belajar, serta kerja keras. Untuk mewujudkan praktik hidup tersebut, Benediktus kemudian mengajarkan betapa pentingnya ketaatan, konsistensi pendirian, serta ketekunan. "Karakter Eropa yang ada saat ini adalah hasil dari ajaran Benediktus," ujar Paus Paulus VI.

Santo Benediktus dari Nursia (480-550 M) mendirikan ordonya di Monte Cassino, Italia, dengan dekret ketat yang meminimkan kebebasan dalam pendidikannya. Pendidikan yang dilakukan mewajibkan setiap biarawan membaca kitab-kitab suci sekurang-kurangnya dua jam perhari, dan tidak memperkenankan membaca buku-buku lain, tidak membolehkan para biarawan itu memiliki pena untuk menulis sendiri.

Peraturan St. Benediktus sunting

“Seekor anak domba dapat mandi tanpa tenggelam, dan seekor gajah dapat berenang di dalamnya”; pepatah kuno ini adalah kiasan bagi sebuah karya tulis sepanjang hanya 73 bab pendek. Ada dua macam kearifan yang terkandung dalam peraturan ini: spiritual (bagaimana menjalani hidup yang Kristosentris di bumi) dan administratif (bagaimana mengelola sebuah biara secara efisien). Lebih dari setengah bab di dalamnya memaparkan cara-cara untuk menjadi taat dan rendah hati, serta apa yang harus dilakukan bilamana salah seorang anggota komunitas tidak taat dan rendah hati. Sekitar seperempat bagiannya mengatur peribadatan (Opus Dei). Sepersepuluh bagiannya menjelaskan bagaimana, dan oleh siapa biara harus dikelola. Sisanya secara khusus membahas kewajiban-kewajiban pastoral dari abbas.[4]

Referensi sunting

  1. ^ Diresmikan keberadaannya oleh Paus Leo XIII dengan Surat Apostolik "Summum semper", 12 Juli 1893, lihat Situs web OSB-Internasional Diarsipkan 2013-03-06 di Wayback Machine.
  2. ^ Lihat Kehidupan dan Mukjizat-Mukjizat St. Benediktus (Kitab II, Dialog), diterjemahkan oleh Odo John Zimmerman, O.S.B. dan Benedict R. Avery, O.S.B. (Westport, CT: Greenwood Press, 1980), hal. iv.
  3. ^ Lihat Ildephonso Schuster, Santo Benediktus dan Masanya, Gregory J. Roettger, terj. (London: B. Herder, 1951), hal. 2.
  4. ^ Lihat Pembawa Berkah: Kehidupan St. Benediktus Diarsipkan 2007-12-18 di Wayback Machine., karya Carmen Acevedo Butcher (Paraclete Press, 2006), hal. 148.

Galeri gambar yang berhubungan dengan St. Benediktus sunting

  Artikel ini memuat teks dari suatu penerbitan yang sekarang berada dalam ranah publikHerbermann, Charles, ed. (1913). "nama artikel dibutuhkan". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton.