Saraswati
Saraswati (Dewanagari: सरस्वती; IAST: Sarasvatī ) adalah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, dua yang lainnya adalah Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Saraswati adalah sakti atau pendamping dari Dewa Brahma, Dewa Pencipta, namun bukan istriNya. Saraswati berasal dari akar kata sr yang berarti mengalir. Dalam Regweda V.75.3, Saraswati juga disebut sebagai Dewi Sungai, disamping Gangga, Yamuna, Susoma dan yang lainnya.
Saraswati | |
---|---|
Dewi pengetahuan, musik, kesenian, bahasa, dan sungai Saraswati[1] | |
Anggota Tridewi | |
Nama lain | Sarada, Sawitri, Brahmani, Baradi, Wani, Wagdewi[2] |
IAST | Sarasvatī |
Devanagari | सरस्वती |
Afiliasi | Dewi (Tridewi), penguasa sungai |
Kediaman | Satyaloka, Manidwipa |
Mantra | Om̐ Aim Mahāsarasvatyai Namaḥ |
Simbol | Warna putih, teratai, Veena, sungai Saraswati, kitab suci[3] |
Wahana | angsa atau merak |
Festival | Vasant Panchami, Nawaratri, dan Saraswati |
Informasi pribadi | |
Brahma | |
Anak | Narada[4][5] |
Dalam agama Hindu
suntingSaraswati adalah dewi yang dipuja dalam agama weda. Nama Saraswati tercantum dalam Regweda dan juga dalam sastra Purana (kumpulan ajaran dan mitologi Hindu). Ia adalah dewi ilmu pengetahuan dan seni. Saraswati juga dipuja sebagai dewi kebijaksanaan.
Dalam aliran Wedanta, Saraswati digambarkan sebagai kekuatan feminin dan aspek pengetahuan — sakti — dari Brahma. Sebagaimana pada zaman lampau, ia adalah dewi yang menguasai ilmu pengetahuan dan seni. Para penganut ajaran Wedanta meyakini, menguasai ilmu pengetahuan dan seni, adalah salah satu jalan untuk mencapai moksa, pembebasan dari kelahiran kembali.
Penggambaran
suntingDewi Saraswati digambarkan sebagai sosok wanita cantik, dengan kulit halus dan bersih, merupakan perlambang bahwa ilmu pengetahuan suci akan memberikan keindahan dalam diri. Ia tampak berpakaian dengan dominasi warna putih, terkesan sopan, menunjukan bahwa pengetahuan suci akan membawa para pelajar pada kesahajaan. Saraswati dapat digambarkan duduk atau berdiri di atas bunga teratai, dan juga terdapat angsa yang merupakan wahana atau kendaraan suci darinya, yang mana semua itu merupakan simbol dari kebenaran sejati. Selain itu, dalam penggambaran sering juga terlukis burung merak.
Dewi Saraswati digambarkan memiliki empat lengan yang melambangkan empat aspek kepribadian manusia dalam mempelajari ilmu pengetahuan: pikiran, intelektual, waspada (mawas diri)/mulat sarira dan ego. Di masing-masing lengan tergenggam empat benda yang berbeda, yaitu:
- Lontar (buku), adalah kitab suci Weda, yang melambangkan pengetahuan universal, abadi, dan ilmu sejati.
- Genitri (tasbih, rosario), melambangkan kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual.
- Wina (kecapi), alat musik yang melambangkan kesempurnaan seni dan ilmu pengetahuan.
- Damaru (kendang kecil).
Angsa merupakan semacam simbol yang sangat populer yang berkaitan erat dengan Saraswati sebagai wahana (kendaraan suci). Angsa juga melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya yang sempurna, memiliki kemampuan memilah susu di antara lumpur, memilah antara yang baik dan yang buruk. Angsa berenang di air tanpa membasahi bulu-bulunya, yang memiliki makna filosofi, bahwa seseorang yang bijaksana dalam menjalani kehidupan layaknya orang biasa tanpa terbawa arus keduniawian.
Hari Raya
suntingDewi Saraswati sebagai Dewi Ilmu Pengetahuan dan Seni, dirayakan oleh umat Hindu di Bali, yang jatuh pada hari Saniscara (Sabtu) Umanis (Legi), wuku Watugunung. Perayaan ini dilaksanakan setiap 210 hari (atau 7 bulan menurut kalender Bali), sebagai penghormatan kepada dewi ilmu pengetahuan dan seni.
Om Sarasvati namas tubhyam, varade kama rupini siddhirambha karisyami, siddhir bhantu me sada.
Pranamya sarva-devans ca, Paramatmanam eva ca, rpa siddhi prayukta ya, Sarasvati namamy aham.
Sarasvati 1-2
“Om Hyang Widhi dalam wujud-Mu sebagai Dewi Sarasvati, pemberi berkah, wujud kasih sebagai seorang ibu sangat didambakan. Semoga segala kegiatan yang hamba lakukan selalu berhasil atas karunia-Mu”
Setelah hamba memuja seluruh dewata dan juga dewata tertinggi (Paramatma/Parama Siva), kami memuja Sarasvati yang maha cantik yang mendorong keberhasilan.
