Flanel
Flanel adalah sebuah kain tenun lembut yang memiliki berbagai tingkat kelembutan. Flanel awalnya terbuat dari wol carded atau benang worsted, tetapi kini kerap terbuat dari wol, katun, atau serat sintetis.
Flanel dapat disikat agar lebih lembut atau dibiarkan tanpa disikat. Penyikatan adalah sebuah proses mekanis di mana sebuah logam murni digunakan untuk menyikat kain guna memunculkan serat lembut dari benang pintal longgar untuk membentuk nap pada salah satu atau kedua sisi kain tersebut. Jika flanel tidak dinap, kain tersebut memperoleh kelembutan dari benang pintal longgar dalam bentuk tenunnya.
Flanel umumnya digunakan untuk membuat pakaian tartan, selimut, sprei, dan pakaian tidur. Frase "kaos flanel" kerap salah digunakan untuk menyebut semua kaos yang diberi motif motif kotak-kotak atau tartan. Walaupun begitu, flanel sebenarnya hanyalah sebuah kain, sehingga dapat juga dibuat kaos flanel tanpa diberi motif kotak-kotak.
Sejarah
suntingAsal usul nama kain ini kurang jelas, namun masyarakat asli Wales menyatakan bahwa kain yang mirip dengan flanel telah dapat ditemukan di Wales sejak abad ke-16. Frase bahasa Prancis flanelle digunakan pada akhir abad ke-17, dan frase bahasa Jerman Flanell digunakan pada awal abad ke-18.[1]
Flanel telah dibuat sejak abad ke-17, perlahan menggantikan kain asal Wales yang lebih tua, yang beberapa di antaranya diselesaikan sebagai "katun" atau frieze, yang merupakan produk tekstil lokal. Pada abad ke-19, flanel terutama dibuat di kota seperti Newtown, Montgomeryshire,[2] Hay on Wye,[3] dan Llanidloes.[4] Ekspansi produksi flanel berhubungan erat dengan persebaran pabrik carding, yang menyiapkan wol untuk dipintal, dan merupakan aspek pertama dalam produksi pakaian berbahan wol yang dimekanisasi (selain proses pembersihan). Pemasaran pakaian berbahan wol Wales terutama dikendalikan oleh Drapers Company of Shrewsbury.[5][6][7]
Pada suatu waktu, karakter flanel yang dibuat di Wales, Yorkshire, Lancashire, dan Irlandia berbeda sedikit, terutama karena adanya perbedaan kualitas dari wol mentah yang digunakan di tempat-tempat tersebut, ada yang lebih halus daripada yang lain. Saat ini, warna flanel ditentukan dengan pewarna, tetapi awalnya didapat melalui pencampuran wol berwarna putih, biru, coklat, dan hitam dengan proporsi yang berbeda-beda. Warna yang lebih terang didapat melalui pemutihan dengan sulfur dioksida.[8]
Awalnya terbuat dari wol staple pendek, namun pada abad ke-20, campuran sutra dan katun lebih umum dijumpai. Pada saat itulah, celana berbahan flanel cukup populer di olahraga, terutama kriket, dan banyak digunakan di olahraga tersebut hingga akhir dekade 1970-an.
Penggunaan flanel kaos bermotif kotak-kotak berbahan flanel mencapai puncaknya pada dekade 1990-an dengan band grunge populer seperti Nirvana dan Pearl Jam menggunakannya sebagai salah satu ciri khas dari penampilan mereka. Walaupun begitu, hanya sedikit kaos bermotif kotak-kotak yang diproduksi massal pada saat itu benar-benar terbuat dari flanel. Hubungan erat antara flanel dan motif kotak-kotak pun mengarah pada penggunaan flanel sebagai sinonim untuk motif kotak-kotak.
Tipe
suntingFlannelette biasanya merujuk pada kain katun nap yang meniru tekstur flanel. Pakannya biasanya lebih kasar daripada lungsinnya. Penampilan seperti flanel diciptakan dengan membuat nap dari pakan; lalu menggores dan mengangkatnya. Flannelette dapat memiliki nap panjang atau pendek, dan dapat dinap pada salah satu atau kedua sisinya. Flannelette memiliki berbagai macam warna, baik polos maupun bermotif.[9]
- Flanel bayi adalah sebuah kain ringan yang digunakan untuk membuat pakaian bayi.[10]
- Flanel katun atau Flanel Kanton adalah sebuah kain katun yang dinap pada salah satu atau kedua sisinya.
- Flanel Sri Langka dulu adalah nama untuk campuran wol dan katun.[8]
- Flanel popok adalah kain katun gemuk yang dinap pada kedua sisinya, dan digunakan untuk membuat pakaian popok.
- Flanel organik, diciptakan oleh Léopold Lairitz di Jerman pada dekade 1800-an, menggunakan serat pinus Skotlandia, bukannya wol.[11]
Tenun
suntingFlanel, flannelette, dan flanel katun dapat ditenun dalam tenun silang kepar ataupun silang polos. Tenun tersebut kerap disembunyikan dengan nap pada salah satu atau kedua sisi kain. Setelah ditenun, kain tersebut dinap satu kali, dan kemudian diputihkan, diwarnai, atau diolah, lalu kemudian dinap lagi.[12]
Referensi
sunting- ^ Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Flannel". Encyclopædia Britannica. 10 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 480–481.
- ^ Newtown History Diarsipkan 2007-04-20 di Wayback Machine.
- ^ "Clwyd-Powys Archaeological Trust - Projects - Historic Landscapes - Middle Wye - Administrative Landscapes". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-23. Diakses tanggal 2020-12-23.
- ^ "Llanidloes History". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-09-25. Diakses tanggal 2020-12-23.
- ^ Dodd, A. H. (1931). Industrial Revolution in North Wales. hlm. 229–81.
- ^ Jenkins, J. Geraint (1969). The Welsh Woollen Industry. Cardiff.
- ^ Jenkins, J. Geraint (1963). "The woollen industry in Montgomeryshire". Montgomeryshire Collections. 58. hlm. 50–69.
- ^ a b The Concise Household Encyclopedia (c. 1935) The Amalgamated Press, London
- ^ Chisholm, Hugh, ed. (1911). "Flannelette". Encyclopædia Britannica. 10 (edisi ke-11). Cambridge University Press. hlm. 481.
- ^ Lewandowski], Elizabeth J. Lewandowski; [illustrations by Dan (2011). The complete costume dictionary. Lanham, Md.: Scarecrow Press, Inc. hlm. 19. ISBN 9780810840041. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-23. Diakses tanggal 2020-12-23.
- ^ "Vegetable Flannel". Frank Leslie's Pleasant Hours: 256. 1869.
- ^ Grosicki, Z (2014). Watson’s Textile Design and Colour. Elsevier Science. hlm. 327. ISBN 9781782420088.
Pranala luar
sunting- Media tentang Flannel di Wikimedia Commons