Bodesari, Plumbon, Cirebon

desa di Kabupaten Cirebon, Jawa Barat

Bodesari adalah desa di kecamatan Plumbon, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.

Bodesari
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
KabupatenCirebon
KecamatanPlumbon
Kode pos
45158
Kode Kemendagri32.09.18.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas... km²
Jumlah penduduk7.987 jiwa
Kepadatan... jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 6°42′43″S 108°28′59″E / 6.71194°S 108.48306°E / -6.71194; 108.48306

Kondisi Desa

Desa Bodesari adalah salah satu dari 15 (lima belas) desa yang ada di Kecamatan Plumbon dan merupakan desa dari hasil pemekaran Desa Bode Lor pada tahun 1982. Jarak tempuh atau orbitasi Desa Bodesari, Jarak ke Ibu Kota Kecamatan ± 3 Km. Jarak ke Ibu Kota Kabupaten ± 10 Km Jarak ke Ibu Kota Propinsi ± 119 KM. Terletak di wilayah Utara Ibu kota Kabupaten. Secara administratif, wilayah Desa Bodesari memiliki batas sebagai berikut:

Sebelah Utara: Desa Gombang dan Desa Tegalwangi

Sebelah Selatan: Desa Bode Lor,Desa Kertasari dan Desa Marikangen

Sebelah Timur: Desa Tegalwangi dan Desa Bode Lor

Sebelah Barat: Desa Kertasari, Desa Marikangen dan Desa Gombang

Desa Bodesari termasuk daerah dataran rendah dengan ketinggian ± 14 M dpl. Curah Hujan rata –rata ± 2.000 Mm. Suhu udara rata – rata berkisar 32 °C. Luas wilayah desa ± 127,8219 Ha yang terdiri dari Luas persawahan 65 Ha, Luas Pemukiman 55,6 Ha, Luas kuburan 1,8033 Ha, Luas Perkantoran 0,156 Ha, Luas prasarana umum lainnya 5,35 Ha. Sebagaimana wilayah tropis, Desa Bodesari mengalami musim kemarau dan musim penghujan dalam tiap tahunnya. dengan Jarak pusat desa dengan ibu kota kabupaten yang dapat ditempuh melalui perjalanan kurang lebih 8 km. Kondisi prasarana jalan poros desa yang masih berupa jalan konstruksi lapen dengan kondisi yang butuh perbaikan Sedangkan jarak pusat desa dengan ibu kota kecamatan yang dapat ditempuh melalui perjalanan 3 km.

Desa Bodesari merupakan wilyah Industri Furnitur dari Rotan hal ini didukung oleh kondisi wilayah desa Bodesari yang termasuk jalur Utama menuju Jakarta. Berdasarkan kondisi desa ini maka akan dijabarkan permasalahan, potensi, hingga daftar Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) yang diprogramkan untuk 6 (enam) tahun.

Sejarah Desa

Desa Bodesari merupakan salah satu Desa yang terdapat di Kecamatan Plumbon Kabupaten Cirebon. Kebanyakan dari penduduk desa Bodesari adalah bermata pencaharian sebagai wiraswasta yang bergelut dalam bidang industri rotan, walaupun ada sebagian kecil yang bertani. Dalam perkembangannya Desa Bodesari adalah hasil pemekaran dari Desa Bode yaitu menjadi Desa Bodelor dan Desa Bodesari, yang keduanya masih berada di bawah cakupan Kecamatan Plumbon.

Tercatatnya dalam sejarah, penduduk Desa Bodesari dahulunya mayoritas bermata pencaharian bertani, walaupun ada sebagian kecil menekuni bidang sandang (tenun dan Kain). Karena Desa Bodesari yang letak geografisnya berdekatan dengan Desa Tegalwangi yang nota bene adalah Desa industri, akhirnya Desa Bodesari menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mulailah satu persatu penduduk Desa Bodesari belajar tentang kerajinan rotan, dan mulai saat itu dirasakan ada perubahan dalam kehidupan. Karena berwiraswasta dalam bidang kerajinan rotan dianggap menguntungkan dan bias mencukupi kebutuhan hidup bila dibandingkan dengan bertani maka lambat laun, perlahan tapi pasti masyarakat Desa Bodesari mayoritas lebih memilih menekuni sebagai seorang wiraswasta kerajinan rotan, yang pada akhirnya sampai dengan saat sekarang penduduk Desa Bodesari kebanyakan adalah seorang pengrajin rotan.

