Koresh Agung

pendiri Kekaisaran Akhemeniyah
(Dialihkan dari Cyrus II)

Koresh II[b] (atau Koresy II; bahasa Persia Kuno: 𐎤𐎢𐎽𐎢𐏁 Kūruš;[6] bahasa Persia Modern: کورش Kūroš), dikenal dengan Koresh Agung, adalah Raja Diraja (Kaisar) Iran yang berkuasa sampai tahun 530 SM. Pandangan tradisional menyatakan bahwa dia adalah seorang anggota Dinasti Akhemeniyah, sehingga kekaisarannya disebut Kekaisaran Akhemeniyah.[7] Sebelum menjadi Raja Diraja Iran, Koresy adalah raja daerah Persia, sebuah kawasan di Iran selatan, sehingga negaranya juga disebut Kekaisaran Persia oleh bangsa non-Iran.

Koresh Agung
Koresy Agung dengan sebuah mahkota Hemhem[1]
Raja Diraja Iran
Raja Media
Berkuasa550–530 SM
PendahuluAstyages
PenerusKambisus II
Raja Persia
Berkuasa559–530 SM[a]
PendahuluKambisus I
PenerusKambisus II
Raja Lidia
Berkuasa547–530 SM
PendahuluKroisos
PenerusKambisus II
Raja Babilonia
Berkuasa539–530 SM
PendahuluNabonidus
PenerusKambisus II
Kelahirankira-kira 600 SM[2]
Ansyan, Persia
Kematian4 Desember 530 SM[3] (70 tahun)
Sepanjang Sungai Syr Darya
Pemakaman
PasanganKassandana
KeturunanKambisus II
Bardiya
Artastuna
Atosa
Roxane[4]
Nama lengkap
𐎤𐎢𐎽𐎢𐏁, Kūruš
WangsaAkhemeniyah
AyahKambisus I
IbuMandana

Pada masa kekuasaannya, dia menyatukan berbagai peradaban di Timur Dekat Kuno, termasuk menaklukkan Media, Lydia, dan Babilonia. Kekaisarannya membentang dari Laut Tengah di barat sampai Sungai Indus di timur. Koresy terkemuka, baik atas perannya sebagai negarawan maupun prajurit. Atas infrastruktur politik yang dia ciptakan, Kekaisaran Akhemeniyah bertahan lama setelah kematiannya.

Koresy Agung menghormati adat istiadat dan agama di tanah yang dia taklukkan,[8] menjadi percontohan yang berhasil untuk administrasi terpusat dan pembangunan pemerintahan yang bekerja untuk keuntungan rakyatnya.[7] Koresy juga terkenal karena capaiannya dalam hak asasi manusia, politik, dan strategi militer, serta pengaruhnya terhadap peradaban Timur dan Barat.

Koresy juga disebut dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan Alkitab (kitab suci Kristen) terkait titahnya untuk mengembalikan orang-orang buangan, termasuk bangsa Yahudi, kembali ke tanah air mereka masing-masing, serta mengizinkan bangsa Yahudi membangun kembali Bait Suci di Yerusalem.[9][10][11] Titah itu ditulis antara lain dalam Silinder/Tabung Koresy, yang ditulis tahun 539 SM dan saat ini disimpan di British Museum, London. Sebagian ulama Muslim modern berpendapat bahwa sosok Dzulqarnain yang disebut dalam Al-Qur'an (kitab suci Islam) adalah Koresy.[12][13]

Nama Koresy merupakan ejaan dari Tanakh (kitab suci Yahudi) (bahasa Ibrani: כורש‎).[14] Nama dalam bahasa Yunani adalah Κῦρος, Kỹros. Namanya dalam bahasa Persia Kuno adalah Kūruš,[15][16] sedangkan dalam bahasa Persia, khususnya di Iran, namanya dieja کوروش (Kūroš; [kuːˈɾoʃ]).

Nama Koresy dan makna yang terkandung di dalamnya telah dicatat dalam prasasti kuno dalam berbagai bahasa. Sejarawan Yunani kuno Ktesias dan Plutarkhos menyatakan bahwa nama Koresy diambil dari Kuros, Matahari, sebuah konsep yang telah ditafsirkan sebagai "seperti Matahari" (Khurvasy) dengan mencatat hubungannya dengan kata benda Persia untuk matahari, khor, diimbuhi akhiran - vash yang bermakna "serupa" atau "seperti".[17] Sejarawan Jerman Karl Hoffmann berpendapat bahwa nama itu berdasarkan dari terjemahan akar kata "menghinakan" dalam bahasa Indo-Eropa, bermakna "penghinaan terhadap musuh dalam pertarungan verbal."[16]

Beberapa sarjana, di sisi lain, percaya bahwa baik Koresy maupun Kambisus bukanlah nama Iran, menyatakan bahwa Koresy berasal dari bahasa Elam[18] yang bermakna "Dia yang melimpahkan perhatian."[19]

Latar belakang

sunting

Ayah Koresy adalah Kambisus I, Raja Persia yang berkuasa pada 580–559 SM. Ibunya adalah Mandana, putri dari Astyages, Raja Media yang berkuasa pada 564–550 SM. Kambisus I merupakan raja bawahan dari Astyages.

Pandangan tradisional berdasarkan penelitian arkeologi dan silsilah yang diberikan dalam Prasasti Behistun dan oleh sejarawan Yunani Herodotos[7] menyatakan bahwa Koresy adalah anggota dari Dinasti Akhemeniyah, sehingga kekaisarannya disebut Kekaisaran Akhemeniyah oleh sejarawan modern. Nama Akhemeniyah sendiri diambil dari nama leluhur dinasti ini, Akhaimenes, yang membangun negara Parsua di barat daya Iran. Dia kemudian digantikan putranya, Teispes, yang menyandang gelar "Raja Ansyan" setelah menaklukkan kota Ansyan dan meluaskan kerajaannya hingga mencakup kawasan Pars (seputar Iran selatan).[20] Berkas kuno[21] menyebutkan bahwa Teispes memiliki putra bernama Koresy I yang mewarisinya sebagai Raja Ansyan. Koresy I memiliki putra, Kambisus I, yang mewarisi takhtanya. Kambisus I adalah ayah Koresy Agung.

Pendapat lain menyebutkan bahwa sebenarnya Koresy tidak berdarah Akhemeniyah dan keterkaitan antara dirinya dan Dinasti Akhemeniyah merupakan buatan Darius Agung,[22] Raja Diraja Iran yang naik takhta sekitar delapan tahun setelah mangkatnya Koresy. Dalam Tabung Koresy, garis silsilah para Raja Ansyan adalah Teispes — Koresy I — Kambisus I — Koresy II. Tidak ada keterangan bahwa Akhaimenes adalah ayah Teispes sebagaimana yang tertuang dalam Prasasti Behistun.[23] Dugaan rekaan yang dibuat Darius ini ditengarai untuk membuat kesan bahwa Darius memiliki keterkaitan keluarga dengan Koresy yang notabene merupakan salah satu penguasa paling berpengaruh dan dihormati sepanjang sejarah.

