Ritme sensorimotor mu, juga dikenal sebagai gelombang mu, adalah pola sinkronisasi aktivitas listrik yang melibatkan sejumlah besar neuron yang mungkin dari jenis piramidal dan berada pada bagian otak yang mengontrol gerakan yang disengaja.[1] Pola sinkronisasi ini diukur dengan elektroensefalografi (EEG), magnetoensefalografi (MEG), atau elektrokortikography (ECoG), secara berulang pada frekuensi 7,5-12,5 (dan terutama 9-11) Hz, dan dapat terlihat dengan jelas ketika tubuh beristirahat secara fisik.[1] Tidak seperti gelombang alfa yang terjadi pada frekuensi yang sama di atas korteks visual ketika beristirahat di bagian belakang kulit kepala, gelombang mu ditemukan di atas korteks motorik yang berada dalam sel pita dari telinga kanan ke telinga kiri. Gelombang mu dapat ditekan ketika seseorang melakukan gerakan motorik. Penekanan ini disebut desinkronisasi gelombang, yang mana itu disebabkan karena bentuk gelombang EEG yang sinkron karena keaktifan dari sejumlah neuron. Gelombang mu bahkan dapat ditekan ketika seseorang mengamati orang lain melakukan gerakan motorik atau mengamati gerakan abstrak yang berasal dari sesuatu yang memiliki kenampakan biologis. Peneliti seperti VS Ramachandran, dkk. berpendapat bahwa fenomena ini adalah tanda bahwa sistem neuron cermin memiliki pengaruh dalam penekanan gelombang mu,[2][3] meskipun ada banyak pihak yang tidak setuju pada pendapat tersebut.[4]

Single lead EEG readout
Satu sampel kedua dari osilasi alfa EEG. Ritme ini terjadi pada frekuensi yang mirip dengan ritme mu, meskipun osilasi alfa terdeteksi di bagian otak yang berbeda.
Left motor cortex highlighted on the brain
Korteks motorik kiri, atau BA4, disorot dengan warna hijau pada tampilan lateral kiri otak ini. Ini adalah area di mana ritme mu terdeteksi secara bilateral.

Gelombang mu dianggap cukup menarik bagi berbagai ilmuwan. Para ilmuwan yang mempelajari perkembangan saraf, tertarik dengan detail perkembangan gelombang mu pada masa bayi dan kanak-kanak serta perannya dalam pembelajaran.[5] Ketika sekelompok peneliti percaya bahwa gangguan spektrum autisme (ASD) sangat dipengaruhi oleh sistem neuron cermin yang berubah[2][6][7] dan juga indikasi akhir dari aktivitas neuron cermin adalah penekanan gelombang mu,[3] maka banyak dari para ilmuwan ini akhirnya berminat dalam penelitian gelombang mu terutama pada orang yang mengidap gangguan spektrum autisme. Berbagai peneliti juga berupaya menggunakan gelombang mu untuk mengembangkan teknologi baru seperti antarmuka otak-komputer (BCI). Dengan munculnya sistem BCI, para dokter atau psikiater diharapkan dapat memberikan metode komunikasi baru bagi para penyandang disabilitas berat serta menyediakan sarana untuk memanipulasi dan menavigasi lingkungan para penyandang disabilitas berat tersebut.[8]

