Betty Shabazz atau Betty Dean Sanders, (lahir pada tanggal 28 Mei 1934 dan meninggal pada tanggal 23 Juni 1997) adalah seorang pendidik di Amerika yang terkenal akan pembelannya terhadap hak-hak sipil. Ia dikenal juga dengan nama Betty X setelah menikah dengan Malcolm X. Betty lahir dan besar di tempat yang terpapar rasisme, Detroit, Michigan, yang kemudian dilindungi oleh kedua orang tuanya akan rasisme tersebut. Tempat Betty bertemu pertama kali dengan rasisme adalah di Tuskegee Institute di Alabama, ketika dia mengecap pendidikan di tempat itu. Karena suasana rasisme yang membuat Shabbaz tidak nyaman, dia memutuskan untuk pindah ke New York dan menjadi seorang perawat disana. Ketika di menetap dan bekerja di New York, Betty bertemu dengan Malcolm X. Pada tahun 1956, Sahabazz memutuskan bergabung dengan Nation of Islam dimana terdapat Malcom X bergabung di dalamnya. Pada tahun 1958, Betty dan Malcom X menikah.[2]

Betty Shabazz
Shabazz, 1996
LahirBetty Dean Sanders
(1934-05-28)28 Mei 1934
Pinehurst, Georgia, or
Detroit, Michigan, U.S.
Meninggal23 Juni 1997(1997-06-23) (umur 63)
The Bronx, New York, U.S.
Sebab meninggalLuka bakar
MakamPemakaman Ferncliff
Nama lainBetty X
Suami/istri
(m. 1958; meninggal 1965)
Anak
KerabatMalcolm Shabazz[1]
Musicbrainz: fde04f34-a671-45f9-a4cf-39b6f7fa67f4 Discogs: 393299 Find a Grave: 4739 Modifica els identificadors a Wikidata

Pada tahun 1964, Betty memutuskan untuak keluar dari Nation of Islam bersama suaminya. Pada tahun berikutnya dia melihat sendiri pembunuhan suaminya. Selepas kepergian suaminya itu, Shabaz harus tinggal dan bertanggung jawab membesarkan keenam putrinya. Untuk dapat membesarkan anak-ankanya, dia bekerja di Medgar Evers College di Brooklyn, New York dan melanjutkan pendidikannya.[2]

Pada tahun 1995, putri Betty, Qubilah ditangkap karena dugaan konspirasi membunuh Louis Farrakhan. Setelah itu ia mengambil Malcom, cucunya yang berumur sepuluh tahun. Namun pada tahun 1997, Malcom membakar apartemen Betty. Karena kebakaran tersebut, Betty menderita luka bakar yang sangat parah dan tiga minggu setelahnya meninggal dunia.[2]

Tahun-tahun Awal

sunting

Orang tua Betty Betty bernama Ollie Mae Sanders dan Shelman Sandlin. Betty menyatakan sepanjang hidupnya bahwa ia lahir di Detroit, Michigan. Naumun catatan berupa transkrip sekolah menengah dan perguruan tinggi menunjukkan bahwa tidak lahir di Detroit, melainkan di Pinehurst, Georgia. Terkait dengan hal itu, pihak berwenang di Georgia dan Michigan belum dapat menemukan akta kelahiran Betty.[3]

Betty ditangkap oleh Lorenzo dan Helen Malloy ketika berumur 11 tahun. Lorenzo adalah seorang pengusaha terkemuka bersama istrinya Helen Malloy yang merupakan anggota pendiri Housewives League of Detroit. Perkumpulan Housewives League of Detroit adalah perkumpulan wanita Afrika-Amerika yang membela hak-hak sipil warga berkulit hitam. Mereka mengorganisir kampanye untuk mendukung bisnis milik hitam dan memboikot toko yang menolak untuk mempekerjakan karyawan kulit hitam. Selain aktif di perkumpulan tersebut, Hellen Malloy juga merupakan anggota Dewan Nasional Perempuan Negro dan NAACP. Orang-orang di sekitar Malloy adalah anggota aktif di Gereja Episkopal Metodis Betel, Afrika.[4] Walaupun sama-sama berjuang melawan rasisme terhadap kulit hitam, Betty dan Malloy belum pernah berbicara terkait hal itu sebelumnya. Pada tahun 1995, siapa pun akan dicap sebagai pembuat onar ketika secara terbuka membahas hubungan ras.[5]

