Stadion Gelora 10 November
Artikel ini memerlukan pemutakhiran informasi. |
Stadion Gelora 10 November (G10N) atau Stadion Tambaksari adalah stadion sepak bola legendaris di Kota Surabaya. Tempat ini diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an dan banyak ditemukan makam Tionghoa. Dulunya tempat ini digunakan sebagai markas Soerabaische Kantoor Voetbalbond (SKVB).[1][2]
Nama lama | Stadion Tambaksari (1954-1969) |
---|---|
Lokasi | Surabaya, Indonesia |
Pemilik | Pemerintah Surabaya |
Kapasitas | 35.000 penonton |
Konstruksi | |
Dibuka | 11 September 1954 |
Direnovasi | 1969, 2018 |
Arsitek | Tan Giok Tjauw |
Sejarah
suntingPada tahun 1932 semangat pemuda Surabaya dalam dunia sepakbola memunculkan perkumpulan sepakbola seperti Soerabaische Kantoor Voetbalbond (SKVB). SKB membawahi sejumlah klub seperti Soerabaische Voetbal (SV) Aniem, SV Douane, SV Factorij, SV Handelsbank, SV Internatio, dan SV Marine Kazerne Goebeng. Di tahun ini, terdapat perkumpulan sepakbola lain bernama Nederlandsch Indisch Voetbal (NIVB) yang menjadi corong olahraga Vaderlandsch Club (VC) yang memiliki markas di Simpangsche Societeit (tempat berkumpulnya orang-orang Belanda). Pada Mei 1932, lapangan Tambaksari menjadi arena yang berunsur politis yang berujung pada pertempuran Surabaya.[2]
Pada September 1945, Tambaksari dijadikan lokasi rapat raksasa pada 13 September 1945 untuk menunjukkan tekat rakyat Surabaya mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia. Di tahun 1949 lokasi ini diambil alih oleh Persebaya kemudian direnovasi oleh Ir. Tan Giok Tjiauw pada tahun 1954, kemudian diresmikan pada 11 September 1954 oleh Walikota Moestadjab Soemowidagdo. Lokasi ini kemudian dinamakan sebagai Stadion Tambaksari. Lokasi ini ditetapkan sebagai Bangunan Cagar lewat Surat Keputusan Walikota Nomor 188.45/251/402.104/1996.[1][2][3][4]
Stadion ini mendadak dipilih menjadi salah satu stadion penyelenggara Babak 8 Besar Divisi Utama Liga Indonesia 2007. Hal ini terjadi karena adanya putusan perpindahan penyelenggaraan dari Stadion Brawijaya ke Stadion Gelora Delta. Pada akhirnya terjadi kekosongan tempat penyelenggaraan untuk menggelar pertandingan secara bersamaan.
Dalam menghadapi ajang Pekan Olahraga Nasional (PON) VII tahun 1969, Lapangan Tambaksari kemudian direnovasi. Saat peresmiannya namanya pun berganti menjadi Stadion Gelora 10 November.
Pada saat Persebaya Surabaya melawan Persija Jakarta di Stadion Gelora 10 November ini pernah seorang Bonek tewas terinjak-injak Bonek lainnya yang berusaha keluar dari stadion karena terkena gas air mata polisi. Kerusuhan diakibatkan anggota polisi memukul salah seorang Bonek yang akan mengambil spanduk di sentelban lapangan.
Lihat Pula
sunting
- ^ a b Lambertus, Hurek (20 Oktober 2021). "Gelora 10 Nopember Surabaya Sudah Ada Sejak 1920-an". Radar Surabaya. Diakses tanggal 29 April 2024.
- ^ a b c Fitriyani, Wiwin (09 September 2020). "Mengenal Lapangan Gelora 10 November Tambaksari Surabaya". Liputan6. Diakses tanggal 29 April 2024.
- ^ "Stadion Gelora 10 November/lapangan Tambaksari". Disbudporapar Surabaya. Diakses tanggal 29 April 2024.
- ^ Wirayudha, Randy (19 Otober 2018). "Cerita dari Stadion Gelora 10 November Surabaya". Historia. Diakses tanggal 29 April 2024.