Branded to Kill (殺しの烙印, Koroshi no rakuin) adalah sebuah film yakuza Jepang yang dirilis pada tahun 1967 dan disutradarai oleh Seijun Suzuki serta dibintangi oleh Joe Shishido, Koji Nanbara dan Annu Mari. Film beranggaran rendah ini diproduksi untuk Perusahaan Nikkatsu, awalnya dirilis dalam bentuk fitur ganda bersama dengan film Burning Nature karya Shōgorō Nishimura. Film ini menceritakan tentang Goro Hanada yang merupakan seorang pembunuh bayaran yang jatuh cinta dengan seorang wanita bernama Misako, yang merekrutnya untuk misi yang tampaknya mustahil. Ketika misi gagal, ia diburu oleh Number One Killer dengan metode yang mengancam kewarasannya sepanjang waktu.

Branded to Kill
SutradaraSeijun Suzuki
ProduserKaneo Iwai
Ditulis olehHachiro Guryu[1]
Pemeran
Penata musikNaozumi Yamamoto
SinematograferKazue Nagatsuka
PenyuntingMutsuo Tanji
DistributorNikkatsu
Tanggal rilis
15 Juni 1967
Durasi98 menit
NegaraJepang
BahasaJepang
AnggaranJPY 20 juta

Studio film tidak senang dengan skenario asli dan memanggil Suzuki untuk menulis ulang dan menyutradarai film ini pada saat-saat terakhir. Suzuki datang dengan banyak ide, dan menyambut juga ide dari kolaboratornya. Ia memberikan sentuhan gaya satire, anarkis, dan visual eklektik pada film yang sebenarnya telah diperingatkan oleh studio untuk ia hindari sebelumnya. Film ini mendapatkan kegagalan komersial dan kritik dan Suzuki akhirnya dipecat karena membuat "film yang tidak masuk akal".[2] Suzuki berhasil menggugat Nikkatsu dengan dukungan dari kelompok mahasiswa, pembuat film lainnya dan masyarakat umum, pada akhirnya menyebabkan kontroversi besar di dalam industri film Jepang. Suzuki masuk daftar hitam dan sama sekali tidak membuat film lain selama 10 tahun, akan tetapi ia dianggap menjadi pahlawan kontrabudaya.[3]

Para kritikus dan penggemar film saat ini, menganggap film Branded to Kill sebagai mahakarya yang absurdis.[4] Film ini adalah film yang mempengaruhi para pembuat film seperti Jim Jarmusch, John Woo, Chan-wook Park dan Quentin Tarantino, serta komposer John Zorn.[5] Tiga puluh empat tahun setelah Branded to Kill rilis, Suzuki membuat film Pistol Opera (2001) bersama dengan Nikkatsu, yang merupakan sekuel dari film ini.

Plot sunting

Goro Hanada, pembunuh bayaran peringkat ketiga di dunia hitam Jepang, bersama istrinya, Mami, terbang ke Tokyo dan bertemu dengan Kasuga, seorang mantan pembunuh bayaran yang kini menjadi sopir taksi. Kasuga meminta tolong kepada Hanada untuk membantunya agar ia bisa kembali ke profesi lamanya. Hanada setuju dan mereka bertiga kemudian pergi ke klub milik bos yakuza, Michihiko Yabuhara. Hanada dan Kasuga akhirnya dipekerjakan untuk mengawal klien dari Pantai Sagami ke Nagano. Setelah pertemuan, Yabuhara diam-diam menggoda istri Hanada.

Hanada dan Kasuga mengambil mobil yang akan dipakai untuk melakukan pekerjaan mereka, namun secara tak terduga di dalam mobil tersebut terdapat mayat di kursi belakang. Mereka membuang mayat itu dan kemudian bertemu klien untuk selanjutnya menuju tujuan akhir mereka. Di dalam perjalanan, Hanada menghadapi sebuah penyergapan. Ia berhasil melumpuhkan sejumlah pria bersenjata sementara Kasuga panik dan histeris. Dengan mulut berbusa, Kasuga menghadapi pelaku penyergapan yakni Koh yang juga merupakan pembunuh bayaran peringkat empat, dan mereka saling membunuh. Hanada meninggalkan klien untuk mengambil mobil Koh tetapi setelah mendengar tiga suara tembakan ia bergegas kembali untuk mengetahui keadaan klien aman atau tidak dan tiga penyergap lainnya berhasil dilumpuhkan oleh sang klien dengan tembakan yang bersarang di dahi mereka. Pada penyergapan kedua, Hanada membunuh lebih banyak orang bersenjata dan membakar Sakura, pembunuh bayaran peringkat kedua. Sakura dengan liar berlari ke arah klien tetapi dapat ditembak mati oleh klien. Dalam perjalanan pulang, mobil Hanada rusak. Misako, seorang wanita misterius, berhenti dan memberinya tumpangan. Ketika sampai di rumah, Hanada melakukan hubungan seks yang kasar dengan istrinya, didorong oleh obsesinya terhadap wangi nasi yang baru matang.

