Bob Tutupoly
Bobby Willem Tutupoly (13 November 1939 – 5 Juli 2022) atau yang lebih dikenal sebagai Bob Tutupoly adalah seorang penyanyi, pembawa acara, dan aktor Indonesia. Ia mulai rekaman di Jakarta pada tahun 1965 bersama Pattie Bersaudara. Selanjutnya, ia dikenal dengan lagu-lagu Lidah Tak Bertulang, Tiada Maaf Bagimu, Tinggi Gunung Seribu Janji, dan lain-lain.[1]
Bob Tutupoly | |
---|---|
Lahir | Bobby Willem Tutupoly 13 November 1939 Surabaya, Jawa Timur, Hindia Belanda |
Meninggal | 5 Juli 2022 Jakarta, Indonesia | (umur 82)
Nama lain | Bob Tutupoly |
Pekerjaan | Penyanyi, pembawa acara, aktor |
Suami/istri | Rosmayasuti Nasution (1977–2022) |
Anak | Sasha Karina Tutupoly |
Orang tua | Adolf Laurens Tutupoly Elisabeth Wilhemmina Henket-Sahusilawane |
Karier musik | |
Label | Blackboard, Arco Studio, Golden Hand, Aroma Records, Tropidana Records, Tanama Record dan Gita Virma Record |
Namun ia lebih tertarik menyanyi. Akhirnya ia bergabung Bill Saragih di band The Jazz Riders pada 1960.
Pada 1969 ia pergi ke Amerika Serikat dan memimpin sebuah restoran milik Pertamina di kota New York. Setelah kembali ke Indonesia pada 1977, ia menjadi populer karena membawakan lagu Widuri, ciptaan Slamet Adriyadi, yang menjadi sangat terkenal hingga saat ini.[2] Ia juga memandu acara kuis di TVRI.
Masa kecil
suntingBob Tutupoly adalah anak kedua dari lima bersaudara, pasangan perantau asal Negeri Ouw, Maluku, Adolf Laurens Tutupoly dan Elisabeth Wilhemmina Henket-Sahusilawane. Ia dilahirkan di RS William Booth, Jalan Diponegoro, Surabaya pada tanggal 13 November 1939.[3] Bob memiliki seorang kakak yang bernama Christian Jacobus Tutupoly dan tiga orang adik yang bernama Alexander Bartjes Tutupoly, Hendrika Laurensia Tutupoly, dan Adolf Tutupoly Jr. (meninggal pada tahun 1947, saat perjuangan mempertahankan kemerdekaan di Yogyakarta).[3] Ayahnya telah berdinas di Angkatan Laut sejak zaman penjajahan Belanda di Indonesia dan terus membela TNI ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya. Bob dan keluarganya sempat berpindah ke Yogyakarta yang kala itu menjadi ibu kota RI, sebelum akhirnya kembali ke Surabaya pada tahun 1953 dan memasuki bangku Sekolah Dasar di SD Pasar Turi.[3] Sejak kecil, Bob dan keempat saudaranya dididik dengan disiplin militer oleh sang ayah. Bakat seni Bob memang diwariskan dari kedua orang tuanya, ayahnya adalah pemain suling dan ibunya merupakan penyanyi di gereja.[3] Bob Tutupoly melanjutnya pendidikannya di SMP Kristen Embong Wungu, Surabaya dan SMA Katolik St. Louis, Surabaya. Ia sempat menuntut ilmu di Perguruan Tinggi Ekonomi Surabaya (Cikal bakal Fakultas Ekonomi Universitas Airlangga) dan Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung namun kedua terhenti di tengah jalan.[3]
Karier
suntingKarier bernyanyi
