Ferdinand Lumban Tobing
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. (Oktober 2023) |
dr. Ferdinand Lumban Tobing (disingkat sebagai F.L. Tobing; 19 Februari 1899 – 7 Oktober 1962) adalah dokter dan politikus yang menjabat sebagai Gubernur Militer Tapanuli/Sumatera Timur dari tahun 1948 hingga 1950. Ia ditetapkan sebagai pahlawan nasional Indonesia pada tahun 1962.
Ferdinand Lumban Tobing | |
---|---|
Menteri Negara Urusan Transmigrasi ke-1 | |
Masa jabatan 25 Juni 1958 – 10 Juli 1959 | |
Presiden | Soekarno |
Perdana Menteri | Djoeanda Kartawidjaja |
Pendahulu Tidak ada; jabatan baru | |
Menteri Penerangan Indonesia ke-10 | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 12 Agustus 1955 | |
Presiden | Soekarno |
Menteri Kesehatan Indonesia (ad-interim) | |
Masa jabatan 30 Juli 1953 – 9 Oktober 1953 | |
Presiden | Soekarno |
Gubernur Sumatera Utara ke-2 | |
Masa jabatan 1948–1950 | |
Informasi pribadi | |
Lahir | Sibuluan, Sibolga, Keresidenan Tapanuli, Hindia Belanda | 19 Februari 1899
Meninggal | 7 Oktober 1962 Jakarta, Indonesia | (umur 63)
Makam | Kolang, Tapanuli Tengah, Sumatera Utara |
Partai politik | Partai Serikat Kerakyatan Indonesia (SKI) |
Suami/istri | Anna Paulina Elfringhoff Kincap |
Hubungan |
|
Anak | 7 orang (5 laki-laki, 2 perempuan)[1] |
Orang tua |
|
Almamater | STOVIA Batavia (sekarang menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia) |
Pekerjaan | Dokter |
Tanda tangan | |
Sunting kotak info • L • B |
Kehidupan awal
suntingFerdinan Lumban Tobing lahir di Sibuluan pada 19 Februari 1899. Ia adalah anak keempat dari sembilan bersaudara. Ayahnya adalah Herman Lumban Tobing, sedangkan ibunya bernama Laura Sitanggang. Herman bekerja sebagai guru di sebuah sekolah desa di Sibuluan. Oleh karena itu, ia digelari Raja Guru. Kakek Ferdinand bernama Raja Mangalu dan merupakan misionaris di Kolang. Atas kehendak Raja Mangalu, Herman Lumban Tobing dikirim ke Depok untuk bersekolah di sekolah zending. Pada masa pendidikannya itu, Herman menjalin persahabatan dengan seorang asal Indonesia timur yang bernama Jonathan Pasanea. Kelak, Jonathanlah yang membawa Ferdinand ke Depok untuk diasuh sebagai anak angkatnya.[2] Pada usia 5 tahun, F.L. Tobing dibawa oleh ayah angkatnya yang bernama Jonathan Pasanea ke Depok dan disekolahkan di Sekolah Dasar Belanda (Europesche Lagere School). F.L. Tobing kemudian melanjutkan pendidikannya ke STOVIA. Semasa menempuh pendidikan di STOVIA, ia bergabung di organisasi Jong Bataks Bond, yang anggotanya merupakan siswa-siswa STOVIA yang berasal dari Sumatera Utara. Setelah lulus dari STOVIA pada tahun 1924, ia bekerja sebagai dokter bagian penyakit menular di Centrale Burgelijke Ziekenhuis (sekarang Rumah Sakit Tjipto Mangoenkoesoemo) Jakarta.
Setelah menjadi dokter di CBZ beberapa tahun, ia kemudian sering dipindahtugaskan. Pada 1931, dia dipindahkan ke Surabaya dan ditugaskan di bagian penyakit dalam. Tahun 1935, dia dipindahkan lagi ke daerah Tapanuli yang merupakan tanah kelahirannya. Di daerah Tapanuli, pertama-tama dia ditempatkan di Padang Sidempuan, kemudian dipindahkan ke Sibolga, ibukota Karesidenan Tapanuli. Pada saat pecah Perang Dunia II diiringi dengan peralihan kekuasaan di Indonesia dari Belanda kepada Jepang pada 1942 memenerikan pengalaman berharga bagi Dr. Ferdinand Lumban Tobing.[3]
Wafat
suntingDr. F.L. Tobing meninggal di Jakarta, 7 Oktober 1962 pada usia 63 tahun. Ia dimakamkan di Desa Kolang, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Namanya kemudian diabadikan di sebuah Rumah Sakit Umum di Sibolga dan bandar udara di Pinangsori, Tapanuli Tengah. Seperti yang dikatakan Buya Hamka, Dr. F.L. Tobing adalah seorang Batak tulen, Kristen taat, yang teramat dicintai rakyat Sumatera Utara. Ia kemudian dikukuhkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional pada 17 November 1962 berdasarkan Surat Keputusan Presiden No. 361 Tahun 1962.[3]
Tanda kehormatan
suntingSelama hidupnya, F.L. Tobing telah mendapatkan beberapa tanda kehormatan dari dalam dan luar negeri.[1]
Dalam Negeri
suntingLuar Negeri
sunting- Yugoslavia :
- 1st Rank of the Order of the Yugoslav Flag with Sash
Catatan
suntingReferensi
sunting- ^ a b Deppen 1962, hlm. 736.
- ^ Nurliana S. 1984, hlm. 11—12.
- ^ a b juniawandahlan (23 Agustus 2018). "Dr. Ferdinand Lumban Tobing: Putra Tapanuli yang Dicintai Rakyat Sumatera Utara". Museum Kebangkitan Nasional. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Januari 2023. Diakses tanggal 14 Januari 2023.
- ^ Kementerian Sekretariat Negara Republik Indonesia. Daftar Warganegara Republik Indonesia yang Mendapat Tanda Kehormatan Bintang Mahaputera Tahun 1959 s.d. 2003 (PDF). Jakarta. hlm. 34. Diakses tanggal 4 Oktober 2021.
Daftar pustaka
sunting- Departemen Penerangan Indonesia (1962). Mimbar Penerangan. Jakarta: Departemen Penerangan Indonesia.
- Djabatan Penerangan R.I. Tapanuli Sumatera Timur (1950). Perdjuangan Rakjat Tapanuli-S. Timur. Sibolga.
- Nurliana S., Nana (1984). dr. Ferdinand Lumban Tobing. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
- Silitonga, Hasoloan (2004). Kolonel A.E. Kawilarang Komandan Sub Terr VII Komando Sumatera Memimpin Perang Gerilya di Tapanuli–Sumatera Timur Tahun 1948–1949 Agresi Militer Kolonial Belanda ke-II. Jakarta: Yayasan Purna Juang Sub Teritorial VII/Tapanuli–Sumatera Timur.
- T.W.H., Muhammad (2006). Gubernur Sumatera dan Para Gubernur Sumatera Utara. Medan: Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Sumatera Utara. ISBN 978-979-1521-20-8.
Jabatan politik | ||
---|---|---|
Didahului oleh: J. Leimena |
Menteri Kesehatan 1953 |
Diteruskan oleh: Moh. Ali Lie Kiat Teng |
Didahului oleh: Arnold Mononutu |
Menteri Penerangan 1953–1955 |
Diteruskan oleh: Sjamsuddin Sutan Makmur |
Didahului oleh: Amin Nasution |
Gubernur Sumatera Utara 1948–1950 |
Diteruskan oleh: Sarimin Reksodiharjo |