Neuron cermin

sunting

Sistem neuron cermin terdiri dari sebuah golongan neuron yang pertama kali dipelajari pada tahun 1990-an pada makaka.[7] Sebuah penelitian telah menemukan rangkaian neuron yang aktif ketika makaka-makaka ini melakukan pekerjaan-pekerjaan sederhana dan juga ketika para makaka tersebut melihat makaka yang lain melakukan pekerjaan sederhana yang sama.[9] Aktifnya neuron tersebut menunjukkan bahwa neuron berperan dalam memetakan gerakan orang lain ke dalam otak tanpa harus melakukan gerakan secara fisik. Kumpulan neuron ini kemudian disebut neuron cermin dan dapat membentuk sistem neuron cermin. Gelombang Mu ditekan ketika neuron ini aktif, yang mana penekanan itu adalah sebuah fenomena yang memungkinkan peneliti untuk mempelajari aktivitas neuron cermin pada manusia.[10] Ada bukti bahwa neuron cermin ada pada manusia dan juga pada hewan non-manusia. Girus fusiformis kanan, lobulus parietal inferior kiri, korteks parietal anterior kanan, dan girus frontal inferior kiri saat ini merupakan objek yang menjadi perhatian khusus dalam penelitian neuron cermin.[7][11][12] Beberapa peneliti percaya bahwa penekanan gelombang mu dapat menjadi konsekuensi dari aktivitas neuron cermin di seluruh otak, dan mewakili pemrosesan integratif tingkat tinggi yang ada pada aktivitas neuron cermin.[3] Pengujian pada monyet (menggunakan teknik pengukuran invasif) dan manusia (menggunakan EEG dan fMRI) telah membuktikan bahwa neuron cermin ini bukan hanya aktif selama mereka melakukan gerakan motorik dasar, tetapi juga memiliki komponen yang berhubungan dengan niat atau tujuan.[13] Terdapat bukti mengenai peran penting neuron cermin pada manusia, dan gelombang mu dapat mewakili koordinasi tingkat tinggi dari neuron cermin tersebut.[3]

Perkembangan

sunting

Konseptualisasi gelombang mu sangat bermanfaat dalam penggunaan pediatrik. Hal ini disebabkan karena konseptualisasi tersebut dapat menunjukkan bahwa penekanan gelombang mu adalah representasi dari aktivitas yang terjadi di otak, dan dapat dideteksi di jaringan frontal dan parietal.[3] Osilasi yang beristirahat menjadi tertekan selama pengamatan informasi sensorik seperti pada suara atau pemandangan, dan ini biasanya terjadi di wilayah kortikal frontoparietal (motor).[3] Gelombang mu terdeteksi selama masa bayi ketika bayi menginjak usia empat sampai enam bulan yang mana pada usia tersebut, frekuensi puncak gelombang bisa mencapai serendah 5,4 Hz.[5][14] Ada peningkatan pesat dalam frekuensi puncak pada tahun pertama bayi tersebut lahir,[14] dan pada usia dua tahun, frekuensi itu biasanya dapat mencapai 7,5 Hz.[11] Frekuensi puncak gelombang mu meningkat seiring bertambahnya usia hingga dewasa. Ketika seseorang mencapai masa dewasa, gelombang mu dapat mencapai frekuensi akhir dan stabil pada 8–13 Hz.[5][11][14] Frekuensi yang bervariasi ini diukur sebagai aktivitas di sekitar sulkus sentral yang berada di dalam korteks Rolandic.[3]

Gelombang Mu dianggap sebagai indikasi perkembangan kemampuan bayi untuk meniru. Ini merupakan hal yang penting karena kemampuan meniru berperan penting dalam pengembangan keterampilan motorik, penggunaan alat, dan pemahaman informasi kausal melalui interaksi sosial.[11] Meniru merupakan bagian integral dalam pengembangan keterampilan sosial dan pemahaman isyarat nonverbal.[5] Hubungan sebab akibat dapat dinalar melalui pembelajaran sosial tanpa memerlukan pengalaman langsung. Dalam eksekusi tindakan, gelombang mu hadir pada bayi dan orang dewasa sebelum dan sesudah melaksanakan pekerjaan motorik dan desinkronisasi yang menyertai eksekusi tindakan tersebut. Saat melakukan tindakan yang berorientasi pada tujuan, bayi akan menunjukkan tingkat desinkronisasi yang lebih tinggi daripada orang dewasa. Seperti halnya eksekusi tindakan, selama pengamatan tindakan, gelombang mu pada bayi menunjukkan desinkronisasi yang lebih besar derajatnya daripada yang ada pada orang dewasa.[5] Kecenderungan perubahan derajat desinkronisasi ini, menjadi ukuran perkembangan gelombang mu hingga mencapai masa dewasa, meskipun sebagian besar perubahan terjadi selama tahun pertama bayi ketika lahir.[14] Memahami pembagian mekanisme antara persepsi tindakan dan eksekusi tindakan pada tahun-tahun awal kehidupan si bayi memiliki implikasi penting untuk perkembangan bahasa. Pembelajaran dan pemahaman bahasa melalui interaksi sosial berasal dari meniru gerakan serta bunyi vokal. Berbagi pengalaman untuk melihat suatu objek atau peristiwa dengan orang lain dapat menjadi kekuatan dalam perkembangan bahasa.[15]