“Sang Hyang Saraswati yang hamba puja, sarana pemujaan hamba adalah bunga yang berbau harum, juga melalui Dhyana, japa dan pengucapan mantra yang hamba lakukan, hanya untuk menyembah Dewi Saraswati. Hakekatnya, hanyalah Engkau sebagai akhir dari ilmu pengetahuan. Berbagai karakter semuanya adalah jalan Engkau, walaupun telah diuraikan dalam berbagai ilmu pengetahuan, sesungguhnya untuk menemukan hakikat yang tertinggi, hakikat pengetahuan”
Sesungguhnya Engkau asal dari segala ilmu pengethauan, hanya engkaulah yang menganugrahkan pengetahuan yang memberikan kebahagiaan. Engkau pula yang penuh keutamaan dan Engkaulah yang menjadikan segala yang ada.
Engkau sesungguhnya permata yang sangat mulia. Engkau keutamaan dari setiap istri yang mulia. Demikian pula tingkah laku seorang anak yang sangat mulia. Karena kemuliaan-Mu pula semua yang mulia menyatu”
Kekawin Saraswati, Kirtya, 1875, p. 26.
Banten Saraswati yang lumrah dipergunakan pada Hari Suci Saraswati adalah dalam bentuk Tamas yang kecil mungil dan sederhana.
Banten ini biasanya dihaturkan pada lontar-lontar yang ditaruh dalam sebuah 'Dulang'. Begitu pula buku-buku bacaan pada hari itu dibantenin atau diupacarai. Tujuan daripada penghormatan ini adalah untuk rnenrohon anugrah-Nya dalam pembawaannya sebagai seorang Dewi yang amat cantik yaitu Dewi Saraswati.
Yang menuntun umat-Nya dari kegelapan menuju pada kecemerlangan.
Bahan-bahan Banten Saraswati terdiri dari:
- Tamas
- Daun Beringin
- Jajan Cacalan yang berbentuk Cecak
- Ituk-ituk
- Bubur Sumsum
- Daun Cemara
- Pisang, Tebu, Tape Gede
- Jajan Uli, Begina
- Rerasmen Wadah Celemik
- Sampian Sesayut
- Penyeneng Cenik
Cara menatanya:
- Tamas diisi Pisang 2 bulih dan tebu sibakan tugelan. Di tengah-tengahnya diisi tape gede. Disusuni jajan Bagina dan jajan Uli.
- Di teben diisi dengan Cemara, ituk-ituk diisi daun Beringin yang salah satu daunnya sudah diisi bubur sumsum. Kemudian paling atas adalah jajan Cacalan Saraswati yang berbentuk Cecak. Ditemani pula dengan Segehan Kober.
- Setelah itu ada pula Rerasmen, kemudian setelah semuanya lengkap, diisi Penyeneng dan Sampian Sesayut ukuran kecil.
Doa Saraswati:
Om syam Siwam dewam mrtistam swaha,
Om nirwigna nama swaha, suka Sidyam nama swaha.
Om Kara krti prataman, akasa widyah saranam, suka aksara winastam, prasama pada winatam.
Om sri sri sri Sarasati purneng purnaning prani ya nama swaha.
Pranala luar
sunting- (Indonesia)Hari Saraswati dan Sang Dewi Kebijaksanaan Diarsipkan 2007-03-12 di Wayback Machine.
- (Inggris)Basar Saraswathi temple in Andhra Pradesh Diarsipkan 2014-02-13 di Wayback Machine.
- (Inggris)Goddess Saraswati Mantra Diarsipkan 2007-09-27 di Wayback Machine.
- (Inggris)Goddess Saraswati
- (Inggris)Saraswati, Goddess of Learning
- (Inggris)Contemplation of Saraswati - The Flowing Waters of Divine Poetry
- (Inggris)Goddess Saraswati Prayer for Kids Diarsipkan 2007-09-30 di Wayback Machine.
- (Inggris)Weekly podcast on Vedic Chanting and Vedic Mythology with stories from the Puranas
- (Indonesia)Sanggar Anak Saraswati Diarsipkan 2011-08-31 di Wayback Machine.
- ^ "Sarasvati, Sarasvatī: 45 definitions". 5 October 2008.
- ^ Balf, Edward (1885). The Encyclopædia of India and of Eastern and Southern Asia. hlm. 534 – via Google Books.
- ^ "Hinduism 101 Saraswati Symbolism". Hindu American Foundation (HAF) (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 October 2017. Diakses tanggal 10 February 2018.
- ^ Dowling, Elizabeth; Scarlett, W George (2005). Encyclopedia of Religious and Spiritual Development . SAGE Publications. hlm. 204. ISBN 978-0761928836.
- ^ Kinsley, David (1988). Hindu Goddesses: Vision of the divine feminine in the Hindu religious traditions. University of California Press. hlm. 55–64. ISBN 0-520063392.