Asal Muasal Dinamakan Bode

Dalam meneliti/melacak tentang sejarah Desa Bode, penulis mendapatkan dua versi dari dua Narasumber yang berbeda. Namun keduanya dapat ditarik benang merahnya, yaitu sama-sama mengacu pada maksud yang sama. Kedua versi tersebut adalah:

Versi K.H. Kariem

Menurut penuturan K.H. Kariem bahwa, Desa Bode pada zaman dahulu penduduknya mayoritas adalah petani. Sebagaimana pada umumnya daerah-daerah yang lain, Desa Bode juga mempunyai seorang Penggeden Desa. Menurut K.H. Kariem Desa Bode seorang Penggede-nya adalah seorang wanita atau sering disebut Nyi Gede Bode.Nyi Gede Bode yang pada waktu itu sedang kasmaran dengan seorang jejaka yaitu Ki Gede Kaliwulu (sekarang Desa Kaliwulu, Kec. Weru – Pen) sangat mendambakan untuk bisa menjalin rumah tangga. Namun entah karena sebab apa, hubungan keduanya kurang berjalan lancar. Karena begitu kasmarannya Nyi Gede Bode pada Ki Gede Kaliwulu, Nyi Gede Bode menyamar/ berubah wujud menjadi Kebo Gede dengan maksud agar dapat bertemu, berdekatan dan dipegang olek Ki Gede Kaliwulu yang kesehariannya sebagai petani yang biasa membajak sawah dengan menggunakan weluku.

Atas peristiwa tersebut, berubahnya Nyi Gede Bode menjadi Kebo Gede pada akhirnya lidah orang gampang mengucapkan Kebo Gede diambil belakangnya saja menjadi Bode. Yang akhirnya dijadikan sebagai sebuah nama Desa.

Bukti sejarah yang sampai sekarang dapat disaksikan adalah dua buah kuburan tua yang sekarang menyatu dalam satu pagar yaitu kuburan Ki Gede Kaliwulu dan Nyi Gede Bode yang terletak di pekuburan Masjid Kramat Kaliwulu Kecamatan Weru. Selain itu juga ada bukti lain yaitu sebuah sumur tua yang dulunya digunakan oleh Nyi Gede Bode dan Ki Gede Kaliwulu yang terletak di tengah sawah yang sekarang telah dibangun perumuhan Kaliwulu Indah.