Sebelum menjadi Raja Diraja Iran, Koresy adalah raja daerah Persia, sehingga negaranya juga disebut Kekaisaran Persia oleh bangsa non-Iran. Hal inilah yang kemudian menjadikan kalangan non-Iran menyamakan Iran dan Persia.

Mitologi

sunting

Herodotos memberikan catatan mitologis tentang kehidupan awal Koresy. Dalam kisah ini, Astyages mendapat dua mimpi yang menggambarkan bahwa banjir, dan kemudian serangkaian tanaman merambat yang menghasilkan buah, muncul dari panggul Mandana dan menutupi seluruh kerajaan. Ini ditafsirkan oleh para penasihatnya sebagai ramalan bahwa cucunya suatu hari akan memberontak dan menggantikannya sebagai raja. Astyages memanggil Mandana, pada saat mengandung Koresy, kembali ke Ekbatana (ibu kota Media) untuk membunuh anak itu. Jenderal Harpagus menyerahkan tugas tersebut kepada Mithradates, salah satu gembala Astyages, tetapi Mithradates membesarkan Koresy dan memberikan putranya sendiri yang sudah mati ke Harpagus dam diaku sebagai Koresy bayi.[24] Koresy hidup dalam kerahasiaan, tetapi ketika mencapai usia 10 tahun, Koresy menyuruh anak seorang bangsawan dipukuli ketika dia menolak untuk mematuhi perintah Koresy. Mendengar hal itu, Astyages meminta bocah itu dibawa ke istananya, dan menanyai Koresy dan ayah angkatnya. Atas pengakuan sang gembala, Astyages mengirim Koresy kembali ke Persia untuk tinggal bersama orang tua kandungnya.[25] Namun, Astyages memanggil putra Harpagus dan memutilasinya, memerintahkan sebagian tubuhnya dimasak dan dihidangkan pada Harpagus. Setelah perjamuan usai, para pelayan Astyages membawakan kepala, tangan, dan kaki anak itu pada Harpagus, sehingga Harpagus menyadari bahwa dia melakukan kanibalisme dengan memakan daging anaknya tanpa dia sadari.[26] Dalam versi lain, Koresy ditampilkan sebagai putra dari keluarga miskin yang bekerja di istana Media.

Kebangkitan dan kampanye militer

sunting

Koresy naik takhta pada tahun 559 SM setelah kematian ayahnya. Namun Koresy belum menjadi penguasa berdaulat. Seperti para pendahulunya, Koresy harus mengakui kekuasaan Media atasnya. Astyages, raja Media dan kakek Koresy, mungkin telah menguasai sebagian besar Timur Dekat Kuno, dari perbatasan Lydia di barat hingga Parthia dan Persia di timur.

 
Peta kawasan Timur Tengah sekitar tahun 600 SM. Peta karya William Robert Shepherd. Keterangan dalam bahasa Inggris.

Menurut Tawarikh Nabonidus, Astyages melancarkan serangan terhadap Koresy. Menurut sejarawan Herodotos, diketahui bahwa Astyages menempatkan Harpagus sebagai komandan pasukan Media untuk menaklukkan Koresy. Namun Harpagus justru beralih pihak pada Koresy bersama beberapa bangsawan dan sebagian pasukan. Pemberontakan ini dikonfirmasi oleh Tawarikh Nabonidus yang menjelaskan mengenai peperangan di antara pihak Koresy dan Astyages selama tiga tahun (553–550 SM) sebelum akhirnya Ekbatana jatuh ke pihak Koresy.[27] Koresy mengampuni nyawa Astyages dan menikahi putrinya, Amitis. Pernikahan ini menenangkan beberapa pengikut, termasuk Baktria, Parthia, dan Saka.[28] Herodotos mencatat bahwa Koresy juga menaklukkan dan memasukkan Sogdia ke dalam wilayah kekuasaannya selama kampanye militernya pada 546–539 SM.[29][30]

Dengan kemenangan Koresy, semua pengikut Astyages (banyak yang masih berkerabat dengan Koresy) sekarang di bawah komandonya. Oleh karena itu, pamannya, Arsyama, yang pernah menjadi raja negara-kota Parsa di bawah Media, harus menyerahkan takhtanya. Namun, pengalihan kekuasaan dalam keluarga ini tampaknya berjalan mulus, dan tampaknya Arsyama masih menjadi penguasa nominal Parsa di bawah Koresy — lebih merupakan pangeran atau adipati agung daripada raja.[31] Putra Arsyama, Histaspa, kemudian dijadikan satrap (gubernur) di Parthia dan Frigia. Koresy dengan demikian menyatukan kerajaan kembar Akhemeniyah Parsa dan Ansyan ke dalam Persia. Arsyama hidup untuk melihat cucunya menjadi Darius Agung, Raja Diraja Persia, setelah kematian kedua putra Koresy.[32] Penaklukan Koresy atas Media hanyalah awal dari perangnya.[33]

 
Kroisos duduk di atas tumpukan kayu. Sebuah guci amphora Attika dengan lukisan warna jingga, 500–490 SM, sekarang disimpan di Louvre (G 197)

Tanggal pasti penaklukan Lydia tidak diketahui, tetapi dipastikan terjadi antara penggulingan Kerajaan Media oleh Koresy (550 SM) dan penaklukannya atas Babilonia (539 SM). Sudah umum dilakukan di masa lalu untuk menetapkan tahun 547 SM sebagai waktu penaklukan karena beberapa tafsiran dari Tawarikh Nabonidus, tetapi pendapat ini sekarang tidak banyak dianut.[34] Lydia pertama kali menyerang kota Pteria di kawasan Kapadokia yang merupakan bagian dari Kekaisaran Akhemeniyah. Kroisos menduduki kota dan memperbudak penduduknya. Sementara itu, Persia mengajak warga Ionia yang merupakan bagian dari Kerajaan Lydia untuk memberontak melawan penguasa mereka. Tawaran itu ditolak, dan dengan demikian Koresy menghimpun pasukan untuk melawan Lydia, sembari meningkatkan jumlah pasukannya sepanjang perjalanan. Pertempuran Pteria secara efektif menemui jalan buntu, dengan kedua belah pihak menderita banyak korban pada malam hari. Keesokan paginya, Kroisos mundur ke Sardis, ibu kota Lydia.[35]

