Daimokutate
Daimokutate (題目立 ) adalah kesenian rakyat asal Abad Pertengahan berupa seni bercerita (katarimono) di Kuil Yahashira, Kamifukawa, Nara, Jepang.[1] Cerita yang dibawakan adalah kisah samurai klan Minamoto dan klan Taira. Kesenian ini dipertunjukkan setiap tahunnya pada tanggal 12 Oktober, Kuil Yahashira, Nara oleh kelompok yang berintikan 8 hingga 9 remaja putra berusia 17 tahun.[2]
Daimokutate adalah bentuk kesenian rakyat sudah dibawakan sejak zaman Muromachi.[1] Kesenian ini langka, dan merupakan bentuk awal dari pementasan kisah-kisah epos (katarimono).[1]
Peserta secara bergiliran maju ke tengah panggung membawakan cerita dari tokoh yang menjadi bagiannya. Cerita dihafal luar kepala, dan dilantunkan dengan intonasi yang khas. Dulunya Daimokutate merupakan upacara penerimaan putra tertua di kalangan komunitas orang dewasa dari 22 keluarga di Kamifukawa.[3] Kesenian ini telah ditetapkan pada tahun 1976 oleh Pemerintah Jepang sebagai Warisan Penting Budaya Takbenda Rakyat. UNESCO memasukkan Daimokutate ke dalam Daftar Representatif Budaya Takbenda Warisan Manusia pada tahun 2009.
Di dalam kompleks kuil dibangun panggung sempit yang dipagari bambu. Delapan atau sembilan remaja memakai pakaian yang disebut hitatare dan penutup kepala eboshi. Mereka juga membawa anak panah dan busur dan senjata seperti yang dibawa samurai. Pementasan dipimpian oleh seorang tetua dari kuil. Setelah dipanggil oleh tetua, peserta maju ke tengah panggung, satu demi satu secara bergiliran, menyanyikan cerita tentang tokoh Perang Genpei yang menjadi bagiannya.
Peserta melantunkan hikayat yang panjang, dan sudah dihafal di luar kepala. Kisah yang diceritakan adalah salah satu dari tiga kisah Perang Genpei yang menceritakan peperangan antara klan Minamoto dan klan Taira. Ada tiga repertoar Daimokutate yang tersisa: Itsukushima, Daibutsu Kuyō, Ishibashiyama.[1] Cerita dinyanyikan secara sederhana dan tanpa musik. Gerak-gerik atau akting pelakon sangat terbatas, dan sebagian besar dilakukan sambil berdiri di dalam panggung yang sempit, dengan sekali-kali menghentakkan kaki. Pertunjukan diakhiri dengan nyanyian bersama para peserta.
Asal usul
suntingKuil Shinto di Kamifukawa memiliki tradisi penerimaan anak laki-laki yang sudah berusia 17 tahun sebagai anggota organisasi umat yang melaksanakan upacara keagamaan di kuil. Diterimanya seorang anak laki-laki ke dalam organisasi di kuil tersebut merupakan pengakuan bahwa anak tersebut sudah menjadi orang dewasa.[2] Sebagai kesenian persembahan untuk kuil oleh remaja yang memasuki usia dewasa, Daimokutate juga dapat dianggap sebagai upacara kedewasaan.[2] Bila tidak tersedia cukup anak laki-laki berusia 17 tahun, anak laki-laki yang masih belum berumur 17 tahun atau sudah berada atas 17 tahun juga diikutsertakan dalam pementasan.[4]
Referensi
sunting- ^ a b c d "題目立". Nara City Sightseeing Information Center. Diakses tanggal 2010-04-15.[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b c "題目立". Pemerintah Kota Nara. Diakses tanggal 2010-04-14.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Daimokutate". UNESCO. Diakses tanggal 2010-04-15.
- ^ "上深川題目立詞章本". Pemerintah Kota Nara. Diakses tanggal 2010-04-15.[pranala nonaktif permanen]
Pranala luar
sunting- (Jepang) Daimokutate[pranala nonaktif permanen] (situs resmi Pemerintah Kota Nara)
- (Inggris) Daimokutate, Warisan Budaya Takbenda, UNESCO.