Gamelan gembung
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Maret 2023. |
Gamelan gembung adalah sebuah gamelan yang berasal dari seruas bambu di mana kedua ujungnya tertutup buku ruas.[1] Dari ruas bambu tersebut dikerat dua lembar pita dari kulit bambu yang kedua ujungnya masih melekat dengan kuat pada tabung bambu tersebut.[1] Kedua pita tersebut merupakan tali atau dawai yang disebut dengan ''senteng''.[1] Dengan ditopang kuda-kuda kecil pada bagian bawahnya, maka kedua pita bambu tersebut akan meregang dan dapat bergetar.[1] Supaya kulit bambu tidak terkelupas dari tabungnya, maka dililitkanlah tali rotan atau tali dari bambu dengan erat pada kedua ujung tabung.[1]
Pada bagian bawah dawai, kita dapat menemukan sekeping daun penggetar yang disebut dengan siwil atau bindingan.[1] Kemudian pada kulit bambu yang tipis di bawah dua dawai diberi lubang gema yang mana ketika ditabuh menggunakan tongkat kecil, maka akan menimbulkan bunyi yang menggema.[1] Di daerah Jawa Tengah, alat musik ini dinamakan dengan gumbeng, sedangkan di Kediri, Surakarta, dan Yogyakarta dinamakan bumbung.[1] Di beberapa tempat di Jawa Timur dan Jawa Tengah, biasanya gamelan ini ditempatkan secara berkelompok di atas sebuah rancakan sederhana dengan nama bonang, saron, gong, kempul, kenong dan ketuk.[1][2] Instrumen-instrumen inilah yang disebut dengan gamelan gumbeng atau orkes gamelan bumbung.[1] Selain di Indonesia, ternyata alat musik ini juga terdapat di Madagaskar dengan sebutan walika.[1]