Dinasti Valentinianus

Dinasti kekaisaran Romawi pada akhir zaman kuno, berkuasa pada tahun 364–392 dan 421–455

Dinasti Valentinianus adalah salah satu dinasti yang berkuasa di Kekaisaran Romawi pada periode Kekaisaran Romawi Akhir. Dinasti ini didirikan oleh Kaisar Valentinianus I, yang memerintah Kekaisaran Romawi Barat dari tahun 364 M hingga 375 M. Dinasti ini terutama dikenal karena upaya mereka dalam mempertahankan kekaisaran dari invasi bangsa barbar dan memperkuat pertahanan di sepanjang perbatasan kekaisaran. Keluarga Valentinianus memerintah dari tahun 364 hingga 455 M, dan mencakup beberapa kaisar penting yang memerintah baik di bagian timur maupun barat kekaisaran.

"Solidus" Valentinianus I yang menampilkan Valentinianus dan Gratianus di bagian belakang, bertuliskan: victores augusti ("para pemenang Augusti"). Sebuah ranting palem berada di antara mereka dan dewi Nike menaruh mahkota kemenangan pada masing-masing kepala mereka

Latar Belakang Sejarah

sunting

Pada pertengahan abad ke-4, Kekaisaran Romawi sedang menghadapi krisis serius. Wilayah kekaisaran terlalu luas untuk dikelola oleh satu penguasa, sementara invasi dari suku-suku barbar, seperti Goth, Vandal, dan Hun, semakin mengancam. Di tengah situasi ini, Dinasti Konstantinianus berakhir dengan kematian Kaisar Julianus pada 363 M, diikuti oleh singkatnya pemerintahan Kaisar Jovianus. Kekosongan kekuasaan ini diisi oleh Valentinianus I, seorang komandan militer yang terampil dan dihormati.

Pendirian Dinasti

sunting

Valentinianus I, seorang perwira militer asal Pannonia, terpilih menjadi kaisar oleh pasukan setelah kematian Kaisar Jovianus pada tahun 364 M. Segera setelah naik takhta, Valentinianus membagi kekuasaan dengan saudaranya, Valens, menjadikan Valens sebagai Kaisar Romawi Timur. Dengan pembagian ini, Valentinianus berusaha mengatasi tantangan mengelola wilayah kekaisaran yang luas dan memperkuat pertahanan di sepanjang perbatasan barat.

Valentinianus I (364-375 M)

sunting

Valentinianus I dikenal karena pendekatannya yang keras namun efektif dalam menghadapi ancaman eksternal. Sebagai seorang komandan militer yang ulung, ia menghabiskan sebagian besar pemerintahannya memperkuat perbatasan di sepanjang sungai Rhine dan Danube. Valentinianus juga menghadapi serangan dari suku Alemanni dan berhasil meraih kemenangan besar dalam Pertempuran Solicinium pada 367 M.

Di dalam negeri, Valentinianus mengawasi reformasi administrasi dan memperkenalkan kebijakan perpajakan yang ketat untuk memperbaiki keuangan kekaisaran. Namun, kekuasaan absolutnya terkadang menyebabkan ketidakpuasan, terutama di kalangan bangsawan.

Valentinianus meninggal mendadak pada tahun 375 M di Brigetio (sekarang di Hungaria) akibat stroke yang dipicu oleh amarahnya saat menghadapi delegasi suku Quadi. Kematian ini menandai awal dari periode ketidakstabilan dalam dinasti Valentinianus.

Gratianus (375-383 M)

sunting

Gratianus, putra Valentinianus I, naik takhta sebagai Kaisar Romawi Barat pada usia 16 tahun setelah kematian ayahnya. Awalnya, ia memerintah bersama adiknya, Valentinianus II, yang masih sangat muda. Selama masa pemerintahannya, Gratianus berhasil mengalahkan invasi Goth di Balkan dan memperkuat hubungan dengan Gereja Kristen, tetapi menghadapi kritik karena lebih mengutamakan kegiatan religius daripada tugas militer.

Gratianus dikenal karena kebijakan pro-Kristen yang mendukung doktrin Nicea dan menghapuskan perlindungan resmi terhadap agama Romawi kuno. Namun, pada tahun 383 M, ia digulingkan dan dibunuh oleh seorang jenderal pemberontak bernama Magnus Maximus.

Valentinianus II (375-392 M)

sunting

Valentinianus II, putra bungsu Valentinianus I, diangkat menjadi kaisar pada usia empat tahun setelah kematian ayahnya. Selama masa kecilnya, kekaisaran diatur oleh ibunya, Justina, dan penasihat-penasihatnya. Valentinianus II memerintah Kekaisaran Romawi Barat dari Milan, sementara Magnus Maximus, usurper di Galia, menguasai bagian barat kekaisaran.

Pemerintahan Valentinianus II terganggu oleh ketidakstabilan internal dan perselisihan agama antara Arianisme, yang didukung oleh ibunya, dan Ortodoksi Nicea, yang didukung oleh uskup Ambrosius dari Milan. Pada 392 M, Valentinianus II ditemukan tewas di Galia dalam keadaan yang mencurigakan, kemungkinan besar dibunuh atas perintah komandan militernya, Arbogast.

Theodosius I dan Hubungan dengan Dinasti Valentinianus

sunting

Setelah kematian Valentinianus II, Theodosius I dari Kekaisaran Romawi Timur menyatukan kembali kekaisaran di bawah pemerintahannya. Meskipun bukan bagian dari Dinasti Valentinianus, Theodosius I memiliki hubungan dekat dengan keluarga ini melalui pernikahannya dengan Galla, saudara perempuan Valentinianus II. Dengan demikian, meskipun Theodosius mendirikan Dinasti Theodosianus, terdapat kesinambungan antara dinasti tersebut dengan Valentinianus.

Akhir Dinasti Valentinianus

sunting

Dinasti Valentinianus secara efektif berakhir setelah kematian Valentinianus III pada tahun 455 M. Valentinianus III adalah cucu dari Theodosius I melalui garis keturunan dari Galla Placidia, yang menikah dengan Kaisar Honorius, anggota Dinasti Valentinianus. Pemerintahan Valentinianus III ditandai dengan ketidakstabilan dan ketidakmampuan dalam menghadapi invasi suku-suku barbar seperti Vandal yang akhirnya menjarah kota Roma pada tahun 455 M.

Valentinianus III dibunuh oleh dua tentara yang setia kepada jenderal Aetius, yang sebelumnya dieksekusi atas perintah kaisar. Kematian Valentinianus III menandai akhir dari Dinasti Valentinianus dan periode Kekaisaran Romawi Barat yang semakin rapuh.

Daftar Kaisar Dinasti Valentinianus

sunting
  1. Valentinianus I (364-375 M)
  2. Gratianus (375-383 M)
  3. Valentinianus II (375-392 M)
  4. Valentinianus III (425-455 M)

Referensi

sunting
  • Burns, Thomas S. Rome and the Barbarians, 100 B.C.-A.D. 400. Johns Hopkins University Press, 2003.
  • Heather, Peter. The Fall of the Roman Empire: A New History of Rome and the Barbarians. Oxford University Press, 2006.
  • Drinkwater, John F. The Alamanni and Rome 213–496: (Caracalla to Clovis). Oxford University Press, 2007.