Masa Remaja-Dewasa

sunting

Betty meninggalkan tanah kelahirannya di Detroit ketika lulus dari sekolah menengah. Ia memutuskan untuk melanjutkan pendidikannya di Tuskegee Institute (sekarang Tuskegee University), sebuah perguruan tinggi kulit hitam di Alabama yang juga merupakan almamater Lorenzo Malloy. Disana Betty berjuang mendapatkan gelar sarjanyanya dalam pendidikan dan menjadi seorang guru. Ketika dia akan meninggalkan Detroit untuk berkuliah di Alabama, ibu angkatnya berpesan sesutau kepada Betty, yaitu tentang rasisme.[6]

Pada awalnya, Betty sama sekali tidak menyangka akan adanya rasisme di daerah selatan. Dia dapat menghidar untuk berinteraksi dengan orang kulit putih selama di kampus. Namun katika dia berakhir pekan ke Montgomery, selama di perjalanan orang-orang kulit putih menguji kesabarannya. Disana terjadi rasisme yang mengharuskan pelajar kulit hitam harus menunggu sampai setiap orang kulit putih di sebuah toko mendapatkan pelayanannya, setelah itu barulah orang kulit hitam mendapatkan giliran. Betty pun mengeluh akan hal itu kepada orang-orang Malloy, namun mereka menolak untuk membahasnya.[7]

Karena keadaan rasisme yang semakin parah, penelitian Betty terganggu. Ia bahkan memutuskan untuh pindah bidang studi dari pendidikan menjadi keperawatan. Dekan keperawatan, Lillian Harvey, memberikan saran agar Betty mempertimbangkan belajar di Brooklyn State College School of Nursing di Kota New York. Sekolah tersebut berada dalam program afiliasi dengan Tuskegee University. Menetahui hal itu, orang tua asuh melarang Betty untuk berkuliah disana, namun Betty tetap berkeras dan pada tahun 1953 Betty meninggalkan Alabama ke New York.[8]

Di New York, Sanders masih menemukan bentuk rasisme, namun berbeda dari sebelumnya. Di Rumah Sakit Montefiore, tempat Betty melakukan pelatihan klinis, terdapat kesenjangan pembagian tugas kepada orang berkulit hitam. Perawat berkulit hitam diberikan tugas yang lebih buruk daripada perawat kulit putih. Selain itu, acap kali pasien kulit putih bersikap kasar terhadap perawat berukulit hitam.[9]

Nation of Islam

sunting

Ketika berada pada tahun kedua sekolah keperawatan, Betty diundang oleh asisten perawat yang lebih tua untuk menghadiri pesta makan malam di tempat perkumpulan Nation of Islam di Harlem. Setelah makan malam, asisten perawat tersebut meminta Sanders untuk datang ke kuliah umum Muslim ketika itu, dan Betty pun mengiyakannya. Setelah kuliah umum itu selesai, asisten perawat tersebut mengundang Betty bergabung dengan Nation of Islam. Menyikapi undangan tersebut, Betty menolak dengan sopan. Ia bahkan tidak menyangka bahwa ia dibawa kesana untuak diundang bergabung. Walaupun Betty menolak undangannya berbanug dengan Nation of Islam, asisten perawat pun masih mengundang Betty kembali untuk hadir di makan malam kedua. Ia mengatakan mentri Nation of Islam akan hadir di makan malam tersebut.[6]