Autisme

sunting

Autisme adalah gangguan yang berhubungan dengan kekurangan dalam aspek sosial dan komunikasi. Penyebab tunggal autisme belum dapat diidentifikasi, tetapi gelombang mu dan sistem neuron cermin dipelajari secara khusus mengenai peran kedua hal tersebut dalam gangguan autisme. Pada individu yang umumnya masih berkembang, sistem neuron cermin merespons ketika mereka melihat seseorang melakukan pekerjaan atau ketika dirinya sendiri yang melakukan pekerjaan. Pada individu yang mengidap autisme, neuron cermin menjadi aktif (dan akibatnya gelombang mu ditekan) hanya ketika pengidap autisme melakukan pekerjaan itu sendiri dan tidak aktif ketika mengamati orang lain saat melakukan pekerjaan.[6][16] Temuan ini telah menyebabkan beberapa ilmuwan, terutama VS Ramachandran, dkk. melihat autisme sebagai gangguan dalam memahami niat dan tujuan orang lain karena adanya masalah dengan sistem neuron cermin.[7] Kekurangan ini akan menjelaskan betapa sulitnya penyandang autisme dalam berkomunikasi dan memahami orang lain. Pada umumnya, sebagian besar studi tentang sistem neuron cermin dan gelombang mu pada pengidap autisme berfokus pada tugas motorik sederhana. Meski begitu, beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa studi tersebut dapat diperluas untuk menunjukkan bahwa masalah dengan sistem neuron cermin sangat mendasari kurangnya aspek kognisi dan sosial yang ada pada pengidap autisme.[2][6]

Besaran aktivasi fMRI di girus frontal inferior meningkat seiring bertambahnya usia pada orang yang mengidap autisme, tetapi tidak pada individu yang normal. Lebih jauh lagi, aktivasi yang lebih besar dapat berhubungan dengan jumlah kontak mata yang lebih banyak dan fungsi sosial yang lebih baik.[17] Para ilmuwan percaya bahwa girus frontal inferior adalah salah satu saraf utama yang berkorelasi dengan sistem neuron cermin pada manusia dan sering dikaitkan dengan kekurangan yang terkait dengan autisme.[12] Temuan ini menunjukkan bahwa sistem neuron cermin mungkin tidak berfungsi pada individu dengan autisme, dan juga perkembangannya terjadi secara tidak normal. Informasi ini penting untuk diskursus di zaman sekarang karena gelombang mu mungkin mengintegrasikan berbagai area aktivitas neuron cermin pada otak.[3] Penelitian lain juga berusaha melakukan upaya untuk merangsang sistem neuron cermin secara sadar dan menekan gelombang mu menggunakan umpan balik saraf yang ditunjukkan dari EEG gelombang mu. Jenis terapi ini masih dalam tahap awal implementasi untuk individu dengan autisme, dan dapat berpotensi gagal untuk memberikan hasil yang akurat.[18][19]

