Biennale
Biennale (pelafalan [bi.enˈnaːle]), bahasa Italia untuk "bienial" atau "setiap tahun lainnya", adalah acara apapun yang diadakan setiap dua tahun. Istilah biennale paling sering digunakan dalam dunia seni untuk mendeskripsikan pameran seni kontemporer internasional skala besar. Istilah ini populer karena acara Biennale Venesia yang pertama kali diadakan pada tahun 1895. Lalu sejak itu istilah biennale digunakan untuk acara-acara seni lainnya seperti "Biennale de Paris", atau bahkan sebagai suatu lakuran seperti "Berlinale" (untuk Berlin International Film Festival) dan "Viennale" (untuk festival film internasional di Wina). "Biennale" karenanya digunakan sebagai suatu istilah umum untuk acara-acara internasional lainnya yang diadakan berulang kali (seperti trienial, documenta, Skulptur Projekte Münster).
Yang dimaksud suatu biennale
suntingMenurut Federica Martini,[1] yang dipertaruhkan dalam biennale-biennale kontemporer adalah potensi hubungan internasional/diplomatik serta rencana regenerasi perkotaan. Selain itu juga secara khusus difokuskan pada masa diadakannya acara tersebut ("di sini dan sekarang" di mana acara budaya berlangsung dan dampak "spektakularisasi sehari-hari"), karena acara-acara budaya yang dikhususkan pada tempat itu mungkin dapat merujuk kembali pada, menghasilkan, atau membentuk, sejarah tempat itu dan kenangan bersama dalam masyarakat.
Suatu simbol yang kuat dan berpengaruh dari biennale dan pameran internasional skala besar pada umumnya tercermin dalam The Crystal Palace, yakni suatu karya arsitektur London yang futuristik dan raksasa yang menjadi tempat berlangsungnya The Great Exhibition pada tahun 1851. Menurut filsuf Peter Sloterdijk,[2][halaman dibutuhkan] The Crystal Palace merupakan upaya pertama untuk memusatkan representasi dunia dalam sebuah ruang pameran yang disatukan, di mana pameran utamanya yaitu masyarakat itu sendiri dalam suatu kondisi yang spektakuler dan bersejarah. Maksud-maksud utama The Crystal Palace adalah penegasan kepemimpinan nasional dan ekonomi Britania serta penciptaan momen-momen pertunjukan besar. Dalam hal ini, pameran-pameran dunia pada abad ke-19 menyediakan suatu kristalisasi visual atas budaya kolonial, sekaligus cikal bakal taman hiburan kontemporer.
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ Vittoria Martini e Federica Martini, Just another exhibition. Histories and politics of biennials, Postmedia Books, 2011 ISBN 88-7490-060-0, ISBN 978-88-7490-060-2.
- ^ Im Weltinnenraum des Kapitals, 2005.
Bacaan lanjutan
sunting- Byrne, John. "Contemporary Art and Globalisation: Biennials and the Emergence of the De-Centred Artist". Diakses pada 6 April 2010. Diarsipkan 2007-09-01 di Wayback Machine.
- Filipovic, Elena (2010). Marieke van Hal, Solveig Øvsteø, ed. The Biennial Reader. Bergen, Norway: Bergen Biennial Conference. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-09-05. Diakses tanggal 6 April 2010.
- Jones, Caroline (2006-03-29). "Biennial Culture".
- (Inggris) (Italia) Vittoria Martini e Federica Martini, Just another exhibition. Histories and politics of biennials, Postmedia Books, 2011 ISBN 88-7490-060-0, ISBN 978-88-7490-060-2
- Federica Martini, Cultural event in Mobile A2K Methodology guide, 2002.
- Manifesta Journal No 2 Winter 2003/ Spring 2004 - Biennials. Artimo Foundation. 1 June 2003. ISBN 90-75380-95-X, ISBN 978-90-75380-95-8.
- (2010-02-19). "Global Exhibitions: Contemporary Art and the African Diaspora". Diakses pada 6 April 2010. Diarsipkan 2017-06-06 di Wayback Machine.
- Vanderlinden, Barbara (2 June 2006). Elena Filipovic, ed. The Manifesta Decade: Debates on Contemporary Art Exhibitions and Biennials in Post-Wall Europe (edisi ke-illustrated). The MIT Press. ISBN 0262220768.