Biringkanaya, Makassar
Biringkanaya (Makassar: ᨅᨗᨑᨗᨃᨊᨐ) adalah sebuah kecamatan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. terletak dengan batas wilayah Kabupaten Kota Maros. Kecamatan Biringkanaya ini memiliki 11 kelurahan.
Biringkanaya | |||||
---|---|---|---|---|---|
Koordinat: 5°04′52″S 119°30′04″E / 5.081150884202491°S 119.50108354569981°E | |||||
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kota | Makassar | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Mahyuddin, S.STP, M.Ap. | ||||
Kode Kemendagri | 73.71.11 | ||||
Kode BPS | 7371110 | ||||
Kepadatan | 167.472 penduduk | ||||
Desa/kelurahan | 11 | ||||
|
Sejarah
suntingSebelum tahun 1971, Kecamatan Biringkanaya merupakan bagian dari Kabupaten Maros. Wilayahnya meliputi lima desa yaitu Desa Sudiang, Desa Bulurokeng, Desa Bira, Desa Daya, dan Desa Tamalanrea. Pemindahan Kecamatan Biringkanaya menjadi bagian dari Kota Makassar merupakan hasil kesepakatan bersama antara Pemerintah Kabupaten Maros, Pemerintah Kabupaten Gowa dan Pemerintah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan untuk memperluas wilayah Kota Makassar.[1]
Wilayah administratif
suntingSebagian wilayah Kecamatan Biringkanaya telah dimekarkan menjadi Kecamatan Tamalanrea. Pada tahun 1998, Kecamatan Tamalanrea ditetapkan statusnya sebagai kecamatan perwakilan Tamalanrea. Lalu pada tanggal 22 Januari 2001, Kecamatan Tamalanrea berubah status menjadi kecamatan definitif.[2]
Kecamatan Biringkanaya memiliki wilayah seluas 48,22 km2 yang menjadikannya kecamatan terluas di Kota Makassar. Persentase luas wilayahnya sekitar 27,43% dari luas keseluruhan Kota Makassar.[3] Letak Kecamatan Biringkanaya berada di bagian timur Kota Makassar.[4] Ketika jumlah kecamatan di Kota Makassar telah bertambah menjadi 15 kecamatan, posisi Kecamatan Biringkanaya berada di bagian utara Kota Makassar.[5] Lokasi Kecamatan Biringkanaya termasuk wilayah pinggiran Kota Makassar.[6] Wilayah Kecamatan Biringkanaya berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros.[7]
Wilayah Kecamatan Biringkanaya terbagi menjadi 11 kelurahan berikut:[butuh rujukan]
- Kelurahan Bakung
- Kelurahan Berua
- Kelurahan Bulurokeng
- Kelurahan Daya
- Kelurahan Katimbang
- Kelurahan Laikang
- Kelurahan Paccerakkang
- Kelurahan Pai
- Kelurahan Sudiang
- Kelurahan Sudiang Raya
- Kelurahan Untia
Kelurahan Untia
suntingKelurahan Untia memiliki wilayah seluas 2,89 km2. Wilayahnya terbagi lagi menjadi lima rukun warga yang tersebar di dua jalan utama yaitu Jalan Sallodong dan Jalan Ir. Sutami. Sebagian kecil wilayah Kelurahan Untia merupakan jalan setapak dan lorong-lorong sempit. Kelurahan Untia berbatasan langsung dengan Kabupaten Maros di bagian utara wilayahnya. Wilayah Kelurahan Untia dikembangkan sebagai kawasan permukiman penduduk, industri dan pariwisata.[8]
Geografi
suntingBentang alam
suntingWilayah Kecamatan Biringkanaya memiliki topograi yang berbentuk dataran rendah hingga dataran tinggi. Ketinggian daratannya antara 1-19 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Biringkanaya merupakan salah satu kecamatan di Kota Makassar yang memiliki wilayah pesisir.[9] Kecamatan Biringkanaya memiliki sedikit wilayah yang berupa dataran tinggi. Sementara sebagian besar wilayahnya merupakan dataran rendah.[10]
Kondisi pantai di Kecamatan Biringkanaya hampir seluruhnya berlumpur namun landai. Vegetasi yang ada di pantai utamanya hutan bakau. Hanya sedikit lahan yang sempit yang cadas. Kondisi pantai di Kecamatan Biringkanaya relatif stabil dan tenang. Namun akibat dari sedimentasi dari Sungai Mandai membuat posisi pantai di Kecamatan Biringkanaya mengalami pemajuan ke arah laut.[7]
Tata guna lahan
suntingSumber daya alam yang ada di Kecamatan Biringkanaya mendukung kegiatan di sektor pertanian dan perikanan. Lahan pertanian terbagi menjadi sawah dan tegalan. Lahan sawah di Kecamatan Biringkanaya seluas 657 ha dan lahan tegalan seluas 284 ha. Sedangkan lahan perikanan digunakan untuk perikanan darat dan dijadikan tambak seluas 479 ha. Total produksi tambak di Kecamatan Biringkanaya mencapai 149,80 ton.[7]
Demografi
suntingJumlah penduduk