Antarmuka otak-komputer

sunting

Antarmuka otak-komputer (BCI) adalah teknologi kedokteran yang masih dalam tahap perkembangan. Teknologi ini menjadi harapan para dokter agar penyandang cacat fisik yang parah dapat hidup secara mandiri tanpa bantuan orang lain. Teknologi ini dapat membantu orang yang memiliki kelumpuhan total atau hampir total seperti mereka yang menderita tetraplegia (quadriplegia) atau sklerosis lateral amiotrofik (ALS). BCI dimaksudkan untuk membantu para penyandang disabilitas tersebut untuk berkomunikasi atau bahkan memindahkan objek seperti kursi roda bermotor, neuroprostesis, serta alat penggenggam robot.[20] Beberapa jenis dari teknologi BCI saat ini digunakan secara reguler oleh penyandang disabilitas, tetapi beberapa jenis teknologi yang lain masih dalam tahap percobaan.[21] Salah satu jenis dari BCI adalah teknologi yang menggunakan sistem event-related desynchronization (ERD) dari gelombang mu untuk mengontrol komputer.[22] Metode pemantauan aktivitas otak ini memiliki kelebihan karena ketika sekelompok neuron di dalam otak masih dalam keadaan istirahat, sekelompok neuron itu akan cenderung sinkron secara aktif satu sama lain. Ketika seorang peserta diberi isyarat untuk membayangkan gerakan, desinkronisasi yang dihasilkan akhirnya dapat dideteksi dan dianalisis oleh komputer. Pengguna antarmuka kemudian dilatih dalam memvisualisasikan gerakan, seperti gerakan kaki, tangan, dan lidah, yang mana semua itu terletak di lokasi berbeda pada homunkulus kortikal. Teknologi BCI tersebut sebenarnya cukup berbeda dari rekaman aktivitas elektroensefalograf (EEG) atau elektrokortikograf (ECoG) yang lebih berfokus pada korteks motorik.[23] Dalam teknologi ini, komputer dapat memantau pola khusus gelombang mu menggunakan sistem ERD kontralateral dengan gerakan yang divisualisasikan. Metode ini dapat dikombinasikan dengan sinkronisasi terkait peristiwa (ERS) pada jaringan neuron yang ada pada sekitar gelombang Mu. Pola yang berpasangan ini kemudian dapat didalami dengan beberapa pelatihan.[21][24] Pelatihan-pelatihan yang ada kemudian dapat meningkat ke dalam bentuk permainan, semisal dengan memanfaatkan realitas virtual.[24] Beberapa peneliti telah menemukan bahwa umpan balik dari permainan realitas virtual sangat efektif dalam memberikan kemampuan kepada pengguna untuk meningkatkan kontrol pola gelombang mu yang mereka miliki.[24] Metode ERD dapat dikombinasikan dengan satu atau lebih metode lain untuk memantau aktivitas listrik otak untuk membuat BCI hibrida. Kombinasi tersebut dapat menawarkan lebih banyak fleksibilitas daripada BCI yang menggunakan metode pemantauan tunggal.[25]

Sejarah

sunting

Gelombang Mu pada awalnya dipelajari sejak tahun 1930-an. Ia pernah disebut sebagai ritme gawang karena gelombang EEG yang membulat menyerupai gawang helipad ketika gelombang Mu terlihat. Pada tahun 1950, Henri Gastaut dan rekan kerjanya melaporkan desinkronisasi dari gelombang Mu. Desinkronisasi tersebut terjadi tidak hanya selama subjek melakukan gerakan aktif, tetapi juga saat subjek mengamati tindakan yang dilakukan oleh orang lain.[26] Hasil ini kemudian dikonfirmasi oleh kelompok penelitian lain,[27] termasuk studi menggunakan grid elektroda subdural pada pasien epilepsi. Studi terakhir menunjukkan penekanan gelombang mu saat pasien mengamati bagian tubuh yang bergerak di area somatik korteks yang mana itu berhubungan dengan bagian tubuh yang digerakkan oleh peraga. Studi lebih lanjut kemudian menunjukkan bahwa gelombang mu dapat disinkronkan dengan membayangkan tindakan seseorang.[28][29] Gelombang Mu juga dapat menjadi sinkron ketika subjek secara pasif melihat gerakan biologis titik-cahaya.[30]

