El-Hilaal (atau kadang ditulis Al-Hilal) adalah nama kepanduan milik Persatuan Murid-Murid Diniyah School (PMDS) dan Sumatera Thawalib. El-Hilaal pernah menjadi organisasi pemuda terbesar di Sumatera Barat dengan jumlah anggota sebanyak 3.000 orang.[1] Namun, kehadiran Persatuan Muslim Indonesia (Permi) pada 1930 menyebabkan munculnya perpecahan di tubuh El-Hilaal.[2][3] El-Hilaal akhirnya bubar dan digantikan oleh Kepanduan Indonesia Muslim (KIM).[4]

Tokoh utama kepanduan ini adalah Muhammad Yunus Kocek, Leon Salim, dan Mahyuddin Tonex.

Sejarah sunting

El-Hilaal dicanangkan oleh sebelas orang pelajar Diniyah School dan Sumatera Thawalib di Bioskop Rex Padang Panjang pada 1928.[5] Mereka terdiri dari Leon Salim (Payakumbuh), Hasanuddin Yunus (Sungai Puar), Luthan Gani (Maninjau), Damanhuri (Payakumbuh), Mahyuddin Tonex (Pariaman), Jamain Abdul Murad (Sungai Puar), Muhammad Yunus Kocek (Sinabang, Aceh), Hasanuddin Arif (Teluk Betung, Lampung), Danil Sulaiman (Kaur, Bengkulu), Assauddin Kimin (Singkel, Aceh), dan Jumhur Kahar (Sibolga, Tapanuli).[2]

Loen Salim menulis, kehadiran El-Hilaal bermaksud untuk menghilangkan "rasa takut dan ngeri bangsa kita atas tindakan Pemerintah Hindia Belanda yang menghancurkan gerakan rakyat" pasca-pemberontakan komunis di Silungkang 1927 yang gagal. El-Hilaal dideklarasikan pada 31 Agustus 1928 dalam sebuah pawai perayaan Hari Ulang Tahun Ratu Wilhelmina di Padang Panjang.[6] Saat itu, El-Hilaal menumpang di barisan Persatuan Murid-Murid Diniyah School (PMDS) yang menampilkan orkes seruling.[2]

Leon Salim menuliskan suasana saat El-Hilaal dideklarasikan:

Kami berbaris keliling kota, berpakaian putih hitam dengan kacu (dasi) kuning blau. Kota kecil itu gegap gempita layaknya, sebagai akan pecah kelihatannya. Belanda tersenyum-senyum melihat kedatangan kami untuk merayakan hari lahir Wilhelmina. Rakyat banyak bersiul gembira, berdebar hati mereka menerima kemunculan kami itu. Mungkin hanya beberapa orang saja yang keluar untuk benar-benar merayakan hari lahir Raja Belanda. Selebihnya berdoa, semoga anak-anak kita itu berbahagia meneruskan perjuangan bapak-bapaknya.[2]

Pada awal pembentukan El-Hilaal, Muhammad Yunus Kocek terpilih sebagai ketua didampingi Leon Salim sebagai sekretaris dan Mahyuddin Tonex sebagai komisaris.[7]

El-Hilaal memiliki biro khusus pendidikan yang aktif menerjemahkan buku-buku kepanduan berbahasa Inggris dan Belanda. Tokoh utama biro ini adalah Chatib Sulaiman. Ia diperkenalkan kepada Leon Salim oleh Abdullah Basa Bandaro, seorang saudagar kaya di Pasa Gadang, Padang.[7]

Pembubaran sunting

Pada Mei 1930, Sumatera Thawalib melangsungkan kongres di Bukittinggi. Salah satu hasil kongres tersebut yakni pembentukan partai Islam nasionalis Persatuan Muslim Indonesia (Permi).[3] Dalam perjalanannya, Permi berusaha mengambil alih El-Hilaal sebagai unit kepanduan mereka. Namun, hal ini ditentang oleh tokoh-tokoh El-Hilaal. Sempat terjadi pertengkaran antara Djalaluddin Thaib dan tokoh-tokoh El-Hilaal, khususnya Leon Salim. El-Hilaal tidak bersedia menggabungkan diri karena murid-murid Diniyah School menolak beraliansi dengan Permi.[8] Meskipun demikian, El-Hilaal tetap menjalin kerja sama dengan pemimpin-pemimpin Permi.[9]

Pada Juli 1931, murid-murid Diniyah School memutuskan untuk membentuk kepanduan baru, yakni Kepanduan Indonesia Muslim (KIM).[9] Kepanduan ini dipimpin oleh Muhammad Yunus Kocek, Leon Salim, dan Chatib Sulaiman. Berdirinya KIM sekaligus menandai bubarnya El-Hilaal.[10][4]

Lihat pula sunting

Referensi sunting

  1. ^ Mestika Zed; Amri, Emizal; Edmihardi (2002). Sejarah perjuangan kemerdekaan 1945-1949 di Kota Padang dan sekitarnya. Yayasan Citra Budaya Indonesia. hlm. 22. ISBN 978-979-95830-5-5. 
  2. ^ a b c d Salim, Leon (1986). Autobiografi Leon Salim selaku perintis kemerdekaan. Departemen Sosial R.I., Direktorat Jenderal Bina Kesejahteraan Sosial, Direktorat Urusan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan, Proyek Pembinaan Kepahlawanan dan Perintis Kemerdekaan. 
  3. ^ a b Penerangan, Indonesia Departemen (1959). Propinsi Sumatera Tengah (dalam bahasa Melayu). Kementerian Penerangan. 
  4. ^ a b "Hatta: Habis El-Hilaal, Terbitlah Kepanduan Muslim". Republika Online. 2019-09-19. Diakses tanggal 2020-10-22. 
  5. ^ Ensiklopedi Minangkabau. Pusat Pengkajian Islam dan Minangkabau. 2005. ISBN 978-979-3797-23-6. 
  6. ^ Bunga rampai nilai-nilai perjuangan perintis kemerdekaan di DKI Jakarta. Dinas Sosial, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. 1985. 
  7. ^ a b "El-Hilaal: Kepandan Sekolah Islam Modernis Padang Panjang". Republika Online. 2019-09-17. Diakses tanggal 2020-10-22. 
  8. ^ Daya, Burhanuddin (1990). Gerakan pembaharuan pemikiran Islam. Tiara Wacana Yogya. ISBN 978-979-8120-13-8. 
  9. ^ a b Dari pemberontakan ke integrasi Sumatera Barat dan politik Indonesia, 1926-1998. Yayasan Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-519-5. 
  10. ^ "Khatib Sulaiman, Patriot yang Gugur dalam Peristiwa Situjuah". SINDOnews.com. 2018-02-24. Diakses tanggal 2020-10-22.