Jubail, Lebanon

(Dialihkan dari Byblos)

Jubail (bahasa Arab: جبيل; bahasa Yunani Kuno: Βύβλος Byblos) adalah nama Arab untuk kota Fenisia bernama Gebal (awalnya Gubla; Fenisia: 𐤂𐤁𐤋). Kota ini berada di bawah pemerintahan Kegubernuran Gunung Lebanon, Libanon dengan nama Arab (جبيل Ǧubayl). Jubail diyakini telah dihuni pertama kali antara tahun 8800 dan 7000 SM,[1] dan menurut fragmen-fragmen yang dibuat oleh imam Fenisia legendaris dari zaman sebelum Homer yang bernama Sanchuniathon, kota ini pertama kali dibangun oleh Cronus sebagai kota pertama di Fenisia.[2] Merupakan salah satu kota tertua di dunia yang terus menerus dihuni dan situs yang terus menerus dihuni sejak tahun 5000 SM.[3] Sekarang dinyatakan sebagai sebuah Situs Warisan Dunia UNESCO, dan merupakan salah satu objek pariwisata di Lebanon.

Jubail
جبيل
Kota
Pelabuhan Jubail
Pelabuhan Jubail
Negara Lebanon
KegubernuranKegubernuran Gunung Lebanon
DistrikDistrik Jubail
Luas
 • Kota5 km2 (2 sq mi)
 • Luas metropolitan
17 km2 (7 sq mi)
Populasi
 • Kota40.000
 • Metropolitan
100.000
Zona waktuUTC+2 (EET)
 • Musim panas (DST)UTC+3 (EEST)
Kode area telepon+961
Biblos
Situs Warisan Dunia UNESCO
KriteriaBudaya: iii, iv, vi
Nomor identifikasi295
Pengukuhan1984 (8)
 
Souk tua di Jubail, Libanon
 
Kota tua Jubail
 
Jubail
 
Guci terracotta dari Jubail (sekarang di Louvre), Zaman Perunggu Akhir (1600–1200 SM)
 
Beach volleyball pada pantai Jubail

Jubail merupakan suatu kota Kanaan yang disebut Gubal selama zaman Perunggu dan muncul dengan nama Gubla di antara Surat-surat Amarna. Dalam Zaman Besi kota ini disebut Gebal dalam bahasa Fenisia (𐤂𐤁𐤋)

Dalam Alkitab Ibrani dan Perjanjian Lama di Alkitab Kristen sebagai Gebal (bahasa Ibrani: גבל‎; ḡə·ḇal) dalam Kitab Yehezkiel.[4] Penduduknya disebut gi-bli (bahasa Ibrani: גבלי‎) yang diterjemahkan sebagai "orang Gebal" dalam Kitab Yosua dan Kitab 1 Raja-raja.[5]

Pada masa kemudian dirujuk sebagai Gibelet, dalam zaman Perang Salib. Nama Fenisia kuno kota ini (GBL, yaitu Gubal, Gebal, dsb.) dapat diturunkan dari gb, artinya "sumur" atau "sumber", dan El, nama dewa tertinggi dalam kepercayaan Biblos. Kota yang sekarang dikenal dengan nama Arab Jubayl atau Jbeil (جبيل), turunan langsung dari nama Kanaan. Namun, nama Arab ini kemungkinan besar diturunkan dari kata Fenisia GBL yang berarti "batas", "distrik" atau "puncak gunung"; dalam bahasa Ugarit GBL dapat berarti "gunung", mirip dengan kata Arab jabal.

Nama "Biblos" berasal dari bahasa Yunani (bahasa Yunani: Βύβλος). Papirus menerima nama kuno Yunani (byblos, byblinos) karena diekspor ke wilayah Laut Aegea melalui Biblos, dan kata-kata Yunani biblion, jamak biblia, serta akhirnya kata "Bible" ("kitab (papirus)") dapat dilacak dari nama itu.[6][7][8]

Sejarah dan arkeologi

sunting

Jubail terletak sekitar 42 kilometer (26 mi) sebelah utara Beirut. Sangat menarik bagi para arkeolog karena adanya lapisan-lapisan berurutan dari bekas-bekas hunian manusia selama berabad-abad. Pertama kali di ekskavasi oleh Pierre Montet dari tahun 1921 sampai 1924, diikuti oleh Maurice Dunand dari tahun 1925 selama periode 40 tahun.[9][10]

Kontak dengan Mesir

sunting

Watson Mills dan Roger Bullard berpendapat selama Kerajaan Lama Mesir, Jubail terus merupakan koloni dari Mesir.[9] Kota ini berkembang menjadi kaya dan tampaknya menjadi sekutu Mesir ("di antara yang berada di perairannya") selama berabad-abad. Makam firaun Dinasti pertama Mesir menggunakan kayu-kayu dari Biblos. Salah satu kata Mesir tertua untuk kapal yang mengarungi samudra adalah "kapal Biblos". Para arkeolog telah menemukan di artefak-artefak buatan Mesir pada fragmen tempayan yang memuat nama penguasa dari Dinasti kedua Mesir,Khasekhemwy, meskipun barang ini "dapat saja mencapai Biblosmelalui perdagangan pada kemudian hari."[11] Selain itu juga ditemukan di Biblos barang-barang yang menyebut nama raja Dinasti ke-13 Mesir, Neferhotep I, dan juga diketahui bahwa para penguasa Biblosmemelihara hubungan dekat dengan para firaun Kerajaan Baru Mesir kuno.