Sesuai dengan perkataan asisten perawat kepadanya, pada makan malam kedua tersebut, mentri itu datang. Betty ingat pada tahun 1992 perilakunya mulai berubah katika di melihat mentri itu, Malcom X sekilas.[10] Betty bertemu kembai dengan mentri dari Nation of Islam, Malcom X di sebuah pesta makan malam. Keduanya saling berbincang tentang kehidupan masing-masing. Betty bercerita ketika masa kecilnya dulu di Detroit, terjadi permusuhan rasial di Alabama, juga ketika melanjutkan kuliahnya di New York. Malcom X berbicara tentang kondisi Afrika-Amerika dan penyebab terjadinya rasisme. Mulai saat itu, Betty melihat sesuatu dari perspektif yang berbeda.[11]

Setelah pertemuannya dengan Malcom X saat itu, Betty mulai sering menghadiri semua kuliah umum Malcom X di Temple Number Seven di Harlem. Betty selalu menyempatkan untuk bertemu dengan Malcom X setelah acara dan mengajukan berbagai pertanyaan. Betty pun terkesan dengan sosok kepemimpinan dan juga etos kerja dari Malcom X. Setelah kejadian itu, Betty mulai bergabung dengan Nation of Islam.[12]

Pernikahan dan keluarga

sunting

Pada tanggal 14 Januari 1958, Betty menikah dengan Malcom X di Lansing, Michigan. Di saat yang sama, Betty mendapatkan lisensi menjadi perawat. Hubungan pernikahan mereka pada awalnya mengikuti apa yang diajarkan di Nation of Islam tentang pernikahan. Betty patuh terhadap aturan yang ditetapkan oleh Malcom X. Pada pernikahannya, keduanya dikaruniai enam orang anak perempuan yang bernama Attallah (lahir pada tahun 1958), Qubilah (lahir pada tahun 1960), Ilyasah (lahir pada tahun 1962), Gamilah Lumumba (lahir pada tahun 1964), dan si kembar, Malikah dan Malaak (lahir pada tahun 1965).[13]

Pembunuhan Malcolm X

sunting

Pada 8 Maret 1964, Malcolm X dan Betty keluar dari Nation of Islam.[14] Dia dan Betty kemudian menjadi Muslim Sunni.[15] Setelah itu pada tanggal 21 Februari 1965, Malcolm X mulai berbicara pada pertemuan Organisasi Persatuan Afro-Amerika di Audubon Ballroom Manhattan. Ketika itu terjadi kerusuhan dalam kerumunan 400 urang. Malcom X dan pengawalnya pun segera menenangkan kerusuhan yang terjadi, namun seorang pria dengan cepat maju menembak Malcom X di dadanya. Dua pria lain naik ke atas panggung dan menembakkan peluru dari pistolnya, selain itu mereka memukul Malcom X sebanyak 16 kai.[16]

Pada hari itu, Betty dan anak-anaknya turut hadir menyaksikan kerusuhan yang terjai. Ketika mereka mendengar suara tembakan, Betty meraih anak-anaknya dan endorong mereka ke bawah bangku untuk berlindung. Saat penembakan telah berhenti, Betty berlari ke arah suaminya dan melakukan CPR untuk membuat Malcom X sadar. Melihat keadaan Malcom X yang tidak membaik, polisi dan rekan Malcom X membawanya ke Rumah Sakit Presbyterian Columbia dengan menggunakan tandu. Namun Malcom X meninggal dunia setelah itu.[17] Di tempat kerusuhan, penonton yang marah segera menangkap dan memukuli salah satu pelaku pembunuhan. Menurut saksi mata, terdapat dua orang tersangka lagi. Ketiga pelaku pembunuhan tersebut adalah anggota dari Nation of Islam dan dijatuhi hukuman penjara seumur hidup.[18]

Setelah Kematian Malcom X

sunting

Pasca meninggalnya Malcom X, Betty mengalami insomnia parah yang membuatnya sulit untuk tidur selama berminggu-minguu. Dia bahkan mengalami mimpi buruk tentang almarhum suaminya. Betty merasa khawatir tentang kelanjutan hidupnya bersam keenam orang anaknya. Setelah itu, sebuah publikasi tentang Malcom X dibuat oleh Roots yang turut dibantu oleh Betty dan Alex Halley. Mereka berdua mendapat sebagian dari royalti publikasi tersebut. Setelah publikasi itu laris, Haley menandatangani bagian royalti atas nama Betty.[19]

