Efek sistemik adalah efek obat yang membuat seluruh bagian tubuh terpengaruh karena pemberian obat. Rute pemberian obat pada efek sistemik meliputi rute oral, sublingual, bukal, injeksi, implantasi subkutan dan rektal.

Konsep sunting

Efek sistemik merupakan salah satu dari dua jenis golongan obat berdasarkan efek yang dihasilkannya. Satu lainnya adalah efek lokal.[1] Efek sistemik merupakan efek obat yang mempengaruhi seluruh tubuh.[2] Efek sistemik maupun efek lokal sangat dipengaruhi oleh sediaan obat. Pengaruh sediaan obat berkaitan dengan kecepatan obat dalam berinteraksi dengan reseptor.[3]

Rute pemberian sunting

Terdapat beberapa rute pemberian obat untuk menghasilkan efek sistemik yaitu melalui oral, sublingual, bukal, injeksi, implantasi subkutan dan rektal. Rute pemberian oral dilakukan dengan memasukkan obat melalui mulut sehingga dapat turun menuju ke bagian dalam perut. Rute pemberian sublingual dilakukan  dengan meletakkan obat berbentuk tablet di lidah bagian bawah. Rute pemberian bukal dilakukan dengan meletakkan obat berbentuk tablet di antara gusi dan pipi.[4]

Efek sistemik pada rute pemberian oral akan dimulai ketika sepanjang saluran pencernaan mulai mengadakan absorpsi.[5] Rute pemberian oral umum digunakan karena dapat dilakukan sendiri oleh pasien tanpa bantuan dokter maupun perawat.[6] Peletakan obat di bawah lidah pada rute pemberian sublingual dilakukan setelah obat dikunyah halus oleh pasien.[7]  

Pasien yang tidak dapat meminum obat melalui mulut dapat menerima rute pemberian obat secara injeksi. Injeksi berarti obat yang diberikan berbentuk cairan. Rute ini diberikan khusus kepada pasien yang tidak mampu menelan atau pasien yang mengalami penurunan kesadaran diri. Rute pemberian injeksi juga berlaku kepada pasien yang tidak terpengaruh oleh obat akibat adanya gangguan pada asam lambung.[8] Rute pemberian injeksi dilakukan jika efek yang kuat, cepat dan lengkap diperlukan oleh pasien. Rute ini juga berlaku jika usus tidak mampu meresorpsi obat.[4]

Dua rute terakhir yaitu rute pemberian implantasi subkutan dan rektal. Rute pemberian obatnya melalui dubur. Obat yang digunakan pada rute implantasi subkutan berbentuk tablet kecil yang steril. Tablet ini harus dimasukkan dengan menggunakan trokar. Obat yang digunakan pada rute pemberian rektal berbentuk tablet khusus atau supositoria. Obat tersebut langsung dimasukkan melalui dubur.[4]

Rute pemberian implantasi subkutan khususnya digunakan pada obat yang memiliki efek sistemik yang lama. Efeknya secara umum dapat bertahan antara 3–5 bulan sejak pemakaian obat. Namun, ada pula yang efeknya bertahan hingga 3 tahun sejak pemakaian. Implantasi subkutan biasanya ditujukan untuk hormon kelamin yaitu estradiol dan testosteron. Rute pemberian implantasi subkutan umumnya digunakan untuk obat antihamil.[9]

Rute pemberian rektal sangat jarang diterapkan untuk efek sistemik.[5] Pemberiannya hanya kepada pasien yang selalu mengalami mual dan muntah. Rute pemberian rektal juga diberikan kepada pasien yang mengalami sakit berlebihan sehingga tidak mampu menelan obat.[9]

Referensi sunting

Catatan kaki sunting

  1. ^ Nuryati 2017, hlm. 30.
  2. ^ Nuryati 2017, hlm. 48.
  3. ^ Nuryati 2017, hlm. 38.
  4. ^ a b c Anief, Moh. (2021). Penggolongan Obat Berdasarkan Khasiat dan Penggunaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 2. ISBN 978-602-386-724-0. 
  5. ^ a b Tungadi, Robert (2018). Tim Wade Publish, ed. Teknologi Sediaan Solida (PDF). Ponorogo: Wade Group National Publishing. hlm. 2. ISBN 978-602-5498-20-6. 
  6. ^ Nasution, Azizah (2015). Farmakokinetika Klinis (PDF). Medan: USU Press. hlm. 40. ISBN 979-458-785-0. 
  7. ^ Tjay dan Rahardja 2015, hlm. 13.
  8. ^ Rosyidah, I., dan Prasetyaningati, D. (2019). Ilmu Dasar Keperawatan II (PDF). Jombang: Icme Press. hlm. 5. 
  9. ^ a b Tjay dan Rahardja 2015, hlm. 14.

Daftar pustaka sunting

  • Nuryati (2017). Farmakologi (PDF). Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-11-23. Diakses tanggal 2023-06-19.