Sekitar tahun 1350 SM, Surat-surat Amarna meliputi 60 surat dari Rib-Hadda dan penerusnya Ili-Rapih yang merupakan penguasa-penguasa Biblos, menulis kepada pemerintah Mesir. Komunikasi ini terutama menyangkut permohonan terus menerus dari Rib-Hadda kepada raja Akhenaten guna meminta bantuan militer, serta menyebutkan penyerangan negara-kota di sekitarnya oleh orang Hapiru (atau Habiru).

Rupanya kontak dengan Mesir memuncak pada Dinasti ke-19 Mesir, kemudian menurun pada zaman Dinasti ke-20 dan ke-21. Meskipun bukti-bukti arkeologi menunjukkan ada peningkatan komunikasi sesaat selama periode dinasti ke-22 dan ke-23, jelas bahwa setelah Periode Menengah Ketiga orang Mesir mulai lebih suka berkomunikasi dengan Tirus dan Sidon daripada Biblos.[12]

Bukti arkeologi di Biblos kira-kira dibuat sejak sekitar 1200 SM, menunjukkan adanya abjad Fenisia yang terdiri dari 22 huruf. Sebuah contoh penting tulisan aksara ini ditemukan pada kotak mayat ("sarkofagus"; sarcophagus) raja Ahiram. Penggunaan aksara ini disebarkan oleh para pedagang Fenisia melalui perdagangan maritim ke bagian-bagian Afrika Utara dan Eropa. Salah satu monumen terpenting pada periode ini adalah kuil Resheph, dewa perang Kanaan, tetapi sudah menjadi reruntuhan pada zaman Aleksander Agung.

 
Gereja abad pertengahan Santo Yohanes di Jubail, Lebanon
 
Rumah tradisional Lebanon memandang Laut Tengah di Jubail. Rumah ini di dalam kompleks daerah tua dan menunjukkan dataran tanah modern yang diekskavasi.

Kota kembar

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ E. J. Peltenburg; Alexander Wasse; Council for British Research in the Levant (2004). Garfinkel, Yosef., "Néolithique" and "Énéolithique" Byblos in Southern Levantine Context* in Neolithic revolution: new perspectives on southwest Asia in light of recent discoveries on Cyprus. Oxbow Books. ISBN 978-1-84217-132-5. Diakses tanggal 18 January 2012. 
  2. ^ The Theology Of The Phœnicians: From Sanchoniatho
  3. ^ Dumper, Michael; Stanley, Bruce E.; Abu-Lughod, Janet L. (2006). Cities of the Middle East and North Africa. ABC-CLIO. hlm. 104. ISBN 1-57607-919-8. Diakses tanggal 2009-07-22. Archaeological excavations at Byblos indicate that the site has been continually inhabited since at least 5000 B.C. 
  4. ^ Yehezkiel 27:9
  5. ^ Yosua 13:5 dan 1 Raja-raja 5:18
  6. ^ Brake, Donald L. (2008). A visual history of the English Bible: the tumultuous tale of the world's bestselling book. Grand Rapids, MI: Baker Books. hlm. 29. ISBN 978-0-8010-1316-4. 
  7. ^ "Byblos (ancient city, Lebanon) – Britannica Online Encyclopedia". Britannica.com. Diakses tanggal 2012-10-31. 
  8. ^ Beekes, R. S. P. (2009). Etymological Dictionary of Greek. Leiden and Boston: Brill. hlm. 246–7. 
  9. ^ a b Watson E. Mills; Roger Aubrey Bullard (1990). Mercer dictionary of the Bible. Mercer University Press. hlm. 124–. ISBN 978-0-86554-373-7. Diakses tanggal 8 July 2011. 
  10. ^ Moore, A.M.T. (1978). The Neolithic of the Levant. Oxford University, Unpublished Ph.D. Thesis. hlm. 329–339. 
  11. ^ Wilkinson, Toby, 1999, Early Dynastic Egypt p.78.
  12. ^ Shaw, Ian: "The Oxford History of Ancient Egypt", page 321. Oxford University Press, 2000. ISBN 978-0-19-280458-7

Pustaka

sunting

Pranala luar

sunting