Setelah kejadian tersebut, dibentuklah sebuah Committee of Concerned Mothers yang dibentuk oleh aktor dan juga aktivis Ruby Dee beserta Juanita Poitier (istri Sidney Poitier). Komite tersebut dibentuk untuk mengumpulkan dana mambeli rumah dan biaya pendidikan anak-anak Betty. Serangkaian konser diadakan oleh komite dalam ppenggalangan dana tersebut. Dana yang terkumpul sebanyak $ 17.000 digunakan untuk membeli rumah dua keluarga besar anggota Kongres Bella Abzug di Mount Vernon, New York.[20]

Seperti yang dilakukan almarhum suaminnya, pada akhir Maret 1965, Betty melakukan ibadah haji di kota Mekah. Disana ia diberikan nama yang baru oleh seorang peziarah. Setelah pulang dari Mekah, Betty menggunakan nama barunya, Bahiyah yang artinya cantik dan bercahaya.[21]

Masalah keuangan

sunting

Betty merasa kesulitan membesarkan keenam anaknya sendirian, selain itu ia harus mencukupi semua kebutuhan anak-anaknya tersebut. Ia berusaha mencari solusi permasalahannya tersebut dengan menjual hak film Autobiografi kepada pembuat film Marvin Worth pada tahun 1966. Film tersebut mulai menghasilkan penghasilan yang dapat digunakan oleh Betty untuk keluarganya. Selain menjadi ibu rumah tangga yang baik, Betty juga menjadi anggota aktif di organisasi orang tua pusat penitipan anak ketika ia mulai menitipkan anak-anaknya disana. Kemudian ia juga menjadi wakil orang tua di dewan sekolah. Hingga beberapa tahun setelahnya, Betty menjadi presiden Westchester Day Care Council.[22]

Semenjak itu, Betty mulai giat melakukan kuliah umum di berbagai perguruan tinggi. Dia mulai berbicara tntang filosofi nasionalis kulit hitam dan juga tentang Malcom X. Sekain itu dia juga tetap berbicara tentang perannya sebaga seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya. Dalam kuliah umumnya itu, Betty berusaha meluruskan proyeksi suaminya yang digambarkan dalam media. Ketika anak-anak mereka sudah cukup besar, Betty mendaftarkan mereka ke sekolah-sekolah swasta dan juga di perkemahan musim panas. Anak-anak mereka juga mulai bergabung dengan klub Jack dan Jill, sebuah klub sosial yang fokus utamanya adalah sosial anak-anak orang Afrika-Amerika.[23]

Pendidikan Lanjutan

sunting

Sadar akan bidang pendidikannya yang masih terbengkalai ketika ia menjadi perawat dulu, Betty mendaftar di Jersey City State College (sekarang New Jersey City University) pada akhir tahun 1969. Ia dapat menyelesaikan gelar sarjana bidang pendidikannya selama satu tahun. Selanjutnya ia memutuskan untuk melanjutkan gelar master dalam bidang administrasi kesehatan. Betty pun mendaftar di University of Massachusetts Amherst pada tahun untuk mendapatkan gelar Ed.D. dalam bidang administrasi pendidikan tinggi dan pengembangan kurikulum. Tiga tahun setelah itu, Betty berkendara dari Mount Vernon ke Amherst, Massachusetts, setiap Senin pagi, dan kembali pulang ke rumah pada rabu malam. Pada Juli 1975, ia mendapatkan gelar doktornya dan pada April 1974 ia bergabung dengan New York Alumnae chapter di Delta Sigma Theta.[24]