Lihat juga

sunting

Gelombang otak

sunting
  • Gelombang Delta – (0,1 – 3 Hz)
  • Gelombang Theta – (4 – 7 Hz)
  • Gelombang Alfa – (8 – 12)
  • Gelombang Mu – (8 – 13 Hz) [31]
  • Gelombang SMR – (12,5 – 15,5 Hz)
  • Gelombang Beta – (16 – 31 Hz)
  • Gelombang Gamma – (32 – 100 Hz)

Referensi

sunting
  1. ^ a b Amzica, Florin; Fernando Lopes da Silva (2010). "Cellular Substrates of Brain Rhythms". Dalam Schomer, Donald L.; Fernando Lopes da Silva. Niedermeyer's Electroencephalography: Basic Principles, Clinical Applications, and Related Fields (edisi ke-6th). Philadelphia, Pa.: Lippincott Williams & Wilkins. hlm. 20–62. ISBN 978-0-7817-8942-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-29. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  2. ^ a b c Oberman, Lindsay M.; Edward M. Hubbarda; Eric L. Altschulera; Vilayanur S. Ramachandran; Jaime A. Pineda (July 2005). "EEG evidence for mirror neuron dysfunction in autism spectrum disorders" (PDF). Cognitive Brain Research. 24 (2): 190–198. doi:10.1016/j.cogbrainres.2005.01.014. PMID 15993757. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-02-01. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  3. ^ a b c d e f g h Pineda, Jaime A. (1 Desember 2005). "The functional significance of mu rhythms: Translating "seeing" and "hearing" into "doing"" (PDF). Brain Research Reviews. 50 (1): 57–68. doi:10.1016/j.brainresrev.2005.04.005. PMID 15925412. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-08-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  4. ^ Churchland, Patricia (2011). Braintrust: What Neuroscience Tells Us About Morality . Princeton, NJ: Princeton University Press. hlm. 156. ISBN 978-0-691-13703-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-06. Diakses tanggal 2022-04-02. 
  5. ^ a b c d e Nyström, Pär; Ljunghammar, Therese; Rosander, Kerstin; Von Hofsten, Claes (2011). "Using mu rhythm desynchronization to measure mirror neuron activity in infants" (PDF). Developmental Science. 14 (2): 327–335. doi:10.1111/j.1467-7687.2010.00979.x. PMID 22213903. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2016-11-09. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  6. ^ a b c Bernier, R.; Dawson, G.; Webb, S.; Murias, M. (2007). "EEG mu rhythm and imitation impairments in individuals with autism spectrum disorder". Brain and Cognition. 64 (3): 228–237. doi:10.1016/j.bandc.2007.03.004. PMC 2709976 . PMID 17451856. 
  7. ^ a b c d Williams, Justin H.G.; Waiter, Gordon D.; Gilchrist, Anne; Perrett, David I.; Murray, Alison D.; Whiten, Andrew (1 Januari 2006). "Neural mechanisms of imitation and 'mirror neuron' functioning in autistic spectrum disorder". Neuropsychologia. 44 (4): 610–621. doi:10.1016/j.neuropsychologia.2005.06.010. PMID 16140346. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-08. Diakses tanggal 02 April 2022. 
  8. ^ Shih, Jerry J.; Krusienski, Dean J.; Wolpaw, Jonathan R. (2012-3). "Brain-Computer Interfaces in Medicine" (PDF). Mayo Clinic Proceedings. 87 (3): 268–279. doi:10.1016/j.mayocp.2011.12.008. ISSN 0025-6196. PMC 3497935 . PMID 22325364. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-12-05. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  9. ^ di Pellegrino, G.; Fadiga, L.; Fogassi, L.; Gallese, F.; Rizzolatti, G. (1992). "Understanding motor events: A neurophysiological study". Experimental Brain Research. 91 (1): 176–180. doi:10.1007/bf00230027. PMID 1301372. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-09. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  10. ^ Rizzolatti, G; Fogassi, L; Gallese, V (September 2001). "Neurophysiological mechanisms underlying the understanding and imitation of action" (PDF). Nature Reviews. Neuroscience. 2 (9): 661–70. doi:10.1038/35090060. PMID 11533734. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  11. ^ a b c d Marshall, Peter J.; Meltzoff, Andrew N. (2011). "Neural mirroring systems: Exploring the EEG mu rhythm in human infancy". Developmental Cognitive Neuroscience. 1 (2): 110–123. doi:10.1016/j.dcn.2010.09.001. PMC 3081582 . PMID 21528008. 
