Daniel Brouwerius (lahir di Belanda, 1625 – meninggal di Ternate, 1673 pada umur 48 tahun) adalah seorang pendeta Belanda yang dikenal terutama karena merupakan salah satu orang pertama yang menerjemahkan bagian-bagian Alkitab, yaitu Kitab Kejadian dan Perjanjian Baru, ke dalam bahasa Melayu yang menjadi cikal bakal Alkitab bahasa Indonesia.

Daniel Brouwerius
Lahir1625
Belanda
Meninggal1673
Ternate, Hindia Belanda
KebangsaanBelanda
PekerjaanPendeta, penerjemah Alkitab
Karya terkenalKitab Kejadian dan Perjanjian Baru dalam bahasa Melayu (Maluku)
Kiprah di bidang teologi
Eraabad ke-17
Tradisi atau gerakanProtestan
Minat utamaAlkitab bahasa Melayu

Kehidupan

sunting

Brouwerius lahir sekitar tahun 1625 di Belanda.[1] Mula-mula ia menjadi pendeta di Belanda, kemudian Ia datang ke Batavia, Hindia Belanda, pada tahun 1651.[2] Kemudian menjadi pendeta di Ambon tahun 1652-1654, di Banda tahun 1654-1656, di Ambon tahun 1657-1658. Ia kembali ke Belanda tahun 1659-1669, tetapi kemudian menjabat lagi sebagai pendeta Ternate tahun 1671-1672. Ia meninggal pada tahun 1673 di Ternate.[1]

Penerjemahan Alkitab

sunting

Ketika itu Daniel Brouwerius mulai insaf bahwa Alkitab belum ada dalam bahasa daerah setempat yang dilayaninya, karena itu ia mulai menerjemahkan Alkitab.[1] Rupanya ia mula-mula berpendapat bahwa tugas terjemahan sebaiknya dimulai dengan kitab pertama. Pada tahun 1662 terbitlah Kitab Kejadian hasil karyanya.[2] Lalu ia mengalihkan perhatiannya kepada tulisan-tulisan yang lebih langsung memberikan Injil Kristus.[2] Ia berhasil menerjemahkan seluruh Kitab Perjanjian Baru ke dalam bahasa Melayu,[1] yang dicetak di Amsterdam pada tahun 1668.[3]

Harus diakui bahwa terjemahan Brouwerius itu banyak kelemahannya di mana terjemahan ini banyak memakai kata dan istilah asing khususnya bahasa Portugis seperti baptismo (baptisan), crus (salib), Deos (Allah), Euangelio (Injil), Spirito Sancto (Roh Kudus), dll, sehingga kata-kata pinjaman dari bahasa Portugis ini justru membuat terjemahan Brouwerious sulit dimengerti oleh khalayak ramai.[3] Selain itu terjemahan Brouwerious ini banyak memakai struktur "Kata Benda + punya + Kata Benda" untuk menyatakan "milik/kepunyaan", misalnya "Ako pounja souroang" (Markus 1:2), "Tuan pounja alamang" (Markus 1:13).[3] Memang Pendeta Brouwerius sudah dapat membedakan "kita" dan "kami", tetapi masih banyak kesalahan dalam Perjanjian Baru bahasa Melayu yang diterjemahkannya, mengingat inilah salah satu upaya pertama untuk menerjemahkan ke dalam bahasa Melayu yang belum baku itu.[1]

 
Testamento Barou
  • Kitab Kejadian dalam bahasa Melayu (1662)
  • Kitab Perjanjian Baru lengkap dalam bahasa Melayu (1668)

Inilah "Doa Bapa Kami" dalam terjemahan Brouwerius:[4]

Mat. 6:9 "Bappa cami, jang adda de Surga, Namma-mou jaddi bersacti.
Mat. 6:10 Radjat-mou datang. Candati-mou jaddi bagitou de boumi bagimanna de surga.
Mat. 6:11 Roti cami derri sa hari hari bri hari ini pada cami.
Mat. 6:12 Lagi ampon doosa cami, bagaimanna cami ampon capada orang jang salla pada cami.
Mat. 6:13 Lagi jangan antarken cami de dalam tsjobahan, hanja lepasken cami derri jang djahat."

Referensi

sunting
  1. ^ a b c d e McGavran, Grace W. Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. 1989. Halaman 13.
  2. ^ a b c Cermat, H.L. Alkitab: Dari Mana Datangnya?. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 19.
  3. ^ a b c Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 48.
  4. ^ Perjanjian Baru Brouwerius - Sejarah Alkitab pada sabda.org.

Pustaka

sunting
  • Cermat, H.L. Alkitab: Dari Mana Datangnya?. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. Halaman 17-23.
  • End, Dr. Th. van den. 1980. Ragi Carita 1. PT BPK Gunung Mulia, Jakarta. Halaman 115-127.
  • Kilgour, Rev. R, D.D. Alkitab di Tanah Hindia Belanda. Halaman 171-176.
  • McGavran, Grace W. Alkitab di Seluruh Dunia: 48 Kisah Nyata. Lembaga Literatur Baptis, Bandung. 1989, 1991, 1993, 1996. Halaman 11 - 16.
  • Soesilo, Dr. Daud H., Ph.D. 2001. Mengenal Alkitab Anda. Lembaga Alkitab Indonesia, Jakarta. Halaman 48-49.

Pranala luar

sunting