Versi K. Hawari

  • Menurut penuturan K. Hawari bahwa dirinya masih keturunan asli dari KiGede Bode (Ki Jelari). Hal ini dibuktikan dengan melihat ibu jari kakinya pecah yang menandakan bahwa K. Hawari merupakan keturunan asli Ki Gede Bode. Desa Bode dahulu tepatnya pada zaman Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Solo merupakan pemukiman terpencil yang masyarakatnya hidup makmur dan subur dengan berpenghasilan dari pertanian. Di Desa itulah hidup seorang alim, yang dikenal sakti mandra guna, beliau adalah Ki Jelari atau yang akrab disebut dengan Ki Gede Bode. Ki Jelari adalah seorang tokoh masyarakay yang alim yang diberi keistimewaan oleh Allah SWT. Berupa suara yang merdu yang biasa digunakan untuk ngidung/ nyanyi. Karena begitu senangnya dengan kidung, Ki Jelari selalu mengisi waktunya dengan ngidung. Kidungannya begitu merdu dan indah syair kidungnnya, sampai-sampai suaranya di waktu ngidung bisa terdengar di Kesultanan Solo. Suara merdu kidung Ki Jelari tiap malam terdengar di Kesultanan Solo, hingga Putri Sultan pun kena pelet, tiap hari ingin selalu mendengarkan suara kidung Ki Jelari, sampai rindu ingin bertemu. Karena begitu rindunya Sang Putri jatuh sakit. Melihat putrinya jatuh sakit karena suara kidung yang didengarnya tiap malam, maka Sultan memerintahkan kepada beberapa prajurit pilihan untuk mencari sampai dapat orang yang kidungnya terdengar setiap malam itu, dengan ancaman apabila para prajurit itu tidak menemukannya maka kepala merekalah sebagai gantinya. Singkat cerita samapilah para prajurit pilihan Sultan di pemukiman Lebak Bode. Setelah bertanya dan akhirnya bertemu dengan Ki Jelari. Setelah mengutarakan maksud kedatangannya pada Ki Jelari agar supaya bisa ikut ke Kesultanan Solo untuk menyembuhkan penyakit yang diderita sang Putri. Setelah berunding, Ki Jelari memutuskan untuk ikut pergi ke Solo bersama prajurit. Sesampainya di Kesultanan Solo, Ki Jelari disambut dengan meriah di kalangan Kesultanan. Setelah beristirahat, Ki Jelari dipersilakan oleh Sultan Solo untuk ngidung syair-syair kepunyaannya. Dan anehnya setiap telinga yang mendengarkan kidungnya timbul rasa simpatik dan suka terhadapnya bahkan Putri pun sembuh dari sakitnya dan akhirnya Putri Sultan pun timbul rasa suka. Setelah tiga hari lamanya berada di Kesultanan Solo, ada saja prang yang tidak suka atas kehadiran Ki Jelari di kesultanan Solo dengan mengisukan bahwa Ki Jelari telah memelet sang Putri sehingga Putri tergila-gila pada Ki Jelari. Akhirnya isu tersebut sampai kepada Sulatan Solo dan langsung saja Sultan memerintahkan Ki Jelari untuk melepaskan peletnya. Karena begitu patuhnya Ki Jelari sebagai rakyat kecil kepada Sultan akhirnya Ki Jelari melepaskan dan membuang keistimewaannya yaitu ngidungnya walaupun Ki Jelari tersebut tidak menggunakan pelet. Setelah kejadian tersebut kira-kira seminggu sudah Ki jelari berada di Kesultanan Solo, sang Putri sudah sembuh dari sakitnya dan sebagai rasa terima kasih Sultan Solo kepada Ki Jelari diberikan hadiah berupa 2 ekor Kerbau Gede, padi 100 ton dan ikan cucut yang sangat besar, setelah itu Ki Jelari disuruh pulang ke kampung halamannya. Hal ini dianggap sebagai penghinaan oleh Ki Jelari, sehingga Ki Jelari memperlihatkan kesaktiannya, Kerbau Gede yang 2 ekor ia kantongi di saku sebelah kanan, padi 100 ton di kantong sebelah kiri dan ikan cucut yang besar di kantong saku atas baju kampretnya, kemudian Ki Jelari begegas pulang. Sesampainya di tanah kelahirannya, warga setempat geger karena setelah seminggu lebih lamanya pemimpinnya pergi. Setelah cerita kepergiannya selama itu kepada kerabatnya, akhirnya salah seorang kerabatnya nyeleneh kepada Ki Jelari untuk menanyakan bawaan atau oleh-oleh apa setelah pergi seminggu lebih tersebut. Karena di Tanya oleh-oleh Ki Jelari teringat akan hadiah yang diberikan Sultan Solo kepadanya, dan dikeluarkanlah 2 ekor Kerbau Gede dari saku kanan, 100 ton padi dari saku kiri dan ikan cucut dari saku atas bajunya. Atas peristiwa tersebut masyarakat ribut tentang oleh-oleh yang di bawah Ki Jelari 2 ekor Kerbau Gede dan sampai akhirnya masyarakat menyebutnya Kebo Gede yang di singkat Bode. Bukti sejarah yang sampai sekarang dapat disaksikan adalah kuburan Ki Gede Bode (Ki Jelari) yang dikubur di pekuburan Petolang Lebak Karang Sari Desa Bodesari. Pada Tahun 1982 Desa Bode dimekarkan menjadi dua Yakni Desa Bode Lor dan Desa Bodesari. Karena Desa Bodesari yang letak geografisnya berdekatan dengan Desa Tegalwangi yang nota bene adalah Desa industri, akhirnya Desa Bodesari menyesuaikan diri dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mulailah satu persatu penduduk Desa Bodesari belajar tentang kerajinan rotan, dan mulai saat itu dirasakan ada perubahan dalam kehidupan. Karena berwiraswasta dalam bidang kerajinan rotan dianggap menguntungkan dan bias mencukupi kebutuhan hidup bila dibandingkan dengan bertani maka lambat laun, perlahan tapi pasti masyarakat Desa Bodesari mayoritas lebih memilih menekuni sebagai seorang wiraswasta kerajinan rotan, yang pada akhirnya sampai dengan saat sekarang penduduk Desa Bodesari kebanyakan adalah seorang pengrajin rotan.

Adapun adat istiadat yang masih melekat dan dipelihara adalah:

1. Nujuh Bulanan

2. Tahlilan Kifayah

3. Sedekah Bumi

4. Bebarik

5. Tahlilan setiap Jum’at Kliwon

Untuk urutan yang menjadi pimpinan di Desa Bodesari dari Ki Sayu hingga sekarang adalah sbb:

SILSILAH URUTAN KUWU

DI DESA BODESARI

1. Pj. WARI 1982 – 1984

2. MARSAN 1984 – 1994

3. Pj. SUPARTO 1994 – 1995

4. MARSAN 1995 – 2003

5. MOCH. BUANG 2003 – 2013

6. Pj. YANTO 2013 – 2014

7. Pj. SURANTO 2014 – 2014

8. NURYADI (PENJABAT KUWU) 2014 – 2015

9. SURANTO 2016 – Sekarang

Pranala luar

sunting