Buana Giri, Bebandem, Karangasem

desa di Kabupaten Karangasem, Bali

8°24′58″S 115°33′40″E / 8.415980°S 115.561156°E / -8.415980; 115.561156

Bhuana Giri
Negara Indonesia
ProvinsiBali
KabupatenKarangasem
KecamatanBebandem
Kode pos
80861
Kode Kemendagri51.07.06.2007 Edit nilai pada Wikidata
Luas16.5847 km²[1]
Jumlah penduduk7.073 jiwa (2016)[1]
5.814 jiwa (2010)[2]
Kepadatan255 jiwa/km²(2010)
Jumlah KK1.907 KK[3]
Peta
PetaKoordinat: 8°24′57.535″S 115°33′40.180″E / 8.41598194°S 115.56116111°E / -8.41598194; 115.56116111


Desa Bhuana Giri merupakan salah satu dari dari Desa yang terletak di Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem, Provinsi Bali, Indonesia.[4]

Geografis

sunting

Secara tofografi, Desa Bhuana Giri, Kecamatan Bebandem, Kabupaten Karangasem merupakan daerah landai dan perbukitan dengan ketinggian 300 s/d 1.750 meter di atas permukaan laut, dengan batas wilayah administratif sebagai berikut:

Luas wilayah Desa Bhuana Giri sekitar 1.658,47 ha, dengan perincian penggunaan lahan dibagi menjadi daerah pemukiman 41,30 ha, tanah sawah 82,61 ha, pertanian lahan kering/perkebunan/tegalan 1.352,66 ha, hutan 106,90 ha dan penggunaan lain-lain (fasilitas umum, pura, setra, jalan, lapangan dan sebagainya) seluas 75,00 ha.

Desa Bhuana Giri memiliki jalan sepanjang 83,91 km, dengan rincian: jalan kabupaten 17,81 km, jalan desa 22,6 km dan jalan dusun/banjar sepanjang 43,5 km. Dengan kondisi beraspal sepanjang 20,31 km, beton sepanjang 5,5 km, geladag 1 km, dan jalan tanah sepanjang 57,1 km.

Sejarah Desa

sunting

Desa Bhuana Giri lahir dari suatu proses perjuangan panjang dari para tokoh pemuda yang tergabung dalam HIPPPMAH (Himpunan Pemuda, Pelajar, Pegawai dan Mahasiswa) Desa Adat Komala, tiga di antaranya adalah I Ketut Mangku Aryawan, I Made Dauh Suansara, dan I Wayan Jati. Di samping dibantu pula oleh tokoh lainnya seperti I Made Ada Sudiasa, I Komang Merta (Alm), I Wayan Bukti, I Ketut Gelonok, I Made Degeng (Alm), I Made Tandur (Alm), I Wayan Putu serta masyarakat Desa Bhuana Giri lainnya, yang ketika itu masih menjadi bagian dari Desa Budakeling. Menurut I Nengah Puger (mantan Kelian Dusun Linggasana) perjuangan pemekaran sudah dimulai tahun 1973, dengan dukungan Perbekel Budakeling saat itu yaitu Ida Wayan Gede, perjuangan yang dimotori pengurus dan anggota HIPPPMAH membuahkan hasil dengan turunnya SK Bupati tanggal 18 Agustus 1998 yang menetapkan Desa Persiapan Bhuana Giri dengan Perkantoran seadanya di Balai Masyarakat Desa Adat Komala awalnya. Dengan usaha bersama tokoh-tokoh masyarakat, seperti I Made Tandur (Alm), I Wayan Sudarsana, I Made Pica, I Wayan Jati, I Made Dauh Suansara, I Ketut Mangku Aryawan, berdirilah Kantor Desa yang ada saat ini, dengan bantuan material dari para investor seperti GMT dan Pak Mandra. Adapun yang mendapat tugas menjadi Perbekel adalah I Wayan Sulendra, dengan Sekretaris Desa I Made Pica, SE.

Pada tanggal 13 Februari 2003, dikeluarkannya SK Bupati yang menetapkan Desa Bhuana Giri sebagai desa difinitif. Kemudian pada tahun 2004 dilakukan pemilihan Perbekel pertama setelah difinitif. I Wayan Sulendra yang menjadi Perbekel Persiapan digantikan oleh Ir. I Nengah Diarsa setelah memenangkan pemilihan Perbekel I secara demokratis pada tahun 2004. Selanjutnya lewat pemilihan pula pada tahun 2009 terpilihlah Perbekel III yaitu Ir. I Ketut Kerta yang dilantik pada tanggal 12 Agustus 2009 oleh Bupati Karangasem untuk masa bakti 2009 – 2015.