Sementara di Sardis, Kroisos mengirimkan permintaan kepada sekutunya untuk mengirim bantuan ke Lydia. Namun, menjelang akhir musim dingin, sebelum bala bantuan tiba, Koresy mendorong perang ke wilayah Lydia dan mengepung Kroisos di Sardis. Sesaat sebelum Pertempuran Timbra terakhir antara kedua penguasa, Harpagus menyarankan Koresy untuk menempatkan unta Arabnya di depan para prajuritnya; kuda Lydia, yang tidak terbiasa dengan bau unta Arab, akan sangat takut. Strateginya berhasil; pasukan berkuda Lydia dikalahkan. Koresy mengalahkan dan menangkap Kroisos. Koresy menduduki Sardis dan menaklukkan Kerajaan Lydia pada 546 SM.[35] Menurut Herodotos, Koresy Agung mengampuni nyawa Kroisos dan menjadikannya sebagai penasihat, tetapi catatan ini bertentangan dengan beberapa terjemahan dari Tawarikh Nabonidus (Raja yang ditundukkan oleh Koresy Agung setelah penaklukan Babilonia), yang menafsirkan bahwa Raja Lydia terbunuh.[36]

Sebelum Koresy kembali, seorang bangsa Lydia bernama Paktyes diamanahkan untuk mengirim perbendaharaan Kroesus ke Persia. Namun, segera setelah kepergian Koresy, Paktyes menyewa tentara bayaran dan melancarkan pemberontakan di Sardis, melawan satrap Persia di Lydia, Tabalus. Koresy mengirim Mazares, salah satu komandannya, untuk menundukkan pemberontakan tetapi menuntut agar Paktyes dikembalikan hidup-hidup. Setelah kedatangan Mazares, Paktyes melarikan diri ke Ionia dan menyewa lebih banyak tentara bayaran. Mazares mengerahkan pasukannya ke negara Yunani dan menaklukkan kota Magnesia dan Priene. Akhir dari Paktyes tidak diketahui, tetapi setelah ditangkap, dia mungkin dikirim ke Koresy dan dihukum mati setelah serangkaian penyiksaan.[37]

Mazares melanjutkan penaklukan Asia Kecil, tetapi meninggal karena sebab yang tidak diketahui selama kampanyenya di Ionia. Koresy mengirim Harpagus untuk menyelesaikan penaklukan Mazares atas Asia Kecil, dan dia berhasil merebut Likia, Kilikia, dan Fenisia. Dia mengakhiri penaklukannya atas wilayah tersebut pada 542 SM dan kembali ke Persia.

Babilonia

sunting
 
Diproyeksikan ke batas modern, Kekaisaran Akhemeniyah di bawah Koresy membentang dari Turki, Israel, Georgia, dan Arabia di barat sampai ke Kazakhstan, Kyrgyzstan, Sungai Indus (Pakistan) dan Oman di timur. Persia menjadi salah satu kekaisaran terluas di dunia.

Tahun 540 SM, Koresy merebut Elam (Susiana) dan ibu kotanya, Susan.[38] Tawarikh Nabonidus mencatat bahwa sebelum perang itu, Nabonidus, Raja Babilonia, memindahkan patung-patung dewa ke dalam ibu kota Babilon, sehingga diperkirakan perang dimulai pada musim dingin 540 SM.[39] Harran Stelae H2 - A, dan Tawarikh Nabonidus (tahun ke-17) menunjukkan Nabonidus merayakan tahun baru Akitu pada tanggal 1 Nissanu (4 April 539 SM) di Babilon.

Menjelang awal Oktober 539 SM, Koresy berperang dalam Pertempuran Opis di atau dekat kota strategis tepi sungai Opis di Tigris, utara Babilonia. Tentara Babilonia dikalahkan, dan pada 10 Oktober, Sippar direbut tanpa pertempuran, dengan sedikit atau tanpa perlawanan dari rakyat.[40] Kemungkinan Koresy terlibat dalam perundingan dengan para jenderal Babilonia untuk mendapatkan kompromi di pihak mereka dan karena itu menghindari konfrontasi bersenjata.[41] Nabonidus, yang mundur ke Sippar setelah kekalahannya di Opis, melarikan diri ke Borsippa.[42]

Tanggal 12 Oktober,[43] Gubaru, panglima Koresy, memasuki ibu kota Babilon, tanpa perlawanan berarti dari tentara Babel.[44] Herodotus menjelaskan bahwa tentara Persia menggunakan danau yang dibangun oleh istri Nabonidus, Nitokris, tadinya untuk melindungi Babilon dari serangan Kerajaan Media, untuk membelokkan aliran sungai Efrat ke dalam kanal sehingga tinggi air tinggal selutut. Ini memudahkan tentara Persia untuk masuk kota melalui sungai pada waktu malam.[45] Hal ini tidak berbeda dengan catatan dalam Kitab Daniel, bahwa Raja Belsyazar dibunuh oleh tentara Persia pada waktu malam tanpa peperangan besar.[46] Tak lama kemudian, Nabonidus kembali dari Borsippa dan menyerah kepada Koresy.[47] Pada tanggal 29 Oktober, Koresy sendiri memasuki kota Babilon.[48]

Sebelum penaklukan Koresy, Babilonia telah menaklukkan banyak kerajaan. Sangat mungkin Koresy juga memasukkan wilayah bawahan Babilonia ini ke dalam kekaisarannya, termasuk Syria, Yudea, dan Arabia Petraea, meskipun tidak ada bukti langsung.[4][49]

Setelah merebut Babilonia, Koresy Agung menyatakan dirinya sebagai "Raja Babilonia, Raja Sumeria dan Akkad, Raja empat penjuru dunia" dalam Tabung Koresy yang terkenal, sebuah prasasti yang disimpan di fondasi kuil Esagila yang didedikasikan untuk dewa utama Babilonia, Marduk. Naskah tabung mencela Nabonidus sebagai orang yang tidak beriman dan menggambarkan kemenangan Koresy menyenangkan Dewa Marduk. Ini menggambarkan Koresy telah meningkatkan kehidupan warga Babilonia, memulangkan orang-orang terlantar, dan memulihkan kuil dan tempat pemujaan. Meskipun beberapa telah menegaskan bahwa tabung tersebut mewakili bentuk piagam hak asasi manusia, sejarawan umumnya menggambarkannya dalam konteks tradisi lama Mesopotamia bahwa seorang penguasa baru yang memulai pemerintahan mereka akan melakukan pernyataan pembaharuan.[50]

Wilayah kekuasaan Koresy Agung membentuk kekaisaran terbesar yang pernah ada di dunia hingga saat itu.[51] Pada akhir pemerintahannya, Kekaisaran Akhemeniyah membentang dari Asia Kecil di barat hingga Sungai Indus di timur.[4]

Akhir hayat

sunting

Aksara paku dari Babilon memberi bukti bahwa Koresy mati sekitar Desember 530 SM, yaitu dari tulisan terakhir mengenai pemerintahannya, (lempengan dari Borsippa tertanggal 12 Agustus 530 SM) dan referensi pertama mengenai pemerintahan putranya, Kambisus II (lempengan dari Babilon tertanggal 31 Agustus 530 SM)[52] yang menggantikannya sebagai raja.

