Dracunculus medinensis
Dracunculus medinensis atau cacing Guinea adalah nematoda yang menyebabkan dracunculiasis.[1] Penyakit ini disebabkan oleh cacing betina;[2] dengan panjang yang bisa mencapai 800 mm,[3] cacing ini merupakan salah satu nematoda terpanjang yang dapat menginfeksi manusia.[4] Di sisi lain, cacing Guinea jantan terpanjang yang pernah ada hanya berukuran 40 mm.[3]
Guinea worm
| |
---|---|
Dracunculus medinensis | |
Penyakit | Dracunculiasis |
Taksonomi | |
Galat Lua: callParserFunction: function "Template" was not found. | |
Spesies | Dracunculus medinensis Linnaeus, 1758 |
Tata nama | |
Dinamakan berdasarkan | Madinah |
Sinonim takson | Gordius medinensis Linnaeus, 1758 |
Sejarah
suntingDracunculus medinensis (naga kecil dari Medina) sudah dikenal oleh masyarakat Mesir Kuno paling tidak dari abad ke-15 SM, dan kemungkinan adalah "ular tedung" yang disebutkan dalam Alkitab.[5]
Siklus hidup
suntingLarva D. medinensis dapat ditemui di air tawar, dan larva ini ditelan oleh copepoda dari genus Cyclops. Di dalam tubuh copepoda ini, larva D. medinensis tumbuh hingga ke tahap infektif dalam waktu 14 hari.[6] Setelah copepoda yang terinfeksi ditelan oleh mamalia, copepoda ini akan terlarut oleh asam lambung, dan larva D. medinensis lalu pindah ke dinding usus mamalia dan menjadi dewasa. Dalam waktu 100 hari, D. medinensis jantan dan betina akan bertemu dan bereproduksi di dalam jaringan inangnya. Cacing jantan mati di jaringan inang, sementara cacing betina pindah ke hipodermis. Sekitar setahun setelah infeksi, cacing betina ini mengakibatkan pembentukan lepuhan di kulit, biasanya di bagian bawah. Setelah lepuhan ini pecah, cacing betina secara perlahan keluar dalam kurun waktu beberapa hari atau minggu.[6] Hal ini sangat menyakitkan bagi inangnya. Ketika inang memasukkan bagian tubuhnya ke dalam air untuk meringankan nyeri dan "rasa terbakar", si cacing betina akan mengeluarkan ribuan larva ke dalam air. Dari situ, larva ini kembali menginfeksi copepoda dan mengulang siklus yang sama.[6]
Program pemberantasan
suntingTahun | Kasus yang dilaporkan | Negara |
---|---|---|
1986 | 3.500.000 | 21 [8] |
1989 | 892.055 | 15 [9] |
1992 | 374.202 | 15 [9] |
1995 | 129.852 | 19 [9] |
2000 | 75.223 | 16 [9] |
2001 | 63.717 | 16 [9] |
2002 | 54.638 | 14 [9] |
2003 | 32.193 | 13 [9] |
2004 | 16.026 | 13 [9] |
2005 | 10.674 | 12 [9] |
2006 | 25.217 [a] | 10 [9] |
2007 | 9.585 | 9 [9] |
2008 | 4.619 | 7 [9] |
2009 | 3.190 | 5 |
2010 | 1.797 | 4 [11] (6 [12]) |
2011 | 1.060 | 4 [13] |
2012 | 542 | 4 |
2013 | 148 | 5 |
2014 | 126 | 4 [14] |
2015 | 22 | 4 |
2016 | 25 | 3 [8] |
2017 | 30 | 2 [15] |
Catatan
suntingReferensi
sunting- ^ Stefanie Knopp; Ignace K. Amegbo; David M. Hamm; Hartwig Schulz-Key; Meba Banla; Peter T. Soboslay (March 2008). "Antibody and cytokine responses in Dracunculus medinensis patients at distinct states of infection". Transactions of the Royal Society of Tropical Medicine and Hygiene. 102 (3): 277–283. doi:10.1016/j.trstmh.2007.12.003. PMID 18258273.
- ^ Langbong Bimi (2007). "Potential vector species of Guinea worm (Dracunculus medinensis) in Northern Ghana". Vector-Borne and Zoonotic Diseases. 7 (3): 324–329. doi:10.1089/vbz.2006.0622. PMID 17767406.
- ^ a b G. D. Schmidt; L S. Roberts (2009). Larry S. Roberts; John Janovy, Jr., ed. Foundations of Parasitology (edisi ke-8th). McGraw-Hill. hlm. 480–484. ISBN 978-0-07-128458-5.
- ^ Talha Bin Saleem; Irfan Ahmed (2006). ""Serpent" in the breast" (PDF). Journal of Ayub Medical College Abbottabad. 18 (4): 67–68. PMID 17591014.
- ^ "Dracunculiasis: Historical background". World Health Organization. Diakses tanggal 27 April 2017.
- ^ a b c "Dracunculiasis: About Guinea-Worm Disease". World Health Organization. Diakses tanggal 20 December 2015.
- ^ "Guinea Worm Case Totals". The Carter Center.
- ^ a b Jeff Martin (January 11, 2017). "Carter: Guinea Worm disease reported in 3 countries in 2016". Associated Press. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-01-12. Diakses tanggal 2017-01-11.
- ^ a b c d e f g h i j k l "Dracunculiasis Epidemiological Data (1989-2008)" (PDF). World Health Organization. Diakses tanggal 2009-09-14.
- ^ "Progress Toward Global Eradication of Dracunculiasis, January 2005--May 2007". MMWR. 56 (32): 813–817. August 17, 2007. Diakses tanggal 2011-03-16.
- ^ "Guinea Worm Countdown: The Road to Eradication". The Carter Center. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-06. Diakses tanggal 2018-07-22.
- ^ "Monthly report on dracunculiasis cases, January–December 2010" (PDF). Weekly Epidemiology Record. WHO. 86 (10): 92. 4 March 2011. Diakses tanggal 2011-03-04.
- ^ WHO Collaborating Center for Research, Training and Eradication of Dracunculiasis (January 9, 2012). "Guinea Worm Wrap-up #209" (PDF) – via The Carter Center.
- ^ "Carter Center: 126 Cases of Guinea Worm Disease Remain Worldwide". The Carter Center. January 11, 2015. Diakses tanggal 2015-05-09.
- ^ "Announcement for 2017 Guinea Worm Disease Case Totals". The Carter Center (Siaran pers). January 19, 2018. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-01-20. Diakses tanggal 2018-07-22.
Pranala luar
sunting- Media tentang Dracunculus medinensis di Wikimedia Commons
- "Donors Commit $240 Million to Fight Neglected Diseases". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-04. Diakses tanggal 2014-04-04.
- How to Slay a Dragon Diarsipkan 2020-09-22 di Wayback Machine. – documentary by Clifford Bestall, broadcast on Al Jazeera English, Spring 2014 (video, 47 min.)