Penduduk

sunting

Penduduk desa Bhuana Giri sampai dengan tahun 2016 terdiri dari 3.555 Laki-laki dan 3.518 Perempuan dengan sex ratio 101.[1] Jumlah penduduk ini bertambah signifikan dibandingkan hasil sensus pada tahun 2010, adalah sebanyak 6.502 jiwa, terdiri dari 3.293 jiwa penduduk laki-laki dan 3.209 jiwa penduduk perempuan, yang terdiri dari 1.722 RT. Sedangkan jumlah RTM sebanyak 1.060 RTM. Struktur penduduk menurut pendidikan yang dimiliki Desa Bhuana Giri yaitu yang berusia pada usia pendidikan dasar 7 tahun s/d 16 tahun (pendidikan sekolah dasar dan menengah) dan yang belum pernah sekolah 15 %, sedang mengikuti pendidikan 64 % dan sisanya 21 % tidak bersekolah lagi. Sedangkan yang berusia di atas 16 tahun (diatas usia pendidikan dasar) yang belum pernah sekolah 50 %, sedang mengikuti pendidikan 12 % dan sisanya 38 % tidak bersekolah lagi, baik pada tingkat lanjutan dan perguruan tinggi.

Sebagian besar penduduk menggantungkan sumber kehidupannya di sektor pertanian 74 %, sektor lain dalam penyerapan tenaga kerja adalah perdagangan 4 %, sektor industri rumah tangga dan pengolahan 3 %, sektor jasa 5 % dan sektor lainnya seperti pegawai negeri, karyawan swata dari berbagai sektor 14 %. Adapun struktur penduduk menurut agama menunjukkan semua penduduk Desa Bhuana Giri memeluk agama Hindu. Dalam konteks ketenagakerjaan ditemukan bahwa 63 % penduduk usia kerja, yang di dalamnya 85 % sudah bekerja dan 15 % belum bekerja/menganggur.

Kebudayaan daerah Desa Bhuana Giri tidak terlepas dan selalu diwarnai oleh Agama Hindu dengan konsep “Tri Hita Karana” (hubungan yang selaras, seimbang dan serasi antara manusia dengan Tuhannya, manusia dengan manusia dan manusia dengan lingkungannya)[5]

Ekonomi

sunting

Struktur perekonomian Desa Bhuana Giri, masih bercorak agraris yang menitikberatkan pada sektor pertanian. Penggunaan lahan pertanian sebanyak 87% dari total penggunaan lahan desa. 74% mata pencaharian penduduk menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Pada sektor ini komoditas yang menonjol sebagai hasil andalan adalah kelapa, salak, kakao, cengkih, palawija, ternak sapi, babi dan ayam kampung. Beberapa sektor ekonomi yang tergolong economic base dan menonjol di samping sektor pertanian adalah, perdagangan, industri rumah tangga dan pengolahan, serta pengusaha penambangan galian C berupa pasir dan batu.

Pada sektor perdagangan banyak muncul dan tumbuh kios-kios yang melayani/menjual sembako serta kebutuhan masyarakat lainnya. Di samping sebagian yang menjadi pembeli hasil bumi masyarakat yang kemudian dijual ke Pasar Bebandem atau ke pengusaha hasil bumi lainnya.. Sedangkan fasilitas pasar yang ada di desa belum berfungsi sebagaimana harapan masyarakat, yaitu Pasar Biade yang dikelola kerja sama Desa Adat Komala dengan Badan Pengelola. Sehingga diprogramkan untuk memberdayakan pasar tersebut ke depan serta direncanakan membuat pasar desa di Cemara Tebel Linggasana, guna melayani keperluan masyarakat baik untuk membeli hasil panennya maupun tempat masyarakat mencari keperluan sehari-hari.

Pada sektor industri rumah tangga dan pengolahan termasuk didalamnya adalah kerajinan ukir dan membuat pelinggih/sanggah, menjahit, kerajinan ulat ata. Di samping itu ada juga industri rumah tangga melayani pesanan perlengkapan upacara yadnya (seperti:sesajen, perlengkapan sesajen, katik sate dll.), serta pembuatan kue-kue keperluan upacara/acara dan untuk dijual ke pasar seperti: tape, kacang gempel, kue-kue basah lainnya, kue-kue untuk yadnya seperti: begina, kaliadrem, buntilan, reta.

Pada sektor jasa, yang menonjol adalah tumbuhnya lembaga/istitusi keuangan mikro berupa Koperasi, LPD sebagai pendukung ekonomi desa. Hal ini diharapkan akan membawa dampak positif dalam perkembangan ekonomi desa secara keseluruhan. Di samping itu sektor jasa yang lain adalah buruh tukang bangunan yang sangat dibutuhkan pula oleh masyarakat bila ada dana/simpanan lebih dijadwalkan untuk merehab atau membuat bangunan, serta buruh di sector perkebunan/pertanian, sangat diperlukan saat memanen bunga tanaman cengkih, serta menyiangi dan merabuk tanaman-tanaman perkebunan dan pertaniannya seperti palawija.

Referensi

sunting
  1. ^ a b c "Kecamatan Bebandem dalam Angka 2017". Badan Pusat Statistik Indonesia. 2017. Diakses tanggal 16 Desember 2018. 
  2. ^ "Penduduk Indonesia Menurut Desa 2010" (PDF). Badan Pusat Statistik. 2010. hlm. 1385. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  3. ^ "Prodeskel Binapemdes Kemendagri". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-01. Diakses tanggal 14 Juni 2019. 
  4. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  5. ^ Keadaan Sosial Budaya

Pranala luar

sunting