Dampak kebudayaan Elvis Presley

Sejak permulaan kariernya, Elvis Presley telah memiliki dampak kebudayaan yang menonjol. Menurut Rolling Stone, "Elvis yang membuat rock 'n' roll menjadi bahasa pop internasional." Ensiklopedia Rolling Stone tentang Rock and Roll menyebut Presley sebagai "seorang raksasa musik Amerika pada abad ke-20 yang dengan tangannya sendiri mengubah tatanan musik dan budaya pada pertengahan 1950an."[1] Rekaman-rekamannya, gerakan tarinya, perilakunya dan busananya dipandang sebagai perwujudan dari rock and roll. Musiknya sangat dipengaruhi oleh blues Afrika-Amerika, gospel Kristen, dan country Southern. Dalam sebuah daftar penyanyi berbahasa Inggris terbesar, seperti yang dikompilasikan oleh Q Magazine, Presley meraih peringkat pertama,[2] dan kedua dalam daftar penyanyi terbesar pada abad ke-20 menurut BBC Radio.[3]

Para peniru Elvis
Musisi rock foklor Amy Ray mengenakan busana Elvis
Elvis Presley Avenue di Shreveport, Louisiana

Presley menyanyikan lagu tari rockabilly, rock and roll dan ballad yang sulit dilakukan, meraih pembentukan komersial terhadap para musisi rock lainnya yang akan membangun kariernya. Para pementas Afrika-Amerika seperti Big Joe Turner, Wynonie Harris dan Fats Domino meraih ketenaran nasional setelah Presley meraih audien massal dari kalangan orang dewasa Amerika Kulit Putih. Para penyanyi seperti Jerry Lee Lewis, the Everly Brothers, Chuck Berry, Bo Diddley, Little Richard, Buddy Holly, Johnny Cash, Roy Orbison dan lainnya menyusul ketenarannya. John Lennon kemudian mengamati, "Sebelum Elvis, itu tidak ada."

Pada masa ledakan ekonomi setelah Perang Dunia II saat tahun 1950an, beberapa orang tua memberikan kelonggaran lebih pada akhir pekan kepada anak-anak mereka yang masih remaja, menandakan peralihan dalam membeli kuasa dan menjual sopan santun remaja Amerika. Pada 1940an, para bobby soxer telah mengidolakan Frank Sinatra, namun para pembeli rekamannya kebanyakan berusia delapan belas dan dua puluh dua tahunan. Presley menyabet lahan tuntutan untuk rekamannya oleh orang yang hampir remaja dan masa remaja awal yang berusia sepuluh tahun keatas. Bersama dengan potongan rambut "ekor bebek" Presley, tuntutan untuk busana hitam berkerah terbuka menghasilkan gaya berbusana baru bagi kalangan remaja putra sementara putri mengambil alat pemain radio 45 rpm portabel merah jambu untuk kamar tidurnya. Selain itu, para remaja Amerika mulai membeli radio transistor portabel yang baru tersedia[4] dan menyimak rock 'n' roll (membuat industri terkait membuat sekitar 100,000 unit untuk dijual pada 1955 sampai 5,000,000 unit pada akhir 1958). Kaum remaja merasa lebih merdeka dan Presley menjadi lambang nasional dari pelonggaran orang tua mereka.

Dampak Presley pada pasar konsumen kaum muda Amerika tercantum pada laman depan The Wall Street Journal pada 31 Desember 1956 dimana jurnalis bisnis Louis M. Kohlmeier menyatakan, "Elvis Presley sekarang adalah sebuah bisnis," dan mengabarkan soal penjualan pernak-pernik dan rekaman dari penyanyi tersebut. Satu setengah abad kemudian, sejarawan Ian Brailsford (Universitas Auckland, Selandia Baru) menyatakan, "Kesukesan fenomela Elvis Presley pada tahun 1956 menimbulkan beberapa kesempatan finansial yang timbul pada pasar kaum muda."[5]

Referensi sunting

  1. ^ "Elvis Presley": a page at pbs.org with a single paragraph, attributed to palmpictures.com.
  2. ^ The Greatest Voices Of All Time - Stereogum.
  3. ^ "Sinatra is voice of the century", BBC News, April 18, 2001, retrieved October 22, 2006.
  4. ^ Rich Gordon, "How Transistor Radios and Web (and Newspapers and Hi-Fi radio) are Alike Diarsipkan 2008-11-21 di Wayback Machine.", "Reprinted, with permission, from The Cole Papers, June 22, 2005."
  5. ^ Ian Brailsford, "History repeating itself: Were postwar American teenagers ripe for harvest? Diarsipkan 2007-03-16 di Wayback Machine." (NB Microsoft Word format): transcript of a paper delivered at "Youth Marketing Reaches Forty Diarsipkan 2007-03-10 di Wayback Machine.", May 17, 2001.

Daftar pustaka sunting

Pranala luar sunting