Ketumbar

tumbuhan rempah
(Dialihkan dari Coriandrum sativum)

Ketumbar (Coriandrum sativum) adalah tumbuhan rempah-rempah yang populer. Buahnya yang kecil dikeringkan dan diperdagangkan, baik digerus maupun tidak. Bentuk yang tidak digerus mirip dengan lada, seperti biji kecil-kecil berdiameter 1–2 mm. Ketumbar mempunyai aroma yang khas. Aroma ini disebabkan oleh komponen kimia yang terdapat dalam minyak asiri ketumbar. Komponen utama minyak asiri ketumbar adalah linalool, dengan komponen pendukung lainnya seperti geraniol, geranil asetat, dan camphor.[1]

Ketumbar
Ketumbar
Klasifikasi ilmiah Sunting klasifikasi ini
Kerajaan: Plantae
Klad: Tracheophyta
Klad: Angiospermae
Klad: Eudikotil
Klad: Asterid
Ordo: Apiales
Famili: Apiaceae
Genus: Coriandrum
Spesies:
C. sativum
Nama binomial
Coriandrum sativum

Dalam perdagangan obat ia dinamakan fructus coriandri. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai coriander dan di Amerika Latin dikenal sebagai cilantro. Tumbuhan ini berasal dari Eropa Selatan dan sekitar Laut Kaspia.

Berbagai jenis masakan tradisional Indonesia kerap menggunakan bumbu berupa biji berbentuk butiran beraroma keras yang dinamakan ketumbar. Dengan tambahan bumbu tersebut, aroma masakan akan lebih nyata.

Tak hanya bijinya saja yang sering digunakan dalam masakan. Daunnya yang majemuk seperti seledri itu sering diiris tipis dan dijadikan taburan dalam masakan seperti sup dan salad khas Thailand. Di negara itu, ketumbar diberi nama phak chee. Sama dengan bijinya, daun ketumbar juga beraroma tajam.

Biasanya, tumbuhan ini ditanam di kebun-kebun daerah dataran rendah dan pegunungan. Tumbuhan ini dapat mencapai tinggi 1,3 m.[2]

Daunnya hijau dengan tepian bergerigi. Sedangkan, untuk bunga majemuknya berbentuk payung bersusun berwarna putih dan merah muda. Untuk buah, bentuknya hampir bulat berwarna kuning bersusun, Kalau matang, buahnya mudah dirontokkan. Setelah itu, buahnya dikeringkan.

Di sana, biji yang dikeringkan. Di beberapa daerah, ketumbar sering diberikan nama yang berbeda-beda.

Penggunaan

sunting

Semua bagian tumbuhan ini dapat dimakan, tetapi daun segar dan biji yang dikeringkan merupakan bagian-bagian yang paling banyak digunakan secara tradisional dalam masakan. Ketumbar umum didapati di dalam masakan Asia Selatan, Asia Tenggara, India, Timur Tengah, Kaukasus,[3][4] Asia Tengah, Laut Tengah, Tex-Mex, Amerika Latin, Brasil, Portugis, Tiongkok, Afrika, dan Skandinavia.[5][6]

 
Daun ketumbar

Daunnya hijau dengan tepian bergerigi. Sedangkan, untuk bunga mejemuknya berbentuk payung bersusun berwarna putih dan merah muda.

Daun ketumbar dinamai coriander leaves, fresh coriander, Chinese parsley, atau (di Amerika Utara) cilantro. Daunnya mempunyai rasa yang berbeda dengan biji, dengan adanya semacam rasa citrus. Namun, sejumlah orang merasainya seperti sabun tidak enak, berbau menyengat dan menghindari memakan daun ini.[7]

Manfaat ketumbar

sunting
 
Biji Ketumbar dalam Aneka Bumbu Rawon

Ketumbar biasanya digunakan pelancar pencernaan, peluruh kentut (carminative), peluruh ASI (lactago), dan penambah nafsu makan (stomachica). Namanya berbeda-beda di berbagai negara juga di berbagai daerah di Indonesia. Manfaat yang diambil dari ketumbar adalah dari daun, biji, dan buah. Dari semua bagian itu terdapat kandungan berupa sabinene, myrcene, a-terpinene, ocimene, linalool, geraniol, dekanal, desilaldehida, trantridecen, asam petroselinat, asam oktadasenat, d-mannite, skopoletin, p-simena, kamfena, dan felandren. Khasiatnya tak sebatas pelancar pencernaan saja. Ketumbar juga berguna untuk meredakan pusing, muntah-muntah, influenza, wasir, radang lambung dan radang payudara, campak, masuk angin, tekanan darah tinggi, dan lemah syahwat.

