High-dynamic-range (HDR, bahasa Indonesia Jangkauan dinamis tinggi) adalah serangkaian teknik yang digunakan dalam pencitraan dan fotografi untuk mereproduksi sebuah jangkauan pencahayaan dinamis yang lebih besar dibanding menggunakan teknik fotografis atau pencitraan standar. Gambar HDR bisa menunjukkan secara lebih akurat jangkauan level intensitas yang tampak pada pemandangan yang sebenarnya, dari cahaya matahari langsung sampai cahaya bintang yang lemah, dan diambil dari banyak gambar dari objek yang sama dengan pengambilan berbeda.[1][2]

Sebuah gambar HDR (High-dynamic-range) yang berasal dari tiga gambar. Diambil di Tronador, Argentina.

Kamera non-HDR hanya bisa mengambil gambar dengan jangkauan pencahayaan terbatas, hasilnya kurang detail pada area gelap atau terang. Sementara teknik HDR mampu menutupi kekurangan ini dengan mengambil banyak foto pada tingkat pencahayaan berbeda dan menggabungkannya untuk menghasilkan foto dengan jangkauan tone yang lebih luas.

Dua jenis utama dari gambar HDR adalah rendering komputer dan merging banyak gambar LDR (low-dynamic-range)[3] atau SDR (standard-dynamic-range).[4] Gambar HDR juga bisa diperoleh menggunakan sensor gambar khusus. Metode tone mapping, mengurangi kontras keseluruhan untuk memperbaiki tampilan gambar HDR pada perangkat LDR, bisa diterapkan untuk menghasilkan gambar dengan kontras lokal yang sebenarnya atau yang berlebihan sebagai efek artistik.

Fotografi

sunting

Dalam fotografi, jangkauan dinamis diukur dalam selisih EV (disebut "stop") antara bagian gambar paling terang dan paling gelap yang memperlihatkan detail. Kenaikan satu EV atau satu stop berarti penggandaan jumlah cahaya

Dynamic range beberapa perangkat umum
Perangkat Stop Kontras
LCD 9.5 700:1 (250:1–1750:1)
Film negatif (Kodak VISION3) 13[5] 8192:1
Mata manusia 10–24[6] 1024:1–16384:1
Kamera DSLR (Nikon D800) 14.4[7] 21744:1

Foto-foto HDR umumnya diperoleh dengan menangkap banyak foto, menggunakan exposure bracketing, dan kemudian digabungkan (merge) menjadi gambar HDR. Foto-foto digital sering disandikan dalam format gambar raw kamera, karena penyandian JPEG 8 bit tidak menyediakan transisi tajam (dan menampilkan efek yang tidak bagus jika dikompres).

Beberapa kamera yang terdapat pengaturan pencahayaan manual bisa membuat gambar HDR. Termasuk kamera film, meskipun gambarnya mungkin perlu didigitalkan agar dapat diproses dengan perangkat lunak HDR.

Beberapa kamera memiliki fitur auto exposure bracketing (AEB) dengan jangkauan dinamis yang jauh lebih besar daripada kamera lainnya, mulai dari Canon EOS 40D dengan 3 EV, sampai Canon EOS-1D Mark II dengan 18 EV.[8] Seiring berkembangnya metode pencitraan ini, beberapa pabrikan kamera sekarang menawarkan fitur built-in HDR. Seperti Pentax K-7 yang memiliki moda HDR yang menangkap gambar HDR dan menghasilkan berkas JPEG dengan tone terpetakan (saja).[9] Canon PowerShot G12, Canon PowerShot S95, dan Canon PowerShot S100 menawarkan fitur serupa dengan format yang lebih kecil.[10] Bahkan beberapa ponsel pintar sekarang sudah termasuk mode HDR dan kebanyakan platform memiliki aplikasi yang menyediakan pengambilan gambar HDR.[11]

Slide dan film negatif warna terdiri dari sejumlah lapisan film yang memiliki tanggapan terhadap cahaya berbeda-beda. Perbedaan itu memberikan fitur jangkauan dinamis yang sangat tinggi terutama pada slide positif.[12]

Karakteristik Kamera

sunting

Karakteristik kamera seperti kurva gamma, resolusi sensor, noise, [kaliberasi [:en:photometry (optics)|fotometrik], dan kaliberasi spektral berpengaruh pada hasil gambar HDR.[13]

Tone mapping

sunting

Tone mapping menurunkan jangkauan dynamic, atau mungkin rasio kontras, dari keseluruhan gambar karena menahan kontras lokal.

Software

sunting

Beberapa aplikasi perangkat lunak tersedia pada platform PC, Mac, dan Linux untuk memproduksi berkas HDR dan gambar dengan tone mapping. Beberapa aplikasi tersebut di antaranya

Referensi

sunting
  1. ^ Erik Reinhard dkk., High Dynamic Range Imaging: Acquisition, Display, and Image-based Lighting (Amsterdam: Elsevier/Morgan Kaufmann, 2005), hlm. 7. ISBN 978-0-12-585263-0. 
  2. ^ Alanl Chalmers dkk., Advanced High Dynamic Range Imaging: Theory and Practiceg (Natick: A K Peters, Ltd., 2011), hlm. 11. ISBN 978-156881-719-4. 
  3. ^ "Jonathan Cohen, Chris Tchou, Tim Hawkins, Paul E. Debevec, "Real-Time High Dynammic Range Texture Mapping," Proceedings of the 12th Eurographics Workshop on Rendering Techniques, 25–27 Juni 2001, hlm. 313–320". ISBN 3-211-83709-4. 
  4. ^ Vassilios Vonikakis, Ioannis Andreadis, Advances in Image and Video Technology: Second Pacific Rim Symposium, PSIVT 2007, Santiago, Chile, December 17-19, 2007: Proceedings (New York: Springer, 2007), hlm. 510 . ISBN 978-3-540-77128-9.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)
  5. ^ "Dynamic Range". [pranala nonaktif permanen]
  6. ^ "Dynamic Range in Digital Photography". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-07-17. Diakses tanggal 30 Desember 2010. 
  7. ^ "Camera Sensor Ratings by DxOMark". DxO Labs. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-11-16. Diakses tanggal 24 November 2013. 
  8. ^ "Auto Exposure Bracketing by camera model". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-12. Diakses tanggal 18 Agustus 2009. 
  9. ^ "The Pentax K-7: The era of in-camera High Dynamic Range Imaging has arrived!". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-04-24. Diakses tanggal 18 Agustus 2009. 
  10. ^ "Canon PowerShot G12 picks up HD video recording, built-in HDR". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-09-19. Diakses tanggal 2014-03-10. 
  11. ^ "Apple–iPhone 4S–Shoot amazing photos with the 8MP camera". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-09-02. Diakses tanggal 18 November 2011. 
  12. ^ "Learn about Dynamic Range". photo.net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-09-17. Diakses tanggal 19 Oktober 2011. 
  13. ^ Asla Medeiros Sa, Paulo Cezar Pinto Carvalho, Luiz Velho, High Dynamic Range, San Rafael: Morgan & Claypool Publisher, 2007, hlm. 11. ISBN 978-1-59829-562-7.  Hapus pranala luar di parameter |title= (bantuan)