suntingKegemaran Bob Tutupoly akan dunia tarik suara telah ditunjukkannya sejak kecil dan ia mulai bernyanyi untuk mendapatkan uang jajan tambahan pada masa remajanya. Saat duduk di bangku SMA, Bob diajak bergabung dalam Kwartet Jazz di RRI Surabaya oleh Didi Pattirane. Bersama Didi Patirane, Bob juga merekam lagu-lagu daerah Maluku, seperti Mande-mande, Sulie, dan Donci Bagici. Rekaman tersebut difasilitasi oleh perusahaan rekaman milik negara, Lokananta. Pada masa-masa itu, Bob juga diminta bergabung dengan Chen Brohers (Bubi Chen, Nico, Jopie Chen, dan Frans) untuk mengisi acara dansa kalangan atas. Bob Tutupoly pernah tergabung di dalam Band Bhinneka Ria bersama dengan Bubi Chen, Loudy Item, Award Seweileh, Marius Diaz, Hasan Alamudin, dan Yusmin. Band ini berhasil menjuarai festival band di Surabaya dan festival Band se-Jawa di Jakarta. Band Bhinneka Ria sempat bermain bersama Trio Los Pancos dan merekam lagu Oto Bemo, Kopral Jono, dll. bersama dengan Jack Lesmana pada tahun 1960. Ketika berkuliah di Bandung, Bob tergabung dalam grup Cresendo pimpinan Yongki Nusantara yang sering tampil di hotel, seperti Hotel Homman dan Bumi Sangkuriang serta beberapa klub malam kota Bandung.[4] Pada tahun 1963, band The Riders meminta dirinya menggantikan vokalis mereka saat itu, Bill Saragih, yang bekerja di Thailand. Bersama The Riders, Bob dapat tampil di Nirwana Super Club, Hotel Indonesia sebanyak 15 kali dalam sebulan. Bob tidak hanya sering tampil di Hotel Indonesia, tetapi juga di TVRI dan tempat-tempat lain yang mengundangnya.
Karier pembawa acara
suntingSejak masih muda, Bob Tutupoly telah dikenal melalui berbagai acara yang dipandunya seperti kuis Pesona 13 (selama 1,5 tahun), Silih berganti (selama 2 tahun), dan Ragam Pesona (selama 5 tahun). Selebritis Indonesia yang pernah menjadi tamu di acara-acara Bob adalah Benyamin Sueb, Chintami Atmanagara, Henny Purwonegoro, Meriam Bellina, Iis Sugianto, Neno Warisman, dan lain-lain. Di usianya yang tidak lagi muda, Bob sempat membawakan acara Tembang Kenangan di Indosiar selama beberapa tahun.[5]
Diskografi
suntingAlbum
suntingEnteng Tanamal, pemimpin Band Panca Nada, mengajak Bob untuk merekam lagu-lagu Natal bersama Pattie bersaudara di Remaco.[4] Selanjutnya, Bob pun mulai merekam berbagai lagu seperti Gunung Seribu Janji, Tak Mungkin Kulupa, Tiada Maaf Bagimu, dan Batu Nisan. Ia tidak hanya tampil di dalam negeri tetapi juga di Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Pada tahun 1966-1969, ia meraih predikat sebagai Penyanyi Kesayangan Siaran ABRI. Selain itu, ia juga dianugrahi golden records (piringan emas) karena hasil penjualan piringan hitamnya laku di pasaran.[4] Pada tahun 1969, Bob Tutupoly pindah ke Amerika Serikat atas tawaran dari grup Venturas (grup yang berisi orang Indonesia dan bermarkas di Los Angeles) yang berjanji akan mencarikan produser dan melakukan rekaman di negara tersebut. Sayangnya kedua hal tersebut tidak terwujud dan Bob malah bekerja paruh waktu di Yamaha Buena Park dan bergabung dengan The Midnighters untuk bernyanyi di San Fransisco dan Los Angeles. Bob pun akhirnya berpindah ke Las Vegas untuk bernyanyi di klub malam dan kasino-kasino yang ada di sana. Di sana, ia sempat merekam beberapa lagu seperti Hello LA dan Bye-Bye Birmingham yang tidak diedarkan.[6] Di kota ini pula, ia bertemu dengan Haryono, Direktur Utama Pelita (anak perusahaan Pertamina) yang memberikan kesempatan kepadanya untuk menjadi public relation dan penyanyi di Restoran Ramayana. Restoran itu merupakan restoran Indonesia yang didirikan oleh Pertamina di New York dan berfungsi sebagai agen promosi wisata Indonesia.[6] Bob pun pernah menduduki jabatan sebagai pemimpin restoran tersebut hingga akhirnya pada tahu 1976, ia kembali ke Indonesia dan merekam lagu Widuri ciptaan Slamet Aryadi. Pada tahun 1978, Bob dan Grace Simon terpilih untuk menjadi wakil Indonesia dalam pertukaran artis ASEAN.[5] Ia juga menjadi pemenang pertama dalam Festival Lagu Populer 1980 dan mewakili Indonesia dalam Festival Internasional di Budokan Hall, Jepang. Beberapa album yang telah direkam oleh Bob adalah
