Chen Shui-bian
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Chen Shui-bian (Hanzi: 陳水扁, Pinyin: Chén Shuǐbiǎn lahir 18 Februari 1951) adalah Presiden Republik Tiongkok antara tahun 2000-2008. Chen Shui-bian lahir di Desa Hsi-chuang, Kecamatan Kuan-tien, Kabupaten Tainan, Taiwan. Dusun tersebut dihuni hanya beberapa ratus keluarga yang memiliki mata pencaharian utama sebagai petani.
Chen Shui-bian Tân Chúi-píⁿ 陳水扁 | |
---|---|
Presiden Republik Tiongkok | |
Masa jabatan 20 Mei 2000 – 20 Mei 2008 | |
Wakil Presiden | Annette Lu |
Ketua Partai Progresif Demokrat | |
Masa jabatan 15 Oktober 2007 – 12 Januari 2008 | |
Pendahulu Yu Shyi-kun | |
Masa jabatan 21 Juli 2002 – 11 Desember 2004 | |
Wali kota Taipei | |
Masa jabatan 25 Desember 1994 – 25 Desember 1998 | |
Pendahulu Huang Ta-chou | |
Anggota Legislatif Yuan | |
Masa jabatan 1 Februari 1990 – 25 Desember 1994 | |
Daerah pemilihan | DPP di Kota taipei |
Informasi pribadi | |
Lahir | 12 Oktober 1950 Guantian, Tainan, Taiwan |
Kebangsaan | Republik Tiongkok |
Partai politik | Partai Progresif Demokrat |
Suami/istri | Wu Shu-chen |
Sunting kotak info • L • B |
Masa kecil
suntingNama yang disandangnya merupakan nama tradisional Taiwan. Chen Shui-bian adalah anak pertama dari pasangan Chen Sung-ken (ayah) dan Chen Le-chen (ibu). Ia tiga bersaudara. Namanya sendiri mengacu pada arti 'batang bambu' yang biasa digunakan oleh para petani miskin untuk mengangkat dua ember air di ujungnya. Secara harfiah, karakter shui berarti 'air' dan bian berarti 'datar'.
Dalam keluarga tradisional miskin di Taiwan sudah merupakan kebiasaan untuk memberikan nama anak yang mengacu pada situasi kemiskinan yang dialaminya. Berdasarkan kepercayaan tersebut, “roh-roh cemburu” akan terkecoh dan tidak akan membuang waktu pada roh yang tidak ada artinya. Nama panggilan A-bian atau Ah-pi-a dalam bahasa Hokkien merupakan sebuah terminologi yang digunakan oleh orang-orang Taiwan untuk menunjukkan keakraban. Berbeda dengan orang-orang Taiwan atau Hongkong, A-bian tidak mempunyai nama Inggris.
Semasa sekolah, A-bian selalu menjadi juara pertama di tingkat kabupaten maupun nasional. Setelah menamatkan pendidikan tingkat atas, A-bian langsung diterima di Universitas Nasional Taiwan. Pendidikan di bidang hukum diselesaikannya tahun 1974 dan menempatkan dirinya sebagai juara pertama. A-bian kemudian menjadi pengacara ternama di bidang hukum kelautan.
Ia menikah dengan Wu Shu-chen tahun 1975. Berbeda dengan A-bian, Wu Shu-chen yang juga lahir di Tainan berasal dari keluarga yang mampu secara ekonomi dan memperoleh pendidikan yang lebih baik. Tahun 1976, A-bian menjadi pengacara utama pada perusahaan Formosa International Marine and Commercial Law. Dia bekerja di perusahaan itu hingga tahun 1989.
Terjun ke dunia politik
suntingTahun 1980, tanpa pengalaman membela perkara di pengadilan, A-bian menjadi pengacara untuk kasus politik. Ketika itu, ia diminta mewakili tersangka pengacau yang dituduh menyebabkan kerusuhan setelah Insiden Kaohsiung (1979). Beberapa polisi terluka dalam sebuah acara akbar di kota pelabuhan Kaohsiung untuk merayakan hari Hak Asasi Manusia (HAM) Internasional. Kekalahan di pengadilan menggugah kesadaran untuk berpolitik. Setahun kemudian, ia menang dalam pemilihan umum sebagai anggota Dewan Kota Taipei dari pihak oposisi.