 
Hanada (kanan) meminta Misako untuk membelikannya nasi. Hanada menggunakan wangi dari nasi yang baru matang untuk dapat mencapai gairah seksual.[6] Apartemen Misako dihiasi dengan kupu-kupu mati yang ditafsirkan sebagai simbol cinta yang obsesif.[7]

Yabuhara menyuruh Hanada untuk membunuh empat orang, tiga di antara mereka adalah petugas bea cukai, seorang okularis dan pedagang perhiasan. Hanada menembak orang yang pertama dari belakang papan reklame pemantik rokok animatronik, orang kedua ia tembak dari ruang bawah tanah melalui saluran pipa air ketika target tengah mencuci sesuatu di wastafel, pada saat ingin membunuh target ketiga ia diperintahkan untuk segera menyelesaikannya dengan cepat, padahal ia tengah bersiap-siap, Hanada pun langsung masuk ke dalam gedung dan berhasil menembaknya ia meloloskan diri dengan menaiki balon iklan.

Misako kemudian muncul di depan pintu rumah Hanada dan menawarkannya kontrak untuk membunuh orang asing, ia tidak bisa menolak karena Hanada telah mendengar rencana pembunuhan itu. Ketika melaksanakan perkerjaannya, tiba-tiba seekor kupu-kupu mendarat di laras senapan Hanada dan menyebabkan ia kehilangan targetnya dan malah membunuh orang yang tidak bersalah. Misako mengatakan kepadanya bahwa ia sekarang akan kehilangan peringkat dan nyawanya. Hanada membuat rencana untuk meninggalkan negaranya tetapi ia malah ditembak oleh istrinya sendiri, yang kemudian membakar apartemen mereka dan melarikan diri. Namun, tembakan istrinya hanya mengenai gesper ikat pinggangnya dan ia lolos dari maut dan rumahnya yang sedang terbakar.

Ia menemui Misako dan mereka pergi ke apartemennya. Setelah usahanya gagal untuk merayu Misako, mereka pun berupaya untuk saling membunuh, Misako menyerah ia pasrah untuk dibunuh. Setelah itu, Hanada menyadari bahwa dirinya tidak bisa untuk membunuh Misako karena ia telah jatuh cinta padanya. Dalam kebingungan, ia mengembara di jalanan dan kedapatan tidak sadarkan diri di pinggir jalan. Keesokan harinya Hanada menemui istrinya di klub milik Yabuhara. Hanada dirayu oleh istrinya, kemudian istrinya berpura-pura histeris dan mengatakan bahwa Yabuhara membayarnya untuk membunuh dirinya dan bahwa tiga orang yang telah Hanada bunuh adalah orang yang mencuri berlian dari operasi penyelundupan yang dilakukan Yabuhara, dan orang asing yang gagal Hanada bunuh adalah penyelidik yang dikirim oleh pemasok berlian. Setelah itu, Hanada membunuh istrinya, ia kemudian mabuk-mabukan dan menunggu Yabuhara pulang. Akan tetapi, Yabuhara tiba sudah dalam keadaan mati akibat ditembak tepat di dahinya ketika hendak membuka pintu kamarnya.

Hanada kembali ke apartemen Misako di mana telah terdapat sebuah proyektor film di sana. Dari proyektor tersebut diputarlah sebuah video yang menggambarkan keadaan Misako yang terikat dan sedang disiksa dan akhirya mengarahkan Hanada untuk menuju ke sebuah pemecah gelombang pada keesokan harinya. Hanada lalu kesana akan tetapi ia malah diserang, Hanada akhirnya dapat menghabisi orang-orang yang berusaha membunuhnya tersebut. Mantan klien yang dulu pernah ia antar, tiba di tempat kejadian dan mengumumkan dirinya sebagai Number One Killer yang legendaris. Ia mengatakan akan membunuh Hanada tetapi, ia juga mengucapkan terima kasih atas pekerjaan yang telah sukses Hanada lakukan sebelumnya, ia pun hanya memperingatkan Hanada kali ini.