Terdapat rincian yang berbeda-beda mengenai kematian Koresy. Herodotos, yang memberikan rincian terpanjang kedua, menerangkan bahwa Koresy meninggal dalam pertempuran sengit dengan Massagetae, suku dari gurun selatan Khwarezm dan Kyzyl Kum di bagian paling selatan dari wilayah Stepa Eurasia (masuk wilayah negara Kazakhstan dan Uzbekistan pada masa modern), mengikuti saran Kroisos untuk menyerang mereka di wilayah mereka sendiri.[53] Massagetae terkait dengan bangsa Skithia dalam pakaian dan cara hidup mereka; mereka bertarung dengan menunggang kuda dan berjalan kaki. Untuk menaklukkan mereka, Koresy pertama-tama mengirimkan tawaran pernikahan kepada penguasa mereka, Ratu Tomyris, sebuah lamaran yang ditolaknya.

Koresy kemudian memulai upayanya untuk merebut wilayah Massagetae dengan paksa (sekitar 529 SM),[54] dimulai dengan membangun jembatan dan perahu perang yang menjulang tinggi di sepanjang sisi sungai Oxus, atau Amu Darya, yang memisahkan mereka. Tomyris menantangnya untuk bertemu pasukannya dalam peperangan yang terhormat, mengundangnya ke suatu tempat di negaranya satu hari perjalanan dari sungai. Koresy menerima tawarannya, tetapi, mengetahui bahwa Massagetae tidak terbiasa dengan minuman anggur dan efeknya yang memabukkan, dia mendirikan dan kemudian meninggalkan kemah dengan membawa banyak anggur, membawa serta prajurit terbaiknya dan meninggalkan yang paling tidak mampu.

Jenderal pasukan Tomyris, Spargapises, yang juga putranya, dan sepertiga dari pasukan Massagetae, membunuh kelompok yang ditinggalkan Koresy dan kemudian menemukan perkemahan itu penuh dengan makanan dan anggur. Tanpa mengetahui akibatnya, pasukan Massagetae minum aggung dari perkemahan itu hingga mabuk, membuat kemampuan mereka untuk mempertahankan diri menurun saat mereka mendapat serangan mendadak dari pihak Koresy. Pasukan Massagetae berhasil dikalahkan dan Spargapises bunuh diri setelah kesadarannya pulih. Ratu Tomyris mengecam taktik Koresy sebagai licik dan bersumpah akan membalas dendam, kemudian memimpin sendiri gelombang kedua penyerangan. Koresy akhirnya terbunuh, dan banyak korban berjatuhan di pihaknya. Herodotos menyebutnya sebagai pertempuran paling sengit dalam karirnya dan dunia kuno. Setelah selesai, Tomyris memerintahkan agar tubuh Koresy dibawa ke hadapannya, kemudian memenggalnya dan mencelupkan kepalanya ke dalam wadah berisi darah sebagai balas dendam atas putranya dan perlambang Koresy yang dipandang haus darah.[53][55] Namun beberapa sarjana mempertanyakan versi ini, terutama karena Herodotos mengakui peristiwa ini adalah salah satu dari banyak versi kematian Koresy yang dia dengar dari sumber yang dipandang dapat dipercaya yang mengatakan kepadanya bahwa tidak ada saksi mata untuk melihat kejadian tersebut.[56] Sejarawan Rusia, Muhammad Dandamayev, menyatakan bahwa pihak Persia mungkin telah mengambil kembali jenazah Koresy dari Massagetae, berbeda dengan yang dikisahkan oleh Herodotos.[4]

Patriark Mikhael menyatakan bahwa Koresy dibunuh oleh Tomyris pada tahun ke-60 masa pengasingan bangsa Yahudi. Dalam versi Mikhael, Tomyris sudah menjadi istri Koresy.[57]

Ktesias, dalam karyanya, Persica, yang memiliki perincian terpanjang, menyatakan bahwa Koresy menemui kematiannya saat memadamkan pemberontakan dari infanteri Derbikes yang dibantu oleh pemanah dan kavaleri bangsa Skithia lainnya, ditambah bangsa India dan gajah perang mereka. Menurutnya, peristiwa itu terjadi di timur laut hulu Syr Darya.[58]

Sejarawan Yunani Xenophon menyatakan dalam karyanya, Cyropaedia, menyatakan bahwa Koresy meninggal dengan tenang di ibu kota, berbeda dengan versi yang lainnya.[59] Versi terakhir kematian Koresy berasal dari Berossus, yang hanya melaporkan bahwa Koresy menemui kematiannya saat berperang melawan pemanah Dahae di barat laut hulu Syr Darya.[60]

 
Makam Koresy di Pasargadae, Iran, menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO (2006).

Makamnya terletak di ibu kota Pasargadae (dibangun sekitar 530 SM) yang masih ada sampai sekarang. Penulis sejarah, Strabo dan Arrian mencatat gambaran yang hampir sama tentang makam ini berdasarkan laporan Aristobulus dari Kassandreia, yang atas perintah Aleksander Agung mengunjungi makam ini 2 kali.[61] Menurut Plutarch, batu nisannya bertuliskan,

O insan, siapapun engkau dan dari mana pun engkau datang, karena aku tahu engkau akan datang, akulah Koresy yang memenangkan kerajaan untuk orang-orang Persia. Karenanya janganlah berkeberatan terhadapku akan sedikit tanah ini untuk menutupi tulang-tulangku.[62]

Makam Koresy telah bertahan selama masa yang panjang, melewati berbagai pergantian masa kekuasaan. Tokoh Persia terakhir yang menarik perhatian ke makam itu adalah Mohammad Reza Pahlavi, raja resmi terakhir Persia, selama perayaan 2.500 tahun monarki. Sama seperti Aleksander Agung sebelumnya, Mohammad Reza Pahlavi ingin menarik warisan Koresy untuk memberi pengesahan atas kebijakan perluasan dari pemerintahannya sendiri.[63]

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengakui makam Koresy Agung dan Pasargadae sebagai situs Warisan Dunia UNESCO.[64]

