Dinasti Theodosianus

Dinasti kekaisaran Romawi pada akhir zaman kuno, berkuasa pada tahun 379–457

Dinasti Theodosianus adalah salah satu dinasti terpenting dalam sejarah Kekaisaran Romawi yang memerintah dari akhir abad ke-4 hingga abad ke-5 Masehi. Dinasti ini dinamai dari pendirinya, Kaisar Theodosius I, yang menjadi kaisar Kekaisaran Romawi Timur pada tahun 379 dan kemudian memerintah seluruh Kekaisaran Romawi dari tahun 392 hingga kematiannya pada tahun 395. Dinasti ini menandai masa peralihan penting dalam sejarah Romawi, termasuk pembagian permanen Kekaisaran Romawi menjadi bagian Barat dan Timur, serta semakin mendominasinya agama Kristen dalam kehidupan politik dan sosial kekaisaran.

Salinan Missorium Theodosius I

Latar Belakang

sunting

Pada akhir abad ke-4 Masehi, Kekaisaran Romawi tengah mengalami tekanan internal dan eksternal yang besar. Ancaman dari bangsa barbar di perbatasan, krisis ekonomi, dan perpecahan politik antara Kekaisaran Romawi Barat dan Timur semakin memperburuk stabilitas kekaisaran. Dalam konteks ini, Theodosius I naik tahta dan memainkan peran penting dalam mengonsolidasikan kekuasaan serta memantapkan posisi Kekristenan sebagai agama resmi kekaisaran.

Naiknya Theodosius I

sunting

Theodosius I dilahirkan sekitar tahun 347 di Spanyol dan berasal dari keluarga bangsawan militer. Ia diangkat menjadi Kaisar Romawi Timur oleh Kaisar Gratianus pada tahun 379 setelah kematian Kaisar Valens dalam Pertempuran Adrianopel. Theodosius segera menghadapi tugas yang menantang: menghadapi invasi Goth dan menstabilkan bagian timur kekaisaran. Ia berhasil mencapai perdamaian dengan Goth pada tahun 382, yang memungkinkan bangsa Goth menetap sebagai federasi dalam wilayah Romawi, sebuah langkah yang akan memiliki konsekuensi jangka panjang.

Pemerintahan Theodosius I

sunting

Konsolidasi Kekuasaan

sunting

Pada tahun 392, setelah kematian Kaisar Valentinianus II di Barat, Theodosius menjadi penguasa tunggal Kekaisaran Romawi. Ia adalah kaisar terakhir yang berhasil menyatukan kembali wilayah Kekaisaran Romawi Barat dan Timur di bawah satu kekuasaan. Salah satu kebijakan pentingnya adalah mempromosikan agama Kristen, dan pada tahun 380 ia mengeluarkan Edik Tesalonika, yang menetapkan Kekristenan Nicea sebagai agama resmi negara. Theodosius juga menindak keras berbagai praktik paganisme, mempercepat proses kristenisasi kekaisaran.

Pembagian Kekaisaran

sunting

Setelah kematiannya pada tahun 395, Kekaisaran Romawi dibagi menjadi dua secara permanen antara kedua putranya: Arcadius, yang memerintah Kekaisaran Romawi Timur, dan Honorius, yang memerintah Kekaisaran Romawi Barat. Pembagian ini dianggap sebagai momen penting dalam sejarah Romawi, karena dua bagian kekaisaran ini akan berkembang dengan jalur yang sangat berbeda.

Penerus Dinasti Theodosianus

sunting

Arcadius dan Kekaisaran Romawi Timur

sunting

Arcadius menjadi kaisar di Timur setelah kematian Theodosius I. Pemerintahannya ditandai oleh pengaruh besar dari pejabat istana dan penasihat-penasihat kuat, termasuk Eutropius dan Aelia Eudoxia. Arcadius sendiri digambarkan sebagai penguasa yang lemah, namun Kekaisaran Romawi Timur tetap relatif stabil di bawah pengawasannya, meskipun menghadapi ancaman dari Goth dan bangsa-bangsa lain di perbatasan.

Honorius dan Kekaisaran Romawi Barat

sunting

Di Barat, kekuasaan dipegang oleh Honorius, yang saat itu masih seorang anak kecil, dan pemerintahan kekaisaran sebenarnya dijalankan oleh seorang jenderal bernama Stilicho. Masa pemerintahan Honorius ditandai oleh invasi barbar yang terus-menerus dan semakin melemahnya kekaisaran Barat. Pada tahun 410, peristiwa besar terjadi ketika Roma dijarah oleh bangsa Visigoth di bawah pimpinan Alarik, sebuah momen yang sering dianggap sebagai salah satu tanda keruntuhan Kekaisaran Romawi Barat.

Pulcheria dan Theodosius II

sunting

Di Kekaisaran Romawi Timur, setelah kematian Arcadius pada tahun 408, putranya Theodosius II naik tahta sebagai seorang anak kecil, dan pemerintahan efektif dipegang oleh saudara perempuannya, Aelia Pulcheria. Pemerintahan Theodosius II terkenal karena pengesahan Kodeks Theodosianus, kumpulan undang-undang yang penting bagi sistem hukum Romawi. Theodosius II juga menghadapi ancaman militer dari Hun di bawah Attila, meskipun berhasil mempertahankan stabilitas kekaisaran Timur.

Akhir Dinasti Theodosianus

sunting

Dinasti Theodosianus berakhir di bagian Barat dengan kematian Valentinianus III pada tahun 455, yang merupakan cicit dari Theodosius I. Kekaisaran Romawi Barat runtuh tidak lama setelah itu, dengan penobatan Romulus Augustulus sebagai kaisar terakhir pada tahun 476. Di Timur, dinasti ini berakhir dengan kematian Marcianus pada tahun 457, yang merupakan kaisar terakhir dari garis penerus dinasti Theodosianus.

Garis Keturunan Dinasti Theodosianus

sunting

Berikut ini adalah beberapa kaisar penting dari Dinasti Theodosianus:

  1. Theodosius I (379–395) – Kaisar yang menyatukan kembali Kekaisaran Romawi.
  2. Arcadius (395–408) – Kaisar Romawi Timur.
  3. Honorius (395–423) – Kaisar Romawi Barat.
  4. Theodosius II (408–450) – Kaisar Romawi Timur, dikenal dengan Kodeks Theodosianus.
  5. Valentinianus III (425–455) – Kaisar Romawi Barat.
  6. Marcianus (450–457) – Kaisar Romawi Timur, pengganti Theodosius II.

Referensi

sunting

Daneben enthält der 16. Band der Zeitschrift Antiquité Tardive (L’Empire des Théodoses) von 2008 eine Reihe von aktuellen Aufsätzen zu diesem Thema.

Daftar pustaka

sunting
  • Kazimierz Zakrzewski, Rządy i opozycja za cesarza Arkadiusza, „Rozprawy Polskiej Akademii Umiejętności Wydziału Filozoficzno-Historycznego” t.66, Kraków 1927.
  • Kazimierz Zakrzewski, Ostatnie lata Stylichiona, „Kwartalnik Historyczny” 39 (1925), s.445-514.
  • Waldemar Ceran, Teodozjusz I Wielki, Kraków: Wydawnictwo WAM 2003.