Hanada kembali ke apartemen Misako dan Number One Killer mulai mengepung apartemen tersebut, ia mengejek Hanada lewat panggilan telepon, mengancam dan melarang ia meninggalkan apartemen. Akhirnya, Number One Killer bergerak menuju apartemen untuk membunuhnya di mana Hanada sekarang telah dalam keadaan kelelahan dan mabuk. Namun, mereka malah menyetujui gencatan senjata sementara dan mengatur waktu untuk makan, tidur dan untuk memegang senjata ke mana pun mereka pergi. Pada suatu ketika, Number One Killer menyarankan agar mereka berdua makan di luar dan kemudian Number One Killer menghilang ketika sedang makan di luar tersebut.

Di apartemen, Hanada menemukan catatan dan film lain dari Number One Killer yang menyatakan bahwa ia menunggu kedatangan Hanada di sebuah gimnasium bersama Misako. Hanada menunggu di gimnasium tetapi Number One Killer tidak muncul. Saat Hanada ingin meninggalkan tempat itu, sebuah rekaman menyala dan menjelaskan, bahwa "Ini adalah cara kerja si Number One, ia membuatmu lelah dan kemudian akan membunuhmu." Hanada kemudian memakai ikat kepala di dahinya dan memanjat ke ring tinju. Number One muncul dan menembaknya. Peluru mengenai ikat kepalanya dan Hanada membalas tembakan. Number One tertembak dan kemudian jatuh, akan tetapi Number One juga berhasil menembak Hanada beberapa kali sebelum mati. Hanada melompat dan terhuyung-huyung di sekitar ring dan menyatakan dirinya sebagai Number One Killer yang baru. Misako masuk ke dalam gimnasium, ia secara tak sengaja menembak mati Misako, lalu Hanada jatuh dari ring.[8]

Pemeran sunting

  • Joe Shishido sebagai Goro Hanada, si Number Three Killer.
  • Koji Nanbara sebagai Number One Killer.
  • Isao Tamagawa sebagai Michihiko Yabuhara: bos yakuza yang mempekerjakan Hanada dan merayu istri Hanada.
  • Annu Mari sebagai Misako Nakajo: perempuan mematikan yang memaksa Hanada untuk membunuh orang asing atas perintah Yabuhara. Ia mencoba untuk membunuh Hanada tetapi malah jatuh cinta padanya, yang memicu penangkapannya dan digunakan sebagai umpan oleh Number One.
  • Mariko Ogawa sebagai Mami Hanada: istri Hanada yang memiliki kecenderungan untuk berjalan di sekitar rumah dalam keadaan telanjang. Ini adalah satu-satunya penampilan film Mariko Ogawa.[9]
  • Hiroshi Minami sebagai Gihei Kasuga: mantan pembunuh bayaran yang sempat bekerja sama dengan Hanada.

Referensi sunting

  1. ^ Hachiro Guryu, atau Kelompok Delapan, adalah nama pena dari Seijun Suzuki, Takeo Kimura, Atsushi Yamatoya, Yōzō Tanaka, Chūsei Sone, Yutaka Okada, Seiichirō Yamaguchi dan Yasuaki Hangai.
    川勝正幸 (2001). "ピストルオペラ Review" (dalam bahasa Jepang). テレビ東京 Cinema Street. Diakses tanggal 10 November 2018. 具流八郎(鈴木+木村威夫+大和屋竺+田中陽造+曽根+岡田裕+山口清一郎+榛谷泰明) 
  2. ^ Suzuki, Seijun (Interviewee) (1999). Branded to Kill interview (DVD). The Criterion Collection. 
  3. ^ Sato, Tadao (1982). "Developments in the 1960s". Currents in Japanese Cinema. Translated by Gregory Barrett. Kodansha International. hlm. 221. ISBN 0-87011-507-3.  (Tersedia di daring, p. 4.)
  4. ^ Schilling, Mark (April 2001). "Journey to the center of the human volcano". The Japan Times. Diarsipkan dari versi asli tanggal 8 Desember 2007. 
  5. ^ John, Zorn (February 1999). "Branded to Kill". Criterion. 
  6. ^ Rayns, Tony (1994). "1967: Branded to Kill". Branded to Thrill: The Delirious Cinema of Suzuki Seijun. Institute of Contemporary Arts. hlm. 42. ISBN 0-905263-44-8. 
  7. ^ Teo, Stephen (July 2000). "Seijun Suzuki: Authority in Minority". Sense of Cinema. Diarsipkan dari versi asli tanggal April 3, 2007. Diakses tanggal 2007-04-16. 
  8. ^ Schilling, Mark (September 2003). The Yakuza Movie Book: A Guide to Japanese Gangster Films. Stone Bridge Press. hlm. 98–104. ISBN 1-880656-76-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 17 Oktober 2007. 
  9. ^ "小川万理子" [Mariko Ogawa]. JMDB. Diakses tanggal 13 Januari 2013. 

Pranala luar sunting