  12. ^ a b Keuken, M.C.; Hardie, A.; Dorn, B. T.; Dev, S.; Paulus, M.P.; Jonas, K.J.; Den Wildenberg, W.P.; Pineda, J.A. (April 2011). "The role of the left inferior frontal gyrus in social perception: an rTMS study". Brain Research. 1383: 196–205. doi:10.1016/j.brainres.2011.01.073. PMID 21281612. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  13. ^ Acharya, Sourya; Shukla, Samarth (2012). "Mirror neurons: Enigma of the metaphysical modular brain" (PDF). Journal of Natural Science, Biology, and Medicine. 3 (2): 118–124. doi:10.4103/0976-9668.101878. ISSN 0976-9668. PMC 3510904 . PMID 23225972. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-12-23. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  14. ^ a b c d Berchicci, M.; Zhang, T.; Romero, L.; Peters, A.; Annett, R.; Teuscher, U.; Bertollo, M.; Okada, Y.; Stephen, J. (21 July 2011). "Development of Mu Rhythm in Infants and Preschool Children". Developmental Neuroscience. 33 (2): 130–143. doi:10.1159/000329095. PMC 3221274 . PMID 21778699. 
  15. ^ Meltzoff, A. N.; Kuhl, P. K.; Movellan, J.; Sejnowski, T. J. (17 July 2009). "Foundations for a New Science of Learning". Science. 325 (5938): 284–288. Bibcode:2009Sci...325..284M. doi:10.1126/science.1175626. PMC 2776823 . PMID 19608908. 
  16. ^ Oberman, L.M.; Pineda, J. A.; Ramachandran, V.S. (2006). "The human mirror neuron system: A link between action observation and social skills". Social Cognitive and Affective Neuroscience. 2 (1): 62–66. doi:10.1093/scan/nsl022. PMC 2555434 . PMID 18985120. 
  17. ^ Bastiaansen, JA; Thioux, M; Nanetti, L; van der Gaag, C; Ketelaars, C; Minderaa, R; Keysers, C (1 Mei 2011). "Age-related increase in inferior frontal gyrus activity and social functioning in autism spectrum disorder" (PDF). Biological Psychiatry. 69 (9): 832–838. doi:10.1016/j.biopsych.2010.11.007. PMID 21310395. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-03-03. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  18. ^ Holtmann, Martin; Steiner, Sabina; Hohmann, Sarah; Poustka, Luise; Banaschewski, Tobias; Bölte, Sven (November 2011) [14 Juli 2011]. "Neurofeedback in autism spectrum disorders". Developmental Medicine & Child Neurology. 53 (11): 986–993. doi:10.1111/j.1469-8749.2011.04043.x. PMID 21752020. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-07. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  19. ^ Coben, Robert; Linden, Michael; Myers, Thomas E. (Maret 2010) [24 Oktober 2009]. "Neurofeedback for Autistic Spectrum Disorder: A Review of the Literature". Applied Psychophysiology and Biofeedback. 35 (1): 83–105. doi:10.1007/s10484-009-9117-y. PMID 19856096. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  20. ^ Machado, S; Araújo, F; Paes, F; Velasques, B; Cunha, M; Budde, H; Basile, LF; Anghinah, R; Arias-Carrión, O (2010). "EEG-based brain–computer interfaces: an overview of basic concepts and clinical applications in neurorehabilitation". Reviews in the Neurosciences. 21 (6): 451–68. doi:10.1515/REVNEURO.2010.21.6.451. PMID 21438193. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-07. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  21. ^ a b Leuthardt, Eric C.; Schalk, Gerwin; Roland, Jarod; Rouse, Adam; Moran, Daniel W. (2009). "Evolution of brain–computer interfaces: going beyond classic motor physiology". Neurosurgical Focus. 27 (1): E4. doi:10.3171/2009.4.FOCUS0979. PMC 2920041 . PMID 19569892. 