Warisan

sunting

Koresy terkemuka, baik atas perannya sebagai negarawan maupun prajurit. Atas infrastruktur politik yang dia ciptakan, Kekaisaran Akhemeniyah bertahan lama setelah kematiannya. Sejarawan Inggris Charles Freeman menyatakan bahwa "Dalam lingkup dan tingkat pencapaiannya (Koresy) berada jauh di atas pencapaian raja Makedonia, Aleksander, yang akan menghancurkan kerajaan (Akhemeniyah) pada tahun 320-an, tetapi gagal memberikan alternatif yang stabil." [65] Koresy telah menjadi pahlawan pribadi bagi banyak orang, termasuk Thomas Jefferson (Presiden Amerika Serikat ke-3), Mohammad Reza Pahlavi (Raja Diraja Iran terakhir), dan David Ben-Gurion (Perdana Menteri Israel pertama).[66]

Prestasi Koresy Agung sepanjang zaman kuno tercermin dalam caranya dikenang hari ini. Bangsanya sendiri, Iran, telah menganggapnya sebagai "Sang Ayah," gelar yang telah digunakan selama masa Koresy sendiri, oleh banyak negara yang ia taklukkan, sebagaimana penuturan Xenophon.[67] Bangsa Babilonia sendiri menyebut Koresy dengan "Sang Pembebas."[68]

Kebangkitan Persia di bawah pemerintahan Koresy memiliki dampak yang sangat besar dalam perjalanan sejarah dunia. Agama, filsafat, dan sastra Iran, semuanya memainkan peran besar dalam peristiwa dunia untuk milenium berikutnya. Persia juga memberikan pengaruh yang sangat besar di Timur Tengah selama Zaman Kejayaan Islam, dan sangat berperan dalam pertumbuhan dan perluasan Islam. Banyak dari dinasti Iran setelah Kekaisaran Akhemeniyah dan raja-raja mereka memandang diri mereka sebagai pewaris Koresy Agung dan mengklaim untuk melanjutkan garis yang dimulai oleh Koresy.[69][70] Aleksander Agung sendiri tergila-gila dan mengagumi Koresy Agung. Sejak usia dini dia membaca Cyropaedia karya Xenophon, yang di sana menggambarkan kepahlawanan Koresy dalam pertempuran dan pemerintahan dan kemampuannya sebagai raja dan legislator. Selama kunjungannya ke Pasargadae, Aleksander memerintahkan Aristobulus untuk mendekorasi interior ruang kuburan makam Koresy.[71]

Warisan Koresy telah dirasakan bahkan sampai Islandia[72] dan kolonial Amerika. Banyak pemikir dan penguasa Zaman Klasik serta era Pembaharuan dan Pencerahan,[73] dan para pendiri Amerika Serikat mencari inspirasi dari Koresy Agung melalui karya-karya seperti Cyropaedia. Cyropedia memiliki pengaruh besar terhadap penyusunan Deklarasi Kemerdekaan Amerika Serikat.[74][75][76]

Menurut Profesor Richard Nelson Frye, Koresy - yang kemampuannya sebagai penakluk dan administrator dibuktikan oleh umur panjang dan kekuatan Kekaisaran Akhemeniyah - memegang peran yang hampir mistis di antara orang-orang Persia, mirip dengan Romulus dan Remus untuk bangsa Romawi atau Musa untuk Bani Israel.[77] Frye juga menulis bahwa Koresy menjadi lambang kualitas hebat yang diharapkan dari seorang penguasa pada zaman kuno, menyandang ciri-ciri kepahlawanan sebagai penakluk yang toleran, murah hati, dan berani. Kepribadiannya memengaruhi bangsa Yunani dan Aleksander Agung, dan hal ini juga diturunkan pada bangsa Romawi secara tradisi, sehingga dapat dikatakan bahwa Koresy sampai mempengaruhi pemikiran manusia masa sekarang.[77] Patrick Hunt, ahli arkeologi Amerika, menyatakan bahwa Koresy pantas mendapat julukan sebagai salah satu sosok terhebat dalam sejarah yang memengaruhi dunia.[78]

Agama dan filsafat

sunting

Meskipun secara umum diyakini bahwa ajaran Zarathustra memengaruhi tindakan dan kebijakan Koresy, sejauh ini tidak ada bukti jelas yang ditemukan yang menunjukkan bahwa Koresy mempraktikkan agama tertentu. Pierre Briant menuliskan bahwa dengan sedikitnya informasi yang dimiliki, "tampaknya cukup ceroboh untuk mencoba merekonstruksi seperti apa agama Koresy dulu."[79]

Kebijakan Koresy sehubungan dengan perlakuan terhadap agama minoritas didokumentasikan dalam teks Babilonia serta sumber-sumber Yahudi dan catatan sejarawan.[80] Koresy memiliki kebijakan umum toleransi beragama di seluruh kekaisarannya yang luas. Masih menjadi perdebatan apakah ini merupakan kebijakan baru atau kelanjutan dari kebijakan yang diikuti oleh orang Babilonia dan Asyur (seperti yang dinyatakan oleh Lester Grabbe).[81] Dia membawa perdamaian ke Babilonia dan dikatakan telah menjauhkan pasukannya dari kuil dan mengembalikan patung dewa Babilonia ke tempat suci mereka.[8]

Bangsa Yahudi menghormatinya sebagai raja yang bermartabat dan adil. Dalam satu bagian Alkitab, Yesaya menyebut dia sebagai Al-Masih/Mesiah,[82] membuatnya menjadi satu-satunya non-Yahudi yang disebut demikian. Di bagian lain disebutkan bahwa Tuhan berfirman, "Akulah yang menggerakkan Koresy untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan segala jalannya, dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap."[9] Seperti yang ditunjukkan teks itu, Koresy akhirnya membebaskan bangsa Yahudi dari pengasingannya tanpa kompensasi atau upeti. Bagian-bagian khusus ini (Yesaya 40–55, sering disebut sebagai Deutero-Yesaya) diyakini oleh sebagian besar sarjana kritis modern telah ditambahkan oleh penulis lain menjelang akhir pembuangan di Babilonia (sekitar 536 SM).[83]

Politik dan manajemen

sunting

Koresy mendirikan kekaisaran yang terdiri dari multi-negara yang diperintah dari empat ibu kota: Pasargadae, Babilon, Susan, dan Ekbatana. Dia mengizinkan sejumlah otonomi daerah di setiap negara bagian, dalam bentuk sistem kesatrapan, yakni sebuah unit administratif, biasanya diatur berdasarkan geografis, dan dipimpin seorang satrap. Seorang satrap memiliki peran sebagai raja bawahan yang mengatur suatu wilayah tertentu, seorang 'jenderal' berperan sebagai pengawas perekrutan militer dan memastikan ketertiban, dan 'sekretaris negara' sebagai penjaga catatan resmi. Jenderal dan sekretaris negara melapor langsung ke satrap serta pemerintah pusat.