- The Best Song Of Bob Tutupoly Widuri
- Album Nostalgia 2
- Album Cinta Nostalgia 2
- Tembang Kenangan Pop Indonesia Vol 6 "Kerinduan"
Kegiatan lain
suntingDi samping aktif bernyanyi, Bob Tutupoly juga sering menjadi duta budaya yang bertugas membawa kesenian Indonesia di pentas Asia bahkan internasional. Bob juga pernah membawa rombongan kesenian Maluku "Siwa Lima" pergi pentas ke beberapa kota di Belanda pada tahun 1985 dan 1988. Ia sering berolahraga dengan bermain golf, bola voli, basket, dan bulu tangkis. Bob Tutupoly juga pernah mendirikan usaha bernama PT Widuri Utama dan Widuri Promotion, serta memiliki kerjasama dengan Depertemen Transmigrasi dan Departemen Kehutanan. Seorang Bob Tutupoly juga pernah menduduki jabatan sebagai Ketua Umum Keluarga Besar Organisasi Sosial Keagamaan Anak-Anak Negeri.[5] Bersama dengan Bubi Chen, Enteng Tanamal, Bob Tutupoli, John Reny Rehatta, Christ Manusama dan Zeth Lekatompessy, Bob Tutupoly pernah meraih penghargaan Ambon Jazz Plus atas dedikasinya memajukan musik tanah air, terutama Maluku.
Keluarga
suntingKetika menjabat sebagai public relation di Restoran Ramayana (NY), Bob berkenalan dengan seorang penari Indonesia bernama Rosmayasuti Nasution (Yosie) yang sedang tampil di tempat tersebut. Bob Tutupoly melamar istrinya pada tahun 1972. Istrinya tersebut merupakan None Jakarta 1972. Pada tanggal 15 April 1977, Bob dan Yosie resmi menjadi suami-istri di hadapan petugas catatan sipil. Pernikahan tersebut dihadiri oleh Adnan Buyung Nasution sebagai saksi atas keluarga Yosie dan Leo Lopulisa sebagai saksi dari pihak Bob. Sebelumnya mereka berdua harus menjalani persidangan selama sembilan bulan dikarenakan perbedaan keyakinan yang mereka anut. Putri semata wayang mereka lahir di Jakarta pada tanggal 29 Januari 1978 dan diberi nama Sasha Karina Tutupoly.[6]
Kematian
suntingBob meninggal dunia pada 5 Juli 2022 pukul 00:03 WIB di Rumah Sakit Mayapada Jakarta pada usia 82 tahun setelah mengidap penyakit komplikasi yang dideritanya.[7]
Filmografi
suntingFilm
suntingTahun | Judul | Peran | Catatan |
---|---|---|---|
1977 | Penasaran | Karya debut | |
2008 | Sebelah Mata |
Penghargaan dan nominasi
suntingTahun | Penghargaan | Kategori | Hasil |
---|---|---|---|
2015 | Anugerah Musik Indonesia | Legend Award | Penerima |
Referensi
sunting- ^ "Bob Tutupoly, Setengah Abad Bernyanyi". Kompas.com. Kompas Gramedia. 7 November 2009. [pranala nonaktif permanen]
- ^ Slamet Adriyadi, Pencipta "Widuri" yang Terlupakan
- ^ a b c d e Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaa
- ^ a b c Edy Suherli (THN XII/ EDISI 597 / 3-9 Februari), "Bob Tutupoly", C&R, hlm. 6
- ^ a b c Edy Suherli (THN XII/ EDISI 599/ 17-23 Februari), "Bob Tutupoly", C&R, hlm. 6
- ^ a b c Edy Suherli (THN XII/ EDISI 598 / 10-16 Februari), "Bob Tutupoly", C&R, hlm. 6
- ^ Yondra, Dedi (5 Juli 2022). "Kabar Duka, Bob Tutupoly Meninggal Dunia". JPNN.com. Diakses tanggal 5 Juli 2022.