  22. ^ Dean J. Krusienski, dkk (Februari 2007). "A mu-Rhythm Matched Filter for Continuous Control of a Brain-Computer Interface" (PDF). IEEE TRANSACTIONS ON BIOMEDICAL ENGINEERING. 54 (2): 273–280. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2017-08-29. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  23. ^ Batula, Alyssa M.; Mark, Jesse A.; Kim, Youngmoo E.; Ayaz, Hasan (2017). "Comparison of Brain Activation during Motor Imagery and Motor Movement Using fNIRS". Computational Intelligence and Neuroscience. 2017: 5491296. doi:10.1155/2017/5491296. ISSN 1687-5265. PMC 5435907 . PMID 28546809. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  24. ^ a b c Allison, B Z; Leeb, R; Brunner, C; Müller-Putz, G R; Bauernfeind, G; Kelly, J W; Neuper, C (February 2012) [7 Dec 2011]. "Toward smarter BCIs: extending BCIs through hybridization and intelligent control". Journal of Neural Engineering. 9 (1): 013001. Bibcode:2012JNEng...9a3001A. doi:10.1088/1741-2560/9/1/013001. PMID 22156029. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  25. ^ Nicolas-Alonso, Luis Fernando; Gomez-Gil, Jaime (2012-01-31). "Brain Computer Interfaces, a Review". Sensors (Basel, Switzerland). 12 (2): 1211–1279. doi:10.3390/s120201211. ISSN 1424-8220. PMC 3304110 . PMID 22438708. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-23. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  26. ^ Hobson, Hannah M.; Bishop, Dorothy V. M. (2017-03-01). "The interpretation of mu suppression as an index of mirror neuron activity: past, present and future". Royal Society Open Science. 4 (3): 160662. doi:10.1098/rsos.160662. ISSN 2054-5703. PMC 5383811 . PMID 28405354. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-10-15. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  27. ^ Muthukumaraswamy, Suresh D.; Johnson, Blake W.; McNair, Nicolas A. (2004-04-01). "Mu rhythm modulation during observation of an object-directed grasp". Cognitive Brain Research (dalam bahasa Inggris). 19 (2): 195–201. doi:10.1016/j.cogbrainres.2003.12.001. ISSN 0926-6410. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-04-09. Diakses tanggal 2022-04-02. 
  28. ^ Pfurtscheller, G.; Brunner, C.; Schlogl, A.; Lopes da Silva, F. H. (2006). "Mu rhythm (de)synchronization and EEG single-trial classification of different motor imagery tasks" (PDF). NeuroImage. 31 (1): 153–159. doi:10.1016/j.neuroimage.2005.12.003. PMID 16443377. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  29. ^ Pineda, J. A.; Allison, B. Z.; Vankov, A. (2000). "The effects of self-movement, observation, and imagination on mu rhythms and readiness potentials (RP's): toward a brain–computer interface (BCI)" (PDF). IEEE Trans Rehabil Eng. 8 (2): 219–222. doi:10.1109/86.847822. PMID 10896193. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-29. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  30. ^ Ulloa, E. R.; Pineda, J. A. (2007). "Recognition of point-light biological motion: mu rhythms and mirror neuron activity" (PDF). Behav Brain Res. 183 (2): 188–194. doi:10.1016/j.bbr.2007.06.007. PMID 17658625. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2017-08-08. Diakses tanggal 2022-03-08. 
  31. ^ Hobson, HM; Bishop, DV (March 2017). "The interpretation of mu suppression as an index of mirror neuron activity: past, present and future". Royal Society Open Science. 4 (3): 160662. Bibcode:2017RSOS....460662H. doi:10.1098/rsos.160662. PMC 5383811 . PMID 28405354.