Selama masa pemerintahannya, Koresy mempertahankan kendali atas wilayah yang luas dari berbagai kerajaan yang dia taklukkan dengan mempertahankan dan memperluas kesatrapan. Pengaturan lebih lanjut dari wilayah taklukkan baru menjadi bagian dari wilayah yang diperintah oleh para satrap dilanjutkan oleh penerus Koresy, Darius Agung. Kekaisaran Koresy didasarkan pada upeti dan wajib militer dari banyak bagian wilayahnya.[84]

Melalui kecerdasan militernya, Koresy menciptakan pasukan terorganisir termasuk Pasukan Abadi yang terdiri dari 10.000 tentara yang sangat terlatih.[85] Dia juga membentuk sistem pos yang inovatif di seluruh kekaisaran, berdasarkan beberapa stasiun pemberhentian yang disebut Chapar Khaneh.[86]

Penaklukan Koresy memulai era baru pembangunan kekaisaran, saat negara super yang luas yang terdiri dari lusinan negara bawahan, ras, agama, dan bahasa, diperintah di bawah satu pemerintahan terpusat. Sistem ini bertahan selama berabad-abad, dan dipertahankan dengan baik oleh Dinasti Yunani Seleukia yang menguasai Iran pasca runtuhnya Akhemeniyah, dan kemudian Dinasti Partia Arsak dan Persia Sasaniyah.[87]

Koresy dikenal karena pembaharuannya dalam proyek bangunan. Dia mengembangkan lebih lanjut teknologi yang dia temukan dalam wilayah taklukannya dan menerapkannya dalam membangun istana Pasargadae. Dia juga terkenal karena kecintaannya pada taman; penggalian baru-baru ini di ibu kotanya telah mengungkapkan keberadaan Taman Iran Pasargadae dan jaringan saluran irigasi. Pasargadae adalah tempat untuk dua istana megah yang dikelilingi oleh taman kekaisaran yang megah dan taman resmi yang luas; di antaranya adalah taman dinding empat-empat "Paradisia" dengan lebih dari 1000 meter saluran yang terbuat dari batu kapur berukir, dirancang untuk mengisi cekungan kecil di setiap 16 meter dan menyirami berbagai jenis tumbuhan liar dan domestik. Desain dan konsep luar biasa dari Paradisia telah digunakan sebagai percontohan untuk banyak taman kuno dan modern di masa-masa setelahnya.[88]

Lambang Koresy yang digambarkan sebagai elang emas yang dipasang di atas "tiang tinggi", tetap menjadi panji resmi Akhemeniyah.[89]

Tabung Koresy

sunting
 
Tabung Koresy

Salah satu dari sedikit sumber informasi yang masih ada yang berasal langsung dari zaman Koresy adalah Tabung Koresy (bahasa Persia: استوانه کوروش Ostovane-ye Kūrosy), sebuah dokumen dalam bentuk tabung tanah liat bertuliskan aksara paku berbahasa Akkadia. Tabung itu telah ditempatkan di fondasi Esagila (kuil Dewa Marduk di Babilonia) sebagai lapisan fondasi setelah penaklukan Persia pada 539 SM. Tabung itu ditemukan pada tahun 1879 dan sekarang disimpan di British Museum di London.[90]

Tulisan pada tabung tersebut mencela Raja Nabonidus sebagai orang yang tidak beriman dan menggambarkan Koresy sebagai orang yang menyenangkan Dewa Marduk. Dijelaskan pula mengenai Koresy yang telah meningkatkan kehidupan warga Babilonia, memulangkan orang-orang terlantar, dan memulihkan kuil dan tempat pemujaan.[91] Meskipun tidak disebutkan secara khusus dalam tulisan tersebut, pemulangan bangsa Yahudi dari "penawanan Babilonia" mereka telah ditafsirkan sebagai bagian dari kebijakan umum ini.[92]

Pada 1970-an, Mohammad Reza Pahlavi menempatkan tabung Koresy sebagai lambang politik, menggunakannya "sebagai citra pusat dalam perayaan 2500 tahun monarki Iran."[93] dan menegaskan bahwa itu adalah "piagam hak asasi manusia pertama dalam sejarah ..."[94] Pandangan ini telah diperdebatkan oleh beberapa orang sebagai "agak anakronistik" dan tendensius,[95] karena konsep modern hak asasi manusia akan sangat asing bagi orang-orang sezaman Koresy dan masalah itu juga tidak disebutkan dalam tabung.[96][97] Meski demikian, tabung tersebut telah dipandang sebagai bagian dari identitas budaya Iran.[93]

Keluarga

sunting

Orang tua

  • AyahKambisus I, Raja Persia yang berkuasa pada 580 – 559 SM
  • IbuMandana
    • KakekAstyages, Raja Diraja Iran dan Raja Media yang berkuasa pada 564–550 SM

Pasangan

Anak

  • Kambisus II, Raja Diraja Iran yang berkuasa pada 530 – Juli 522 SM
  • Bardiya, Raja Diraja Iran yang berkuasa pada 522 SM
  • Artastuna, istri Darius I, Raja Diraja Iran yang berkuasa pada 522 – 486 SM
  • Atosa, menjadi istri Kambisus II, kemudian Bardiya, kemudian Darius I
  • Roxane

Catatan

sunting
  1. ^ 559 SM: Koresy naik takhta menjadi penguasa Persia di bawah kekuasaan Media.
    550 SM: Koresy menjadi penguasa berdaulat setelah menaklukkan Media.
  2. ^ Nama sesuai dengan ejaan resmi Alkitab Bahasa Indonesia Terjemahan Baru oleh Lembaga Alkitab Indonesia: [5]

