Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994

Bencana alam di Jawa Timur

Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994 adalah bencana gempa bumi besar yang berpusat di lepas pantai Samudra Hindia, terjadi pada hari Kamis, 2 Juni 1994 sekitar pukul 01:17 WIB. Getaran gempa dirasakan kuat diseluruh wilayah Jawa Timur, Bali, dan sebagian Jawa Tengah.[2] tsunami datang 2 jam berselang sejak gempa bumi tersebut terjadi, gelombang tsunami kemudian menghantam pesisir pantai selatan Jawa Timur bagian timur tepatnya di wilayah kabupaten Banyuwangi pada 3 Juni 1994 dini hari[3] Bencana tsunami akibat gempa bumi tektonik ini menyebabkan kerusakan total yang melanda pemukiman penduduk di pesisir selatan Kabupaten Banyuwangi seperti Pantai Plengkung, Pantai Pancer dan Pantai Rajegwesi yang rata dengan tanah. Korban meninggal diperkiraan mencapai 250 jiwa.[3] Korban jiwa sangat banyak dikarenakan peristiwa tsunami tersebut terjadi pada dini hari sekira pukul 01.00 WIB[2] di mana banyak warga yang masih tertidur lelap.

Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994
USGS intensitas gempa bumi
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994 di Jawa
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994 di Indonesia
Gempa bumi dan tsunami Jawa Timur 1994
Waktu UTC1994-06-02 18:17:34
ISC167105
USGS-ANSSComCat
Tanggal setempat3 Juni 1994
Waktu setempat01:17:37 WIB (Waktu Indonesia Barat)
Kekuatan7.8 Mw[1]
Kedalaman18 km (11 mi)
Episentrum10°28′37″S 112°50′06″E / 10.477°S 112.835°E / -10.477; 112.835
SesarSunda Megathurst
JenisThurst
Wilayah bencanaJawa Timur
Bali
Indonesia
Intensitas maks.V (Sedang)
Tsunami14 m (46 ft)
Korban250 meninggal, 460 luka-luka, 23 hilang

Dampak tsunami juga terjadi pada para peselancar yang tinggal di bibir Pantai Plengkung. Seorang peselancar bernama John Philbin berada di Plengkung pada malam terjadinya tsunami. Dia menggambarkan tsunami tersebut sebagai ombak yang sangat besar.

"Saat gemuruh makin keras, saya masih duduk di dalam kamar saya, dan tiba-tiba air datang menghantam gubukku."

Peselancar lain bernama Richie Lovett menggambarkan pengalaman itu seperti "ditabrak kereta api dengan kecepatan penuh". Seorang lainnya bernama Richard Marsh awalnya mengira harimau telah menyerang mereka, tetapi kemudian ia menyadari itu adalah gelombang besar. Marsh dan Lovett tersapu ratusan meter ke dalam hutan oleh gelombang.

"Aku benar-benar panik. Aku hanya berusaha menggapai sesuatu yang terapung untuk bertahan hidup dan menghindari puing-puing jatuh di kepala saya serta berusaha untuk bisa bernapas."

Lovett akhirnya harus kembali ke Australia untuk perawatan medis.

"Pondok telah menghilang dan aku terjebak oleh kayu dan potongan bambu. Ketika air mulai mereda. Aku terjebak dan kakiku terjepit tumpukan kayu dan sampah."
Monumen tsunami Jawa Timur, di Banyuwangi

Menanggapi hal ini, pemerintah mengeluarkan kebijakan untuk tidak mendirikan pemukiman di jarak 1 km di garis pantai. Hal ini dimaksudkan untuk meminimalisasi kerusakan jika bencana seperti ini terulang kembali. Selain itu di dekat Pantai Rajegwesi dibangun perumahan warga yang disebut Perumahan Tsunami.

Latar belakang

sunting
 
Setting lempeng tektonik di Pulau Jawa

Pulau Jawa adalah pulau paling padat penduduk di dunia, dan rentan terhadap bencana gempa bumi dan letusan gunung berapi, karena lokasinya di dekat Palung Sunda, batas lempeng konvergen tempat lempeng Indo-Australia menunjam ke bawah Indonesia.

Palung Sunda di bagian Selatan (Jawa) memanjang dari Selat Sunda di barat hingga ke Bali di timur. Konvergensi kerak samudera yang relatif tua terjadi dengan kecepatan 6 sentimeter (2,4 inci) per tahun di bagian barat dan 4,9 cm (1,9 inci) per tahun di bagian timur, serta penurunan Zona Benioff (sudut kemiringan). zona kegempaan yang membatasi lempengan