Dua hari setelah kalah dalam pemilihan bupati Tainan pada 18 November 1985, ia dan istrinya menyampaikan ucapan terima kasih kepada para pendukungnya. Ketika itu muncul sebuah kenderaan bermesin menabrak istrinya dan melukai saraf tulang belakangnya. Setelah dua kali operasi besar, Wu menderita kelumpuhan bagian bawa tubuh dan harus menggunakan kursi roda seumur hidup. Kecelakaan ini sering dikait-kaitkan dengan represi Kuomintang terhadap pihak oposisi. Namun sebenarnya, sang penabrak tidak ada hubungan sama sekali dengan pihak politik manapun. Sang penabrak kemudian dimaafkan oleh Abian dan istrinya tak lama setelah kejadian tadi.
Setelah A-bian kalah dalam pengadilan banding melawan Elmer Fung dan mendekam selama delapan bulan di penjara, Wu Shu-chen tetap melakukan aktivitas untuk mengumpulkan dana sebesar dua juta dolar Taiwan untuk denda suaminya. Wu Shu-chen mulai mengadakan aksi donasi dengan kursi roda keliling Taiwan untuk menggalang dana, di mana setiap orang cukup menyumbang satu dolar Taiwan saja.
Setelah A-bian selesai menjalani hukuman, keadaan darurat Taiwan dicabut oleh Presiden Chiang Ching-kuo. Akhirnya, Partai Progresif Demokrat didirikan oleh orang-orang yang menginginkan kemerdekaan dan demokrasi penuh. A-bian bergabung sebagai anggota Komite Eksekutif Pusat partai tersebut.
Wali kota Taipei dan kursi kepresidenan
suntingTahun 1989, A-bian terpilih sebagai anggota Parlemen menggantikan posisi istrinya yang menjadi anggota Legislatif Yuan sejak tahun 1987. Tahun 1994, A-bian terpilih sebagai salah satu dari “Global 100” sebagai pemimpin milenium baru. Setahun kemudian, ia meninggalkan Parlemen dan terpilih sebagai Wali kota Kota Taipei yang terpopuler.
Selama menjadi wali kota, pemerintahan A-bian ditandai berbagai kontroversi. Ia menutup industri seks di kota itu dan melarang berbagai bentuk perjudian dan hiburan-hiburan malam lain. Tahun 1998, ia kalah bersaing dengan calon Kuomintang untuk menduduki kembali kursi wali kota. Buah kegagalannya ini, ia kemudian memenangi pemilu presiden tahun 2000. Ia menjadi presiden Taiwan pertama dari partai selain Kuomintang yang mengajukan calon Wakil Presiden Lien Chan. Partai Kuomintang sendiri telah memerintah di Taiwan selama lebih 55 tahun. Calon presiden James Soong yang menjabat Gubernur Taiwan hanya memperoleh 36,84% suara.
Hasil pemilu 18 Maret 2000 membuat pengendalian kekuasaan dan politik Taiwan berpindah tangan. Di bawah lambang Republik Tiongkok (Taiwan), Chen Shui-bian dan Annette Lu Hsiu-lien dilantik sebagai presiden dan wakil presiden Taiwan dalam suatu upacara di kantor kepresidenan di Taipei pada 20 Mei 2000.
Pada 20 Maret 2004, Taiwan kembali memilih presiden sekaligus sebuah referendum untuk menyatakan sikap terhadap ancaman rudal Republik Rakyat Tiongkok dan pernyataan sikap ketidaktundukan rakyat Taiwan terhadap intimidasi. Situasi semakin menegang saat mendekati pelaksanaan presiden sekaligus sebuah Referendum Nasional.