suntingPada tahun 2000, jumlah penduduk di Kecamatan Biringkanaya sebanyak 95.320 jiwa. Jumlah penduduknya kemudian meningkat menjadi sebanyak 118.633 pada tahun 2004. Sehingga selama periode 2000–2004 terjadi laju pertumbuhan penduduk sebesar 5,52%. Lalu pada tahun 2005, jumlah penduduk di Kecamatan Biringkanaya mengalami laju pertumbuhan sebesar 1% sehingga jumlahnya sebanyak 119.818 jiwa.[11]
Pada tahun 2019, Kecamatan Biringkanaya menjadi kecamatan dengan jumlah penduduk terbanyak di Kota Makassar. Jumlah penduduknya sebanyak 214.432 jiwa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 107.100 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan sebanyak 107.332 jiwa berjenis kelamin perempuan.[12]
Kepadatan penduduk
suntingPada tahun 2006, Kecamatan Biringkanaya merupakan kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk yang terendah di Kota Makassar. Kepadatan penduduknya hanya sekitar 2.485 jiwa/km2.[13]
Jumlah rumah tangga dan anggotanya
suntingPada tahun 2000, tercatat sebanyak 24.563 rumah tangga di Kecamatan Biringkanaya dengan rata-rata anggota rumah tangga sebanyak 3,91 orang. Lalu pada tahun 2004, jumlah rumah tangga di Kecamatan Biringkanaya bertambah menjadi 26.246 rumah tangga dengan anggota rumah tangga rata-rata sebanyak 4,52 orang. Kemudian pada tahun 2005, jumlah rumah tangga di Kecamatan Biringkanaya meningkat lagi menjadi 35.303 rumah tangga. Namun terjadi penurunan rata-rata jumlah anggota yaitu 3,39 orang tiap rumah tangga.[14]
Tata guna lahan
suntingPermukiman
suntingPola keruangan Kota Makassar terbagi menjadi tiga kawasan yaitu pusat, transisi dan pinggiran kota. Ketiga jenis ruang ini terbentuk akibat penyebaran penduduk dan kegiatan yang beragam pada wilayah kecamatan. Wilayah Kecamatan Biringkanaya dalam hal ini masuk dalam kawasan pinggiran kota.[11] Di Kecamatan Biringkanaya terdapat sebuah perumahan yaitu Bumi Tamalanrea Permai (BTP). Perumahan ini dibangun pada tahun 1992 oleh PT. Timur Rama dan dikelola oleh Perumnas. Pembangunannya pada tahun tersebut meliputi Kelurahan Tamalanrea, Kelurahan Katimbang, dan Kelurahan Buntusu. Tipe-tipe rumah yang dibangun yaitu tipe 21, tipe 36, tipe 45, tipe 54 dan tipe 70 dengan lahan seluas 270 ha. Tujuan pembangunan BTP untuk menambah daerah hunian dan mengurangi kepadatan penduduk di Kota Makassar.[15]
Perhubungan
suntingLalu lintas
suntingLalu lintas di Kecamatan Biringkanaya mengarah utamanya ke Kecamatan Ujung Pandang yang merupakan salah satu kawasan pusat Kota Makassar.[16]
Bencana alam
suntingWilayah pantai di Kecamatan Biringkanaya telah mengalami abrasi sepanjang 30 meter. Lokasi abrasi ini utamanya di perkampungan nelayan yang terdapat di Kelurahan Untia.[7]
Referensi
suntingCatatan kaki
sunting- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 74-75.
- ^ Subair 2019, hlm. 29-30.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 50.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 5.
- ^ Pemerintah Kota Makassar 2021, hlm. II-1.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 114.
- ^ a b c d Pemerintah Kota Makassar 2021, hlm. II-4.
- ^ Naing 2015, hlm. 67.
- ^ Naing 2015, hlm. 5.
- ^ Naing 2015, hlm. 84.
- ^ a b Mansyur 2022, hlm. 23.
- ^ Iqbal, dkk. 2021, hlm. 51.
- ^ Mansyur 2022, hlm. 22.
- ^ Mansyur 2022, hlm. 24.
- ^ Subair 2019, hlm. 32.
- ^ Mansyur 2022, hlm. 66.
Daftar pustaka
sunting- Iqbal, L. O. S. M., dkk. (2021). Muhibuddin, Andi; Jumain, Aslam, ed. Kutub Pertumbuhan dan Gentrifikasi: Studi Kawasan Pinggiran Kota Makassar (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978-623-226-302-4.
- Mansyur, Umar (Maret 2022). Alfiatin, ed. Manajemen Transportasi Publik Berkelanjutan: Studi Kasus Angkutan Umum Penumpang Non-Bus di Kota Makassar. CV. Diva Pustaka. ISBN 978-623-99802-0-7.
- Naing, Naidah (2015). Gani, Pratiwi Juniar Achmad, ed. Karakteristik Permukiman Kumuh Pesisir: Studi Kasus Makassar (PDF). Makassar: Yayasan Pendidikan Sains Indonesia. ISBN 978-602-60727-4-0.
- Pemerintah Kota Makassar (2021). Peraturan Walikota Makassar Nomor 36 Tahun 2021 tentang Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kota Makassar Tahun 2022 (PDF). Makassar: Pemerintah Kota Makassar.
- Subair, Nurlina (2019). Zainuddin, Rasyidah; Halim, Harifuddin; Iskandar, Abdul Malik, ed. Dinamika Sosial Masyarakat Urban. Makassar: Yayasan Inteligensia Indonesia. ISBN 978-623-90194-6-4.