Rujukan

sunting
  1. ^ Curzon, George Nathaniel (2018). Persia and the Persian Question (dalam bahasa Inggris). Cambridge University Press. hlm. 75. ISBN 9781108080859. 
  2. ^ Ilya Gershevitch, ed. (1985). The Cambridge history of Iran: The Median and Achaemenian periods. 2. Cambridge University Press. hlm. 404. ISBN 978-0-521-20091-2. 
  3. ^ Dandamayev 1993, hlm. 516-521.
  4. ^ a b c d Dandamayev 1993, hlm. 516–521.
  5. ^ 2 Tawarikh 36:22–33; Ezra 1:1–8, Ezra 3:7; Ezra 4:3,5; Ezra 5:13–17, Ezra 6:3,14, Yesaya 44:28, Yesaya 45:1,13; Daniel 1:21, Daniel 6:28, Daniel 10:1, dan 1 Esdras 2 Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
  6. ^ Bachenheimer 2018, hlm. 188.
  7. ^ a b c Schmitt Achaemenid dynasty (i. The clan and dynasty)
  8. ^ a b Dandamayev Cyrus (iii. Cyrus the Great) Cyrus's religious policies.
  9. ^ a b Yesaya 45:13
  10. ^ 2 Tawarikh 36:22–23
  11. ^ Ezra 1:1–8
  12. ^ Shirazi, Naser Makarem. Tafseer-e-Namoona. 
  13. ^ Pirzada, Shams. Dawat ul Quran. hlm. 985. 
  14. ^ Tait 1846, hlm. 342-343.
  15. ^ Schmitt, Rüdiger. "Cyrus (name)". Encyclopædia Iranica. Diakses tanggal 8 February 2016. 
  16. ^ a b Schmitt 2010, hlm. 515.
  17. ^ ; Plutarch, Artaxerxes 1. 3 classics.mit.edu Diarsipkan 2011-06-29 di Wayback Machine.; Photius, Epitome of Ctesias' Persica 52 livius.org Diarsipkan 2016-11-23 di Wayback Machine.
  18. ^ D.T.Potts, Birth of the Persian Empire, Vol. I, ed. Curtis & Stewart, I.B.Tauris-British Museum, London, ç2005, hlm. 13-22
  19. ^ Waters 2014, hlm. 171.
  20. ^ (Schmitt 1985b) dalam i. The clan and dynasty.
  21. ^ misal dalam Potongan Tabung Koresy A. ¶ 21.
  22. ^ Waters 2004, hlm. 97.
  23. ^ Briant 2002, hlm. 16–17.
  24. ^ Herodotus, hlm. 1.95.
  25. ^ Herodotus, hlm. 1.107-21.
  26. ^ Stories of the East From Herodotus, hlm. 79–80
  27. ^ Briant 2002, hlm. 31.
  28. ^ Briant 2002, hlm. 31–33.
  29. ^ Antoine Simonin. (8 Jan 2012). "Sogdiana." Ancient History Encyclopedia. Diakses 1 September 2016.
  30. ^ Kirill Nourzhanov, Christian Bleuer (2013), Tajikistan: a Political and Social History, Canberra: Australian National University Press, hlm. 12, ISBN 978-1-925021-15-8.
  31. ^ Jack Martin Balcer (1984). Sparda by the bitter sea: imperial interaction in western Anatolia. Scholars Press. hlm. 137. ISBN 9780891306573. 
  32. ^ A. Sh. Sahbazi, "Arsama", in Encyclopaedia Iranica.
  33. ^ The encyclopædia britannica: a dictionary of arts, sciences, literature and general information, Volume 21 edited by Hugh Chrisholm, b1911, hlm. 206–07
  34. ^ Rollinger, Robert, "The Median "Empire", the End of Urartu and Cyrus the Great's Campaign in 547 B.C."; Lendering, Jona, "The End of Lydia: 547? Diarsipkan 2013-09-06 di Wayback Machine.".
  35. ^ a b Herodotus, The Histories, Book I Diarsipkan 2011-06-29 di Wayback Machine., 440 SM. Diterjemahkan oleh George Rawlinson.
  36. ^ Croesus Diarsipkan 2013-07-30 di Wayback Machine.: Fifth and last king of the Mermnad dynasty.
  37. ^ The life and travels of Herodotus, Volume 2, oleh James Talboys Wheeler, 1855, hlm. 271–74
  38. ^ Tavernier, Jan. "Some Thoughts in Neo-Elamite Chronology" (PDF). hlm. 27. 
  39. ^ Kuhrt, Amélie. "Babylonia from Cyrus to Xerxes", in The Cambridge Ancient History: Vol IV — Persia, Greece and the Western Mediterranean, hlm. 112–138. Ed. John Boardman. Cambridge University Press, 1982. ISBN 0-521-22804-2
  40. ^ Tawarikh Nabonidus, 14 Diarsipkan 2018-12-26 di Wayback Machine..
  41. ^ Tolini, Gauthier, Quelques éléments concernant la prise de Babylone par Cyrus, Paris. "Il est probable que des négociations s'engagèrent alors entre Cyrus et les chefs de l'armée babylonienne pour obtenir une reddition sans recourir à l'affrontement armé." hlm. 10 (PDF)
  42. ^ Bealieu, Paul-Alain (1989). The Reign of Nabonidus, King of Babylon 536–539 B.C. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 230. ISBN 0-300-04314-7. 
  43. ^ Briant 2002, hlm. 41.
  44. ^ Tawarikh Nabonidus, 15-16 Diarsipkan 2012-02-11 di Wayback Machine..
  45. ^ Potts, Daniel (1996). Mesopotamian civilization: the material foundations. Cornell University Press. hlm. 22–23. ISBN 978-0-8014-3339-9. 
  46. ^ Daniel 5:28)
  47. ^ Bealieu, Paul-Alain (1989). The Reign of Nabonidus, King of Babylon 536–539 B.C. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 231. ISBN 0-300-04314-7. 
  48. ^ Tawarikh Nabonidus, 18 Diarsipkan 2012-02-11 di Wayback Machine..
  49. ^ Briant 2002, hlm. 44–49.
  50. ^ "British Museum Website, The Cyrus Cylinder". Britishmuseum.org. Diakses tanggal 30 Desember 2012. 
  51. ^ Kuhrt, Amélie (1995). "13" . The Ancient Near East: c. 3000–330 BC. Routledge. hlm. 647. ISBN 0-415-16763-9. 
  52. ^ R.A. Parker and W.H. Dubberstein, Babylonian Chronology 626 B.C. - A.D. 75, 1971.
  53. ^ a b "Ancient History Sourcebook: Herodotus: Queen Tomyris of the Massagetai and the Defeat of the Persians under Cyrus". Fordham.edu. Diakses tanggal 30 Desember 2012. 
  54. ^ Grousset, Rene (1970). The Empire of the Steppes. Rutgers University Press. hlm. 9. ISBN 0-8135-1304-9. 
  55. ^ Tomyris, Queen of the Massagetae, Defeats Cyrus the Great in Battle Diarsipkan 29 Desember 2014 di Wayback Machine. Herodotus, The Histories
  56. ^ Nino Luraghi (2001). The historian's craft in the age of Herodotus. Oxford University Press US. hlm. 155. ISBN 978-0-19-924050-0. 
  57. ^ Michael the Syrian. Chronicle of Michael the Great, Patriarch of the Syrians – via Internet Archive. 
  58. ^ A history of Greece, Volume 2, By Connop Thirlwall, Longmans, 1836, hlm. 174
