Istilah bom Twitter atau bom cuitan mengacu pada pengiriman atau spam sejumlah kiriman dengan tagar yang sama dan konten serupa lainnya, termasuk @messages dari beberapa akun dengan tujuan mengiklankan konten atau meme tertentu, biasanya dengan mengisi beranda orang dengan pesan yang sama dan menjadikannya "topik tren" di X (sebelumnya Twitter).[1] Taktik ini dapat dilakukan oleh pengguna individu, akun palsu, atau keduanya.[2]

Periklanan

sunting

Taktik pengeboman Twitter dapat digunakan untuk iklan komersial.[3] Contohnya terdapat pada acara Maraton Boston 2023 yang lalu, dimana kejadian pengeboman dimanfaatkan untuk kepentingan masing-masing akun, termasuk iklan dengan memanfaatkan tagar #BostonStrong.[4]

Politik

sunting

Pengeboman Twitter adalah salah satu alat yang digunakan dalam aktivisme Internet, baik oleh politisi arus utama seperti Barack Obama maupun oleh kelompok seperti Anonymous.[1] Penggunaan bom Twitter paling awal digunakan oleh blogger Liza Sabater dan Kenneth Quinnell sebagai tanggapan terhadap penggunaan tagar #dontgo oleh Partai Republik yang berkaitan dengan pengeboran minyak lepas pantai pada Agustus 2008.[5] Istilah ini digunakan untuk tujuan lain pada tahun 2008, namun arti lainnya telah hilang.

Contoh bom Twitter lainnya adalah kampanye yang diselenggarakan oleh aktivis online sebagai tanggapan terhadap artikel Washington Post tanggal 31 Juli 2009 tentang Hillary Clinton yang dianggap seksis.[1]

Pada tahun 2011, taktik ini digunakan secara luas oleh staf kampanye Barack Obama untuk mendorong para pengikutnya agar menghubungi Kongres dan mendorong mereka mencapai kompromi selama krisis plafon utang Amerika Serikat pada tahun 2011. Tak lama kemudian, @BarackObama kehilangan sekitar 37.000 pengikut.[2]

Dampak positif

sunting

Pengeboman/spam Twitter dapat memberikan paparan terhadap peristiwa terkini yang kurang diekspos dari media arus utama. Dhiraj Murthy menulis:

Twitter telah menerima perhatian media yang signifikan dalam penggunaannya untuk menyebarkan informasi selama kejadian bencana, termasuk ledakan bom Mumbai tahun 2008 (Dolnick, 2005) dan jatuhnya pesawat US Airways penerbangan 1549 pada bulan Januari 2005.(Beaumont, 2009).[6]

Menghubungkan ini dengan penggunaan tagar, lihat aktivisme tagar, berita dan informasi dapat menyebar di internet dengan cepat dengan penggunaan tagar.

Perbandingan dengan spam

sunting

Penggunaan taktik bom Twitter diketahui gagal, karena orang-orang mungkin akan tersinggung oleh spam atau sakat.[7] Pelaku spam memiliki beberapa tujuan, yaitu phishing, periklanan, atau penyebaran malware. Berbeda dengan spam tradisional seperti email, X hanya memiliki batas 280 karakter per kiriman. Oleh karena itu, bom Twitter sering kali menyertakan URL dalam kiriman mereka untuk mengarahkan pengguna lain ke halaman jahat mereka secara daring.[8]

Tidak seperti spam email, bom Twitter mungkin memerlukan partisipasi dari pengguna yang ditargetkan. Akun palsu adalah sumber umum bom Twitter. Untuk menghindari filter spam X dan untuk mengatasi kurangnya pengikut, bom Twitter sering kali dikirimkan sebagai balasan terhadap kiriman yang ada tentang topik yang sama. Hal ini dilakukan dengan harapan penulis kiriman yang ada akan memposting ulang tanggapannya kepada pengikutnya sendiri, menyebarkan bom Twitter sebelum akun palsu tersebut dihapus.[9]

Sehubungan dengan angka, contoh bom Twitter yang dianalisis dalam sebuah makalah penelitian menggambarkan bagaimana sembilan akun pengguna palsu menghasilkan 929 kiriman dalam 138 menit, semuanya dengan URL ke situs web politik, menyajikan pandangan negatif terhadap politisi AS Martha Coakley.[9] Pesan tersebut mungkin telah mencapai sekitar 60.000 sebelum dihilangkan oleh X sebagai spam.[10]

Kritik

sunting

Banyak pengguna X merasa nyaman dalam berbagi ide dan pemikirannya kepada masyarakat umum. Meskipun X dapat digunakan untuk menyadarkan tentang berbagai masalah dan penyebabnya,[11] banyak yang dapat memanfaatkan dan mengirimkan banyak kiriman yang mungkin akan dianggap spam. Halaman aturan X menganggap kiriman sebagai "spam" setelah pengguna menampilkan beberapa kiriman dengan tagar yang tidak terkait dengan topik tertentu, atau terus mengirimkan beberapa kiriman dengan konten yang sama dalam satu akun. Dalam beberapa kasus, kiriman ini dapat dianggap sebagai sakat ketika mereka mulai mencari pengguna X lainnya untuk berdebat tentang isu kontroversial.[12]

Lihat juga

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ a b c Joyce, Mary, ed. (2010). Digital activism decoded: the new mechanics of change. New York: International Debate Education Association. ISBN 978-1-932716-60-3. OCLC 471787571. 
  2. ^ a b Doig, Polly Davis (2011-07-30). "37K Followers Ditch Obama After Twitter Bomb". Newser. Diakses tanggal 2024-12-19. 
  3. ^ "McCauley Marketing Services Explains the Twitter Bomb". www.mccauleyadvertising.com. Diakses tanggal 2024-12-19. 
  4. ^ Chung, JungWon Yoon, EunKyung (2016-03-15). "Image use in social network communication: a case study of tweets on the Boston marathon bombing". www.informationr.net (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19. 
  5. ^ Rex, Professor (2008-08-05). "Florida Speaks: Twitter Bomb". Florida Speaks. Diakses tanggal 2024-12-19. 
  6. ^ Murthy, Dhiraj. "Twitter: Microphone for the masses?." Media, Culture & Society 33.5 (2011): 779.
  7. ^ Feiner, Lauren (2019-06-09). "Trolls use a little-known Twitter feature to swarm others with abuse, and their targets say Twitter hasn't done much to stop it". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19. 
  8. ^ Song, Jonghyuk; Lee, Sangho; Kim, Jong (2011). Sommer, Robin; Balzarotti, Davide; Maier, Gregor, ed. "Spam Filtering in Twitter Using Sender-Receiver Relationship". Recent Advances in Intrusion Detection (dalam bahasa Inggris). Berlin, Heidelberg: Springer: 301–317. doi:10.1007/978-3-642-23644-0_16. ISBN 978-3-642-23644-0. 
  9. ^ a b Panagiotis, Takis; Metaxas; Mustafaraj, Eni (2010). "From Obscurity to Prominence in Minutes: Political Speech and Real-Time Search". 
  10. ^ Savage, Neil (2011-03-01). "Twitter as medium and message". Commun. ACM. 54 (3): 18–20. doi:10.1145/1897852.1897860. ISSN 0001-0782. 
  11. ^ Campos, Luis (2015-03-13). "Using Twitter for Social Good: Raising Awareness on the effects of Teen Dating Abuse". PBS SoCal (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-12-19. 
  12. ^ "Peraturan X; keamanan, privasi, keaslian, dan lainnya". help.x.com. Diakses tanggal 2024-12-19.