Insiden 319
suntingTanggal 19 Maret 2004, sehari sebelum pemilihan presiden, Presiden Chen Shui-bian terkena tembakan sewaktu berpawai dalam kampanye meraih dukungan di kota Tainan. Annette Lu Hsiu-lien yang berdiri di sebelahnya mengalami luka tergores peluru di kaki kanannya. Insiden ini dianggap menyebabkan kekalahan Kuomintang yang sebelumnya diperkirakan akan memenangkan pemilihan kali ini. Chen kembali memenangi pemilihan presiden dengan 6.471.970 suara berbanding 6.442.452 suara untuk calon Aliansi Pan Biru, Lien Chan dan James Soong.
Insiden ini mengundang kecaman, pro dan kontra dari dalam maupun luar Taiwan. Pihak yang mendukung Abian menuduh lawan politik Abian ingin membunuhnya demi merebut tampuk kekuasaan. Pihak oposisi kemudian menuduh bahwa insiden ini merupakan taktik kotor pihak Abian untuk meraih dukungan yang lebih besar.
Perbedaan suara yang sangat sedikit setelah pemilihan berakhir mengundang tuduhan dari pihak Pak Biru bahwa Abian mencuri kursi kepresidenan dan mengajukan secara resmi tuntutan pembatalan hasil pemilihan kepresidenan kali ini ke pengadilan.
Tuntutan ini tidak membuahkan hasil sampai berakhirnya masa jabatan kepresidenan Abian.
Turun dari kursi kepresidenan
suntingKarena seorang presiden terpilih hanya dibatasi untuk menjabat selama dua kali masa jabatan, Frank Hsieh dan Su Tseng-tsang mewakili Partai Progresif Demokrat untuk ikut serta dalam pemilihan presiden tahun 2008. Setelah kekalahan partainya pada pemilihan kali ini, banyak pendukung partai yang mengarahkan kritik kepada Abian karena kekalahan kali ini dianggap erat kaitannya dengan prestasi pemerintahan Abian delapan tahun terakhir.
Dakwaan skandal dana kampanye
suntingTanggal 14 Agustus 2008, anggota parlemen dari partai Kuomintang membenarkan adanya permintaan resmi dari pemerintah Swiss kepada pihak pemerintah Taiwan untuk membantu penyelidikan terhadap kemungkinan adanya pencucian uang oleh bekas presiden Chen Shuibian dalam konferensi pers. Chen kemudian mengadakan konferensi pers sore harinya untuk mengakui bahwa ada kesalahan perhitungan penggunaan dana kampanye dan sebagian dana kampanye ditransfer ke beberapa rekening pribadi di luar Taiwan.
Chen secara resmi meminta maaf kepada seluruh rakyat Taiwan dan menyatakan bahwa dana tersebut ditransfer ke luar negeri oleh istrinya tanpa sepengetahuannya. Penyelidikan juga dilakukan oleh pihak berwenang Swiss terhadap rekening atas nama menantu Chen, Huang Ruiching yang menerima kiriman sebesar 31 juta dolar AS dari Taiwan dan lalu ditransfer ke rekening lainnya di Kepulauan Cayman.
Pengakuan Chen ini mengikuti penyangkalannya terhadap pemberitaan Next Magazine yang memberitakan adanya pengiriman uang dalam jumlah besar ke Amerika Serikat oleh menantu Chen, Huang Ruiching sehari sebelumnya.
Esok harinya, 15 Agustus 2008, Chen menyatakan ia dan istrinya mengundurkan diri dari Partai Progresif Demokrat sebagai konsekuensi kesalahannya itu.
Pihak kejaksaan Taiwan sedang mengadakan penyelidikan menyeluruh atas dakwaan pencucian uang ini.
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- (Inggris) Situs Kepresidenan
Didahului oleh: Huang Ta-chou |
Wali kota Taipei 1994–1998 |
Diteruskan oleh: Ma Ying-jeou |
Didahului oleh: Lee Teng-hui |
Presiden Republik Tiongkok 2000–2008 |
Diteruskan oleh: Ma Ying-jeou |
Didahului oleh: Frank Hsieh |
Ketua Partai Progresif Demokrat 2002–2005 |
Diteruskan oleh: Su Tseng-chang |
Didahului oleh: Yu Shyi-kun |
Ketua Partai Progresif Demokrat 2007–2008 |
Diteruskan oleh: Frank Hsieh (Pejabat Sementara) |