Bissu (pemeran)
Bissu Usman (4 Juni 1901 – 14 Desember 1974) adalah pemeran Indonesia. Ia dikenal luas oleh masyarakat pada era sejak tahun 1930an hingga tahun 1970an.
Bissu Usman | |
---|---|
Lahir | Aceh | 4 Juni 1901
Meninggal | 14 Desember 1974 Jakarta, Indonesia | (umur 73)
Pekerjaan | Aktor |
Tahun aktif | 1938 - 1974 |
Keluarga
suntingAyahnya bernama Wonokromo. Sebetulnya ayahnya berasal dari Jawa, sebagai marsose ditempatkan di Aceh, maka itu Bissu lahir di situ. Selain sebagai marsose, ayahnya juga adalah peniup trompet pada zaman Hindia Belanda. Tapi kemudian dibesarkan di daerah Bogor, karena begitu ayahnya pensiun, memilih daerah tersebut untuk menetap. Bissu menikah dua kali dan memiliki 7 anak.
Pendidikan
suntingBissu pernah duduk di HIS cuma sampai kelas 5 saja.
Karier
suntingAwal karier
suntingTahun 1918 bekerja di Algemeene Secretarie Bogor sebagai Sechrif Beamte. Tiga tahun kemudian berhenti karena tertarik pada kesenian Sunda, maka dijelajahinyalah pengalaman sebagai anggota dari rombongan Ubrug, Betok, Laes, Reog, Doger, Sandiwara Sunda. Kemudian meningkat mempelajari permainan di panggung Stamboel-Opera. Tahun 1925 mulai main di panggung sandiwara Cina Beng Goat Lauw pimpinan Ny. Ang Goat Nio alias Miss Noni. Dikelilinginya seluruh Jawa. Pindah ke Opera Stamboel Palestina pimpinan Sumampow, lalu ke Sinar Sari pimpinan Musa yang mangkal di Prinsen Park (sekarang Lokasari), tidak jauh dari studio film JIF.
Dunia film
suntingDari situlah kemudian The Teng Chun menariknya menjadi pemain film produksinya. Pada filmnya yang pertama dan kedua, “Oh Iboe” dan “Tjiandjoer” (1938), Bissu sebagai pemeran utama, sejak munculnya Moch. Mochtar dalam “Alang-Alang” (1939), Bissu selalu muncul dalam peran penjahat. Dimasa pendudukan Jepang ia kembali ke sandiwara, lalu bergabung dengan rombongan hiburan Keimin Bunka Shidosho untuk menghibur tentara, romusha, dan lain-lain. Dan masa revolusi dilaluinya sebagai tukang loak.
Setelah kemerdekaaan
suntingSejak tahun 1950 kembali main film, tetapi sudah tidak mendapat peranan yang cukup berarti. Ia main di studio film Persari dan Panah Mas. Dalam masa film berwarna belakangan ini pun tetap mendapat kesempatan, mesti tidak terlalu penting. Antara lain dalam "Tiada Maaf Bagimu"sebagai peminta-minta. Filmnya yang terakhir Nafsu Gila”(1974) dan Ratu Amplop”(1974).
Penghargaan
suntingMendapat penghargaan dari Gubernur Ali Sadikin pada tahun 1972.
Trivia
sunting- Menjelang akhir hayatnya sering ia mengungkap prestasinya bahwa dialah satu-satunya pemain yang tidak pernah punya rumah sendiri. Dari dulu hanya menumpang di rumah mertua.
- Namanya sebenarnya adalah Usman. Dia dipanggil Bissu karena dia baru bisa berbicara ketika usianya menginjak 10 tahun.
Filmografi
sunting- Oh Iboe (1938)
- Tjiandjoer (1938)
- Alang-Alang (1939)
- Roesia si Pengkor (1939)
- Matula (1941)
- Srigala Item (1941)
- Djiwa Pemuda (1951)
- Pelarian dari Pagar Besi (1951)
- Matt Dower (1969)
- Bengawan Solo (1971)
- Matinja Seorang Bidadari (1971)
- Penunggang Kuda Dari Tjimande (1971)
- Tiada Maaf Bagimu (1971)
- Tjisadane (1971)
- Benyamin Biang Kerok (1972)
- Ratu Ular (1972)
- Bing Slamet Dukun Palsu (1973)
- Cincin Berdarah (1973)
- Nafsu Gila (1973)
- Dewi (1974)
- Paul Sontoloyo (1974)
- Ratu Amplop (1974)
- Suster Maria (1974)
Pranala luar
sunting- (Indonesia) Biografi di tamanismailmarzuki.com Diarsipkan 2013-04-28 di WebCite
- (Indonesia) Artikel di Majalah Tempo online[pranala nonaktif permanen]