Diaspora Asiria–Kasdim–Suryani

(Dialihkan dari Diaspora Asiria)

Diaspora Asiria (bahasa Suryani: ܓܠܘܬܐ, Galuta, "eksil") mengacu pada komunitas Asiria yang tinggal di luar tanah air leluhur mereka. Bangsa Asiria yang menuturkan bahasa Aram Timur mengklaim sebagai keturunan dari bangsa Asiria kuno dan merupakan salah satu dari sedikit etnis Semit kuno di Timur Dekat yang bertahan di tengah Arabisasi, Turkifikasi, Persianisasi, dan Islamisasi setelah penaklukan Muslim atas Irak, Iran, Suriah, dan Turki.

Orang-orang Asiria sedang menari di sebuah pesta di Chicago

Tanah air bangsa Asiria berada di utara Irak, tenggara Turki, barat laut Iran, dan timur laut Suriah, sebuah wilayah yang dikenal sebagai Asyur yang eksis dari abad ke-25 SM hingga abad ke-7 M.[1] Orang Asiria sebagian besar beragama Kristen; sebagian besar adalah anggota Gereja Asiria Timur, Gereja Purba dari Timur, Gereja Katolik Kaldea, Gereja Ortodoks Suriah, Gereja Katolik Suriah, Gereja Pentakosta Asiria, dan Gereja Injili Asiria.[2] Istilah "Suryani", "Kasdim", dan "Kaldo-Asiria" dapat digunakan untuk menggambarkan etnis Asiria berdasarkan afiliasi agama mereka, sedangkan istilah "Suriah" dan "Siria" juga merupakan turunan dari kata "Asiria" yang merujuk pada negeri Asyur.

Sebelum genosida Asiria, sebagian besar orang Asiria tetap bertahan di tanah air mereka yang telah ditinggali selama sekitar 5.000 tahun. Meskipun segelintir orang Asiria berhijrah ke Britania Raya pada era Victoria, migrasi bangsa Asiria mulai berlangsung masif di masa Perang Dunia I (1914-1918) ketika Kekaisaran Utsmaniyah melancarkan genosida skala besar dan pembersihan etnis terhadap orang-orang Asiria dengan bantuan penduduk Kurdi, Persia, dan Arab. Genosida ini terjadi bersamaan dengan genosida Armenia, genosida Yunani, dan musibah kelaparan besar di Lebanon.

Kekerasan lebih lanjut seperti Pembantaian Simele tahun 1930-an juga mendorong emigrasi.

Migrasi lanjutan terjadi pada 1980-an, ketika orang-orang Asyur melarikan diri dari konflik Kurdi-Turki dan Revolusi Iran. Selama tahun 1990-an dan 2000-an, orang Asyur meninggalkan Timur Tengah untuk menghindari persekusi di Ba'athis Irak dan dari kejaran fundamentalis Muslim. Eksodus berlanjut hingga pertengahan 2010-an, saat orang Asyur melarikan diri dari Irak dan timur laut Suriah akibat genosida oleh NIIS dan kelompok Islamis Sunni lainnya.[3]

Referensi

sunting