Dora Marie Sigar

Perawat, aktivis, dan ibu rumah tangga asal Indonesia (1921–2008)

Dora Marie Sigar (21 September 1921 – 23 Desember 2008), juga dikenal sebagai Dora Soemitro adalah istri dari salah seorang ekonom Indonesia Soemitro Djojohadikoesoemo. Dora Marie memiliki dua orang puteri, Biantiningsih Miderawati Djiwandono (istri Soedradjad Djiwandono) dan Marjani Ekowati Lemaistre, dan dua orang putera, Prabowo Subianto Djojohadikusumo dan Hashim Sujono Djojohadikusumo.

Dora Marie Sigar
Dora Marie Sigar muda dengan keempat anaknya, 1963, Kuala Lumpur
LahirDora Marie Sigar
(1921-09-21)21 September 1921
Manado, Sulawesi Utara, Hindia Belanda
Meninggal23 Desember 2008(2008-12-23) (umur 87)
Singapura
KebangsaanIndonesia
Nama lainDora Marie Sumitro
Suami/istriSoemitro Djojohadikoesoemo
AnakBiantiningsih Miderawati Djiwandono
Marjani Ekowati Lemaistre
Prabowo Subianto Djojohadikusumo
Hashim Sujono Djojohadikusumo
Orang tua
  • Philip Frederik Laurens Sigar (bapak) Cornelie Emelie Maengkom (ibu)

Dora Marie menikah dengan Soemitro Djojohadikusumo pada 7 Januari 1946 di Jerman. Dora Marie Sigar bertemu pertama kali dengan Soemitro Djojohadikusumo tahun 1945 di sebuah acara mahasiswa Kristen Indonesia di Rotterdam, Belanda. Saat itu ia belajar di sekolah ilmu keperawatan bedah di kota Utrecht, Belanda.

Selama hidupnya, Dora Marie Sigar penganut agama Kristen Protestan[1][2] yang berdarah Manado itu setia mendampingi Soemitro Djojohadikusumo dalam pengasingan maupun dalam perjuangan membangun Republik Indonesia. Dora dikenang anak-anaknya sebagai ibu yang penyayang.

Dora dikenal sahabat-sahabatnya sebagai pemain bridge yang tangguh dan sebagai pengurus Persatuan Bridge Indonesia.

Keluarga

sunting

Keluarga Dora Sigar berasal dari Manado, dari suku Minahasa. Ayahnya bernama Philip F. L. Sigar, dan ibunya bernama Cornelie E. Maengkom. Ayahnya yang merupakan seorang anggota Gemeenteraad Manado (1920-1922) dan pejabat Sekretaris Residen (Gewestelijk Secretaris) Manado (1922-1924) merupakan putra dari Laurents A. Sigar (meninggal 1910) dan E. Aling. Kakek Dora merupakan Majoor/Hukum Besar (1870-1884) di Manado. Salah satu nenek moyangnya adalah Benjamin Thomas Sigar (Tawaijln Sigar), yaitu kapitein atau pemimpin Pasukan Tulungan atau Hulptroepen (pasukan bantuan) yang dikontrak pemerintah Hindia Belanda guna membantu mengatasi Perang Jawa (1825-1830) dan berhasil menangkap Pangeran Diponegoro.[3]

Referensi

sunting

Pranala luar

sunting