Eli Cohen
Eliyahu Ben-Shaul Cohen (bahasa Ibrani: אֱלִיָּהוּ בֵּן שָׁאוּל כֹּהֵן, bahasa Arab: إيلياهو بن شاؤول كوهين; 6 Desember 1924 – 18 Mei 1965), lebih dikenal secara umum dengan nama Eli Cohen, adalah seorang agen rahasia Mossad, Israel dan diangggap sebagai salah satu mata-mata paling sukses setelah Perang Dunia II. Ia memata-matai kegiatan pemerintahan dan militer Suriah dan berjasa besar dalam Perang Enam Hari meskipun ia sudah dihukum mati pada tahun 1965 di Suriah.
Eli Cohen | |
---|---|
Lahir | Eliyahu Ben-Shaul Cohen 16 Desember 1924 Aleksandria, Kerajaan Mesir |
Meninggal | 18 Mei 1965 Damaskus, Suriah | (umur 40)
Kebangsaan | Israel/Mesir |
Suami/istri | Nadia Majald (m. 1959) |
Anak | Sophie, Irit, Shai |
Kehidupan
suntingLahir di Mesir, ia ikut serta dalam setiap aktivitas pro Israel di Mesir selama tahun 1950-an, seperti dalam Operasi Goshen meskipun pemerintah Mesir tidak pernah dapat membuktikannya. Ia direkrut Mossad pada tahun 1960 dan diberi identitas palsu sebagai orang Suriah yang kembali pulang setelah lama hidup di Argentina. Untuk memperkuat penyamarannya ini, ia bahkan pindah ke Argentina pada tahun 1961.
Kemudian ia pindah ke Damaskus, Suriah dengan nama alias Kamel Amin Tsa'abet (nama panggilannya Sa'bet atau Tha'bet). Cohen berhasil memperoleh kepercayaan dikalangan pejabat militer Suriah dan juga pejabat pemerintahan. Secara berkala ia mengirim informasi intelijen ke Israel lewat radio, surat rahasia dan kadang kala pada saat ia berkunjung ke Israel. Informasi yang sangat berharga yang berhasil ia kirimkan ke Israel pada tahun 1964 adalah data tentang kubu pertahanan Suriah di dataran tinggi Golan.
Akhirnya pada bulan Januari 1965, seorang ahli dari Uni Soviet yang disewa oleh dinas intelijen Suriah berhasil menyadap pesan yang sedang dikirimkan Cohen ke Israel. Setelah dihadapkan ke pengadilan, ia diputuskan bersalah terlibat mata-mata dan dijatuhi hukuman mati. Banyak kepala negara barat (Prancis, Belgia, Kanada) yang meminta pemerintah Suriah untuk memperingan hukumannya bahkan Paus Paulus VI ikut bersuara, tetapi ia tetap digantung oleh pemerintah Suriah pada tanggal 18 Mei 1965. Sampai dengan hari ini, Suriah yang merasa sangat kecolongan, tetap menolak memulangkan jenazah Cohen untuk dimakamkan di Israel.
Kisah Sukses
suntingSelama dalam penyamaran, Cohen berteman baik dengan banyak jenderal terkemuka di Suriah termasuk Amin al-Hafiz. Setelah Hafiz menjadi Perdana Menteri, ia bahkan termasuk salah satu kandidat untuk menempati posisi sebagai wakil Menteri Pertahanan Suriah.
Banyak pihak mengklaim (meskipun sulit dibuktikan kebenarannya) bahwa Cohen-lah yang menyarankan untuk menanam pohon ''eucalyptus'' disekitar bunker militer dan tempat-tempat mortir di dataran tinggi Golan yang mengarahkan moncongnya ke Israel. Ia berpendapat bahwa dengan ditanamnya pepohonan ini akan memberi kamuflase alami yang sempurna agar tidak terdeteksi oleh Israel, juga untuk melindungi tentara dari cuaca panas digurun. Setelah sarannya disetujui oleh militer Suriah, ia segera memberikan informasi tersebut ke dinas intelijen Israel. Selama Perang Enam Hari, informasi berharga ini digunakan oleh Angkatan Udara Israel (IAF) yang dengan mudahnya menghancurkan sebagian besar bunker Suriah yang terlindung dibalik pepohonan. Pepohonan eucalyptus ini sampai sekarang masih terlihat di dataran tinggi Golan dan menjadi saksi bisu sejarah kekalahan Suriah.
Cohen juga mendapat informasi tentang rencana rahasia Suriah membuat bunker pertahanan berlapis tiga untuk mengelabui militer Israel yang pasti menyangka hanya ada sebuah saja.
Selama di Suriah, Cohen banyak memperoleh dan mengumpulkan informasi tentang pilot-pilot pesawat tempur Angkatan Udara Suriah. Termasuk nama asli mereka, nama alias beserta keluarganya. Banyak pihak mengatakan bahwa informasi dari Cohen inilah yang digunakan oleh Mossad selama Perang Enam Hari ketika ada dua buah jet tempur Suriah yang akan membom Tel Aviv. Ketika kedua jet ini sampai pada sasarannya, Mossad memperingatkan mereka melalui gelombang radio bahwa mereka mengetahui identitas para pilot tersebut, beserta keluarganya dan jika mereka tetap membom, keluarganya akan dibunuh. Para pilot begitu terkejut sekaligus ketakutan yang akhirnya menjatuhkan bom-bomnya ke laut dan kembali ke pangkalan dengan mengatakan target telah dibom.
Menurut keterangan saudara sekaligus temannya sesama agen Mossad, Maurice Cohen, Eli Cohen hanya tinggal tiga langkah lagi menjadi Presiden Suriah pada saat terbongkarnya kegiatan mata-mata yang ia lakukan.
Permintaan dari pihak keluarga agar jenazah Cohen dikembalikan ke Israel ditolak mentah-mentah oleh pemerintah Suriah (Mei 2006). Pada bulan Februari 2007, pejabat Turki mengkonfirmasikan bahwa pemerintahnya siap menjadi mediator untuk pengembalian jenazah Cohen.
Eli Cohen menjadi Pahlawan Nasional Israel karena berkat infonya Israel meraih kemenangan telak dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Lihat pula
suntingPranala luar
sunting- Biografi dari perpustakaan online Yahudi
- Eli Cohen: The Mossad file, artikel di majalah Azure.
- Janda mendiang Cohen meminta agar jenazah suaminya dikembalikan ke Israel Diarsipkan 2006-08-08 di Wayback Machine.
- Perdana Menteri Israel memberikan sambutan pada saat peringatan 40 tahun sejak kematian Eli Cohen pidato oleh Ariel Sharon
- Wawancara dengan mantan petinggi Mossad artikel di majalah Azure.
- Autobiografi Maurice Cohen Diarsipkan 2007-10-22 di Wayback Machine.
- Eli Cohen: Pahlawan Nasional bangsa Yahudi
Bacaan Lebih Lanjut
sunting- Wes Britton’s SpyWise -- "The Story of Israel's Most Famous Secret Agent: Behind the Scenes of The Impossible Spy" – artikel oleh Dr. Wesley Britton.