Karier di Medgar Evers

sunting

Pencapaian di bidang pendidikan Betty masih beralanjut ketika ia menjadi profesor ilmu kesehatan dengan konsentrasi dalam keperawatan di Medgar Evers College New York pada Januari 1976. Di Medgar Evers mayoritas penduduk disana adalah 90 persen berkulit hitam yang didominasi oleh kelas pekerja, dengan usia rata-rata 26 tahun. Presiden perguruan tinggi memutuskan untuk menempatkan Betty di departemen ilmu kesehatan agar ia dapat secara efektif mengisi posisi administrasi daripada hanya mengajar di kelas pada tahun 1980. Kemudian dia dipromosikan menjadi Direktur Kemajuan Institusional setelahnya. Selama menempati posisi barunya, Betty menjadi pendorong dang penggerak dalam penggalangan dana untuk kampusnya. Betty mendapat gelar baru sebagai Direktur Kemajuan Institusional dan Urusan Publik pada tahun 1984, posisi tersebut tetap bertahan hingga akhir hayatnya.[25]

Sukarelawan

sunting

Selama tahun 1970-an dan 1980-an, Betty mengikuti berbagai macam kegiatan sukarelawan. Pada tahun 1975, Baetty bertugas di komite penasihat tentang keluarga berencana untuk Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan A.S. Ia menjadi tuan rumah konvensi Dewan Nasional Perempuan Negro di New York pada tahun 1984. Karena itu lah ia aktif di NAACP dan Liga Urban Nasional. Betty mendapatkan kesempatan memperkenalkan Winnie Mandela ketika Nelson dan Winnie Mandela mengunjungi Harlem selama tahun 1990.[26]

Tutup Usia

sunting

Cucu Betty yang bernama Malcom (12 tahun), membakar apartemennya pada 1 Juni 1997. Akibatnya Betty mengalami luka bakar yang sangat parah hingga 80% dari tubuhnya. Ia mendapatkan perawatan intensif selama tiga minggu di Jacobi Medical Center di Bronx, New York.[27][28] Karena kulitnya rusak akibat kebakaran tersebut, Betty menjalani lima operasi penggantian kulit, dokter berusaha mengganti kulitnya yang rusak itu untuk menyelamatkan hidupnya. Namun pada tanggal 23 Juni 1997, Betty meninggal dunia akibat luka bakarnya tersebut.[29] Karena melakukan pembunuhan dan pembakaran, Malcolm Shabazz dijatuhi hukuman 18 bulan dalam tahanan remaja.[30]

Pada hari upacara peringatan kematian Betty, lebih dari 2.000 pelayat yang hadir di Gereja Riverside di New York. Betty dimakamkan tepat di sebelah alamarhum suaminya, El-Hajj Malik El-Shabazz (Malcolm X), di Pemakaman Ferncliff di Hartsdale, New York.[31]Pemimpin terkemuka juga turut hadir di hari itu seperti Coretta Scott King dan Myrlie Evers-Williams, penyair Maya Angelou, aktor-aktivis Ossie Davis dan Ruby Dee, Gubernur New York George Pataki, dan empat walikota Kota New York, Abraham Beame, Ed Koch, David Dinkins, dan Rudy Giuliani. Alexis Herman, Sekretaris Perburuhan AS juga turut menyampaikan penghargaan dari Presiden Bill Clinton.[32]

Setelah kematian Betty, Jaringan Kesehatan Masyarakat mengganti nama salah satu kliniknya di Brooklyn, New York, yaitu Pusat Kesehatan Dr. Betty Shabazz, pada akhir tahun 1997 untuk menghormati Betty. Pada tahun 1998, Betty Shabazz International Charter School didirikan di Chicago, Illinois, dengan nama Betty untuk menghormatinya. Universitas Columbia mendirikan Malcolm X dan Dr. Betty Shabazz Memorial and Educational Center pada tahun 2005.[33]

Penggambaran dalam film

sunting

Betty menjadi tokoh yang difilm kan di televisi pada tahun 2013 yang berjudul Betty & Coretta, sosok Betty diperankan oleh Mary J. Blige. Begitu juga pada film Malcom X pada tahun 1992, Angela Bassett adalah pemeran Betty saat itu dan juga di film Panther pada ahun 1995. Putri Martin Luther King Jr dan Coretta Scott King, Yolanda King memerankan sosok Betty pada film Death of a Prophet tahun 1981. Selain itu, Betty juga diperankan oleh Victoria Dillard dalam film Ali pada tahun 2001.[34]

Referensi

sunting

Catatan kaki

sunting

Daftar Pustaka

sunting