Butet Manurung

Aktivis dan antropolog Indonesia

Saur Marlina Manurung, MAAPD (lahir 21 Februari 1972), adalah seorang aktivis sosial dan antropolog Indonesia. Dia merupakan perintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat adat di Indonesia.

Saur Marlina Manurung
MAAPD
LahirSaur Marlina Manurung
21 Februari 1972 (umur 52)
Jakarta, Indonesia
KebangsaanIndonesia
Nama lainButet Manurung
KewarganegaraanIndonesia
Almamater
PekerjaanAktivis, antropolog
Tahun aktif1999 - Sekarang
Dikenal atasPerintis dan pelaku pendidikan alternatif bagi masyarakat terasing dan terpencil di Indonesia

Awal karier

sunting

Minat awal Butet ingin mengajar adalah karena kegemarannya berpetualang. Sebagai seorang anak, dia adalah seorang pembaca setia, dan buku-buku petualangan menemukan jalan ke hatinya. Mimpinya adalah menjadi 'Indiana Jones,' selalu siap untuk sebuah pencarian. Dalam perjalanan studinya, Butet dekat dengan masyarakat adat di seluruh Indonesia. Berbekal ijazah yang ditunjang dengan tekad dan kasih sayang, Butet menekuni pekerjaan yang dicintainya – berdiam di hutan sebagai pendidik Orang Rimba, masyarakat rimba di Bukit Dua Belas, Jambi, Sumatera. [1]

Butet mulai mengembangkan program pendidikan bagi Orang Rimba yang tinggal di hutan Bukit Duabelas, Jambi saat ia bergabung di sebuah proyek konservasi yang dikelola oleh LSM Warsi tahun 1999. Pengalaman ini mendorong ia dan beberapa rekannya di sana untuk mendirikan Sokola Institute pada tahun 2003 dan mengembangkan kurikulum pendidikan yang kontekstual. [2]

Butet banyak mengalami penolakan dalam usahanya membawa literasi kepada Orang Rimba. Ia bahkan harus melakukannya secara sembunyi-sembunyi dengan resiko dikeluarkan dari komunitas. Namun dia tetap bertahan. Tekadnya untuk mengajar anak-anak Orang Rimba membaca dan menulis semakin kuat seiring kemajuan belajar murid-muridnya. Seorang murid, yang merupakan putra kepala desa Orang Rimba, mampu menunjukkan ketidakakuratan kontrak tertulis terkait sengketa wilayah. Kepala desa kemudian dapat menuntut perubahan dalam dokumen yang melindungi kepentingan desa. Butet pun akhirnya mendapat dukungan. [3]

Butet, bersama empat rekan pendidik, mengembangkan program keaksaraan yang responsif terhadap adat, tradisi, dan gaya hidup masyarakat adat yang ketat, dan yang menjawab tantangan pembangunan di komunitas yang terpinggirkan. Pada tahun 2003, mereka mendirikan sebuah organisasi non-pemerintah bernama SOKOLA, telah berganti nama menjadi Sokola Institute, yang berfokus pada integrasi nilai-nilai dan perspektif lokal dalam pendekatan pengajarannya. Hingga hari ini, SOKOLA telah memprakarsai program di sembilan provinsi berbeda di seluruh Indonesia, membawa literasi ke lebih dari 10.000 individu, baik anak-anak maupun orang dewasa di komunitas adat yang terisolasi. [4]

Pengalamannya merintis program pendidikan di komunitas adat orang rimba yang tinggal di hutan Jambi telah ditulis dalam sebuah buku berjudul "Sokola Rimba" yang terbit pertama kali tahun 2007, dan hingga saat ini telah tujuh kali dicetak ulang dan diterbitkan dalam Bahasa Inggris dengan judul "The Jungle School" pada tahun 2012. Buku dan kisahnya diadaptasi dalam layar lebar dengan judul "Sokola Rimba" oleh produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza pada tahun 2013, dan filmnya telah memenangkan berbagai penghargaan Internasional.

Pendidikan

sunting

Butet Manurung meraih gelar S1 Antropologi dan Sastra Indonesia di Universitas Padjadjaran Bandung, serta S2 di bidang Antropologi Terapan dan Pembangunan Partisipatif di Australian National University, Canberra. Selain itu, Butet juga pernah mengikuti kursus Global Leadership and Public Policy di Harvard Kennedy School, Universitas Harvard, USA (2012).

Penghargaan

sunting

Dalam budaya populer

sunting

Referensi

sunting
  1. Terpilih Jadi Figur Barbie Global Role Model, Inilah Sosok Butet Manurung [6] Parapuan. Diakses tanggal 2022-03-17.
  2. Wanita Inspiratif dari Indonesia, Butet Manurung Jadi Boneka Barbie [7] CNN Indonesia. Diakses tanggal 2022-03-17.

Pranala luar

sunting

Referensi

sunting