Bias Jaringan adalah prinsip yang berlawanan dengan netralitas jaringan yang mengacu pada adanya pembedaan atau diskriminasi terhadap harga dan kualitas konten atau aplikasi di Internet oleh penyelenggara jasa internet (ISP). Kondisi ini terjadi ketika ISP menurunkan paket data atau menolak akses berdasarkan kondisi yang diciptakan secara artifisial, seperti mensimulasikan kemacetan atau memblokir paket jaringan, meskipun kapasitas jaringan yang tersedia mampu untuk melakukan lalu lintas akses tersebut.

Model bias jaringan

sunting

Layanan bertingkat

sunting

Layanan bertingkat adalah salah satu strategi dri ISP untuk mengatur harga layanan internet berdasarkan kecepatan internet dan bertujuan memberikan fleksibilitas dalam mutu layanan.[1] Dengan kata lain, model ini membagi lebar pita menjadi beberapa tingkatan, menetapkan persyaratan peering yang berbeda dan menawarkan kapasitas transfer data yang beragam kepada klien[2] sehingga dapat bisa melayani banyak orang dengan lebih mudah dan efisien.[1]

Model ini muncul dari persepsi tentang keterbatasan teknis dan ekonomi dalam industri pita lebar. Apalagi perkembangan teknologi menciptaan permintaan akan jaringan komunikasi yang lebih cepat dan berkinerja tinggi, serta kebutuhan pelanggan untuk layanan yang membutuhkan lebar pita besar, seperti layanan pengaliran video yang semakin meningkat.[3] Situasi ini akan menyebabkan kemacetan jaringan yang sebagian besar disebabkan oleh sejumlah kecil pengguna dengan penggunaan jaringan yang berat.[4]

Layanan terukur

sunting

Layanan ini adalah strategi lain yang digunakan untuk mengatur harga internet selain layanan bertingkat. Model ini menggunakan skema penetapan harga berbasis penggunaan yang membebankan biaya kepada pengguna berdasarkan jumlah paket data yang mereka gunakan. Skema ini tidak hanya memuaskan ISP dalam hal biaya, tetapi juga mendorong pengguna untuk mempertimbangkan kembali pola penggunaan mereka dengan sinyal harga.[5] Rencana harga ini dapat menguntungkan pengguna dengan volume rendah karena layanan terukur mungkin menciptakan batas harga minimum baru yang lebih rendah bagi para pengguna.[6]

Komponen teknis

sunting

Kemajuan teknologi menyebabkan jenis bias jaringan ini berfungsi, sementara sebelumnya teknologi belum cukup matang untuk menerapkan skema harga atau Quality of Service (QoS) yang baru.[7] Namun, seiring perkembangan teknologi, jaringan ISP dapat menerapkan inovasi teknologi yang dapat memprioritaskan dan mengukur paket data ketika menghadapi kebutuhan lebar pita yang meningkat dengan menggunakan sistem yang dapat membedakan karakteristik paket data. Penganalisis paket memungkinkan ISP untuk memantau lalu lintas internet, yang dapat dilakukan oleh program komputer atau komponen perangkat keras yang mencegat dan mencatat lalu lintas internet yang melewati jaringan digital.[8]

Kekhawatiran terkait diskriminasi

sunting

Internet secara historis dianggap sebagai jaringan terbuka dan dianggap sebagai "usaha terbaik". Perute internet harus meneruskan paket data berdasarkan prinsip siapa cepat dia dapat tanpa menganalisis data atau konten di dalam paket tersebut.[9] Aspek ini telah meningkatkan nilai internet, tidak hanya berkontribusi pada kualitas hidup kita, tetapi juga pada pertumbuhan ekonomi di seluruh dunia.[4] Berdasarkan prinsip ini, bentuk bias jaringan telah menimbulkan kekhawatiran terkait diskriminasi dari perspektif ekonomi dan politik.[3] Dengan kata lain, bias jaringan yang tidak masuk akal terjadi ketika ISP menerapkan strategi diskriminasi terhadap jenis paket tertentu tanpa alasan keuangan atau operasional yang masuk akal dan adil.[3]

Referensi

sunting
  1. ^ a b Rouskas, George N. (2009). "Internet Tiered Services". SpringerLink (dalam bahasa Inggris). doi:10.1007/978-0-387-09738-1. 
  2. ^ Frieden, Rob (2006). "Network Neutrality or Bias? - Handicapping the Odds for a Tiered and Branded Internet". SSRN Electronic Journal. doi:10.2139/ssrn.893649. ISSN 1556-5068. 
  3. ^ a b c Lee, Robin S.; Wu, Tim (2009-09). "Subsidizing Creativity through Network Design: Zero-Pricing and Net Neutrality". Journal of Economic Perspectives (dalam bahasa Inggris). 23 (3): 61–76. doi:10.1257/jep.23.3.61. ISSN 0895-3309. 
  4. ^ a b Kraemer, Jan; Wiewiorra, Lukas (2012). "Network Neutrality and Congestion Sensitive Content Providers: Implications for Content Variety, Broadband Investment and Regulation". SSRN Electronic Journal. doi:10.2139/ssrn.1444423. ISSN 1556-5068. 
  5. ^ Junseok, Hwang; Lee, Daeho; Lee, Kayeong (2011). "Internet pricing and network neutrality: How internet pricing schemes affect the incentives of internet service providers". International Telecommunications Policy Review. 18 (1): 17–44. 
  6. ^ "What are metered services and how do they work?". Search CIO (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-18. 
  7. ^ Krim, Jonathan (1 Desember 2005). "Executive Wants to Charge for Web Speed". Washington Post. Diakses tanggal 18 Desember 2024. 
  8. ^ Connolly, Kevin J. (2004). Law of Internet Security and Privacy (dalam bahasa Inggris). Aspen Publishers. hlm. 131. ISBN 978-0-7355-4273-0. 
  9. ^ Lee, G. H. (2007). "Network Neutrality Regulation in the Broadband Market in Korea". Korea Information Society Development Institute. 14: 41–66.