  59. ^ Xenophon, Cyropaedia VII. 7; M.A. Dandamaev, "Cyrus II", dalam Encyclopaedia Iranica, hlm. 250. Lihat juga H. Sancisi-Weerdenburg "Cyropaedia", dalam Encyclopaedia Iranica.
  60. ^ A political history of the Achaemenid empire, oleh M.A. Dandamaev, Brill, 1989, hlm. 67
  61. ^ Strabo, Geographica 15.3.7; Arrian, Anabasis Alexandri 6.29
  62. ^ Life of Alexander, 69, dalam Plutarch: The Age of Alexander, diterjemahkan oleh Ian Scott-Kilvert (Penguin Classics, 1973), hlm. 326.; similar inscriptions give Arrian and Strabo.
  63. ^ James D. Cockcroft (1989). Mohammad Reza Pahlavi, Shah of Iran . Chelsea House Publishers. ISBN 978-1-55546-847-7. Mohammad Reza Pahlavi and the Cyrus legacy. 
  64. ^ UNESCO World Heritage Centre (2006). "Pasargadae". Diakses tanggal 26 Desember 2010. 
  65. ^ Freeman 1999, hlm. 188
  66. ^ "The Cyrus cylinder: Diplomatic whirl". The Economist. 23 Maret 2013. 
  67. ^ Xenophon (1855). The Cyropaedia. H.G. Bohn. cyropaedia. 
  68. ^ Cardascia, G., Babylon under Achaemenids, dalam Encyclopedia Iranica.
  69. ^ Richard Nelson Frye (1963). The Heritage of Persia. World Pub. Co. 
  70. ^ Cyrus Kadivar (25 Januari 2002). "We are Awake". The Iranian. 
  71. ^ Ulrich Wilcken (1967). Alexander the Great . W.W. Norton & Company. hlm. 146. ISBN 978-0-393-00381-9. Kekaguman Aleksander pada Koresy. 
  72. ^ Jakob Jonson: "Cyrus the Great in Icelandic epic: A literary study". Acta Iranica. 1974: 49–50
  73. ^ Nadon, Christopher (2001), Xenophon's Prince: Republic and Empire in the Cyropaedia, Berkeley: UC Press, ISBN 0-520-22404-3
  74. ^ Cyrus and Jefferson: Did they speak the same language? http://www.payvand.com/news/13/apr/1111.html Diarsipkan 2015-10-26 di Wayback Machine.
  75. ^ Cyrus Cylinder: How a Persian monarch inspired Jefferson, https://www.bbc.com/news/world-us-canada-21747567
  76. ^ Boyd, Julian P. "The Papers of Thomas Jefferson". Diakses tanggal 18 Agustus 2010. 
  77. ^ a b "Cyrus II Encyclopædia Britannica 2008. Encyclopædia Britannica Online" . Original.britannica.com. Diakses tanggal 30 December 2012. [pranala nonaktif permanen]
  78. ^ Kutipan dalam program dokumenter "Engineering an Empire" episode "The Persians". History Channel. Tanggal tayang: 4 Desember 2006. Media yang tersedia untuk menonton secara daring melalui history.com atau melalui Google Video. Pembawa acara: Peter Weller. Produksi: Amerika Serikat.
  79. ^ Briant 2002, hlm. 84.
  80. ^ Crompton, Samuel Willard (2008). Cyrus the Great (dalam bahasa Inggris). New York: Chelsea House Publishers. hlm. 80. ISBN 9780791096369. 
  81. ^ Oded Lipschitz; Manfred Oeming, ed. (2006). "The "Persian Documents" in the Book of Ezra: Are They Authentic?". Judah and the Judeans in the Persian period. Eisenbrauns. hlm. 542. ISBN 978-1-57506-104-7. 
  82. ^ Yesaya 45:1
  83. ^ Simon John De Vries: From old Revelation to new: a tradition-historical and redaction-critical study of temporal transitions in prophetic prediction. Wm. B. Eerdmans Publishing 1995, ISBN 978-0-8028-0683-3, hlm. 126
  84. ^ John Curtis; Julian Reade; Dominique Collon (1995). Art and empire. Pengelola British Museum oleh British Museum Press. ISBN 978-0-7141-1140-7. 
  85. ^ From Cyrus to Alexander: A History of the Persian Empire Diarsipkan 2011-07-22 di Wayback Machine. oleh Pierre Briant
  86. ^ Herodotos, Herodotos, trans. A.D. Godley, vol. 4, buku 8, pasal 98, hlm. 96–97 (1924).
  87. ^ Wilcox, Peter; MacBride, Angus (1986). Rome's Enemies: Parthians And Sassanid Persians. Osprey Publishing. hlm. 14. ISBN 0-85045-688-6. 
  88. ^ Persepolis Recreated, Penerbit: NEJ International Pictures; Edisi Pertama (2005) ISBN 978-964-06-4525-3
  89. ^ Alireza Shapur Shahbazi (15 Desember 1994), "DERAFŠ", Encyclopaedia Iranica, Vol. VII, Fasc. 3, hlm. 312–315.
  90. ^ H.F. Vos, "Archaeology of Mesopotamia", hlm. 267 in The International Standard Bible Encyclopedia, ed. Geoffrey W. Bromiley. Wm. B. Eerdmans Publishing, 1995. ISBN 0-8028-3781-6
  91. ^ "The Ancient Near East, Volume I: An Anthology of Texts and Pictures". Vol. 1. Ed. James B. Pritchard. Princeton University Press, 1973.
  92. ^ "British Museum: Cyrus Cylinder". British Museum. Diakses tanggal 28 Oktober 2009. 
  93. ^ a b Catatan penjelasan British Museum, "Tabung Koresy": Di Iran, tabung ini telah muncul pada koin, uang kertas dan perangko. Meskipun merupakan dokumen Babilonia, dokumen itu telah menjadi bagian dari identitas budaya Iran."
  94. ^ Neil MacGregor, "The whole world in our hands", dalam Art and Cultural Heritage: Law, Policy, and Practice, hlm. 383–84, ed. Barbara T. Hoffman. Cambridge University Press, 2006. ISBN 0-521-85764-3
  95. ^ Elton L. Daniel, The History of Iran, hlm. 39. Greenwood Publishing Group, 2000. ISBN 0-313-30731-8 (restricted online copy, hlm. 39, pada Google Books)
  96. ^ John Curtis, Nigel Tallis, Beatrice Andre-Salvini. Forgotten Empire, hlm. 59. University of California Press, 2005. (restricted online copy, hlm. 59, pada Google Books)
  97. ^ Lihat juga Amélie Kuhrt, "Babylonia from Cyrus to Xerxes", dalam The Cambridge Ancient History: Vol IV – Persia, Greece and the Western Mediterranean, hlm. 124. Ed. John Boardman. Cambridge University Press, 1982. ISBN 0-521-22804-2

Daftar pustaka

sunting

Lihat pula

sunting
Koresh Agung
Dinasti Akhemeniyah
Lahir: sekitar 600 SM Meninggal: 530 SM
Didahului oleh:
Astyages
Raja Diraja Iran
Raja Media

550–530 SM
Diteruskan oleh:
Kambisus II
Didahului oleh:
Kambisus I
Raja Persia
559–530 SM
Didahului oleh:
Kroisos
Raja Lydia
547–530 SM
Didahului oleh:
Nabonidus
Raja Babilon
539–530 SM