Minyak asiri ketumbar mengandung coriandrol (linalool).[2] Linalool dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku parfum, farmasi, aroma makanan dan minuman, sabun mandi, bahan dasar lilin, sabun cuci, sintesis vitamin E, pestisida, dan insektisida.[1]

Varietas

sunting

Ketumbar terbagi menjadi 3 varietas berdasarkan bentuk buahnya,[2] yaitu :

  • C. sativum var sativum (buah bulat besar)
  • C. sativum var micocarpum (buah bulat kecil)
  • C. sativum var indicum (buah lonjong)

Kultivar

sunting
Karakter morfologi beberapa jenis kultivar tumbuhan ketumbar[2]
Karakter Kultivar
Kadipekso Cipanas Jember Madiun Temanggung Sungayang Sumbar
Habitus Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak Tegak
Bentuk daun Menjari Menjari Menjari Menjari Menjari Menjari Menjari
Warna daun Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau Hijau
Warna batang Ungu Hijau Ungu Ungu Ungu Hijau Hijau
Waktu berbunga (hari setelah tanam) 53 39 42 53 53 53 42
Umur panen (hari setelah tanam) 73 62 112 73 73 73 112
Warna bunga Putih keunguan Putih Putih keunguan Putih keunguan Putih keunguan Putih Putih

Referensi

sunting
  1. ^ a b Juniarti, Eqi Rosyana; Handayani, Prima Astuti (2012-06-06). "Ekstraksi Minyak Ketumbar (Coriander Oil) Dengan Pelarut Etanol Dan N-heksana". Jurnal Bahan Alam Terbarukan. 1 (1). ISSN 2303-0623. 
  2. ^ a b c d Wahyuni, Sri; Hadipoentyanti, Endang (2004/06). "Pengelompokan Kultivar Ketumbar Berdasar Sifat Morfologi". Buletin Plasma Nutfah. 10 (1): 32–36. ISSN 1410-4377. 
  3. ^ кориандр. Кулинарный словарь (Culinary Dictionary) (dalam bahasa Russian). Diakses tanggal 10 August 2013. 
  4. ^ Кориандр посевной (кинза). Букварь здоровья (The ABC of Health) (dalam bahasa Russian). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-02-22. Diakses tanggal 10 August 2013. 
  5. ^ "Cooking ingredients: Spices". www.dlc.fi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-20. Diakses tanggal 19 Apr 2020. 
  6. ^ Samuelsson, Marcus (2003). Aquavit: And the New Scandinavian Cuisine. Houghton Mifflin Harcourt. hlm. 12 (of 312). ISBN 0618109412. 
  7. ^ McGee, Harold (13 April 2010). "Cilantro Haters, It's Not Your Fault". The New York Times. Diakses tanggal 24 July 2012. Some people may be genetically predisposed to dislike cilantro, according to often-cited studies by Charles J. Wysocki of the Monell Chemical Senses Center in Philadelphia. 

Bacaan lebih lanjut

sunting
  • Katzer, Gernot Coriander Seeds and Cilantro (Coriandrum sativum)
  • Noxon, Heather and Meyer, Alex (2004). Genetic Analysis of PTC and Cilantro Taste Preferences. MindExpo 2004
  • Knaapila, A.; Hwang, L.-D.; Lysenko, A.; Duke, F. F.; Fesi, B.; Khoshnevisan, A.; James, R. S.; Wysocki, C. J.; Rhyu, M.; Tordoff, M. G.; Bachmanov, A. A.; Mura, E.; Nagai, H.; Reed, D. R. (2012). "Genetic Analysis of Chemosensory Traits in Human Twins". Chemical Senses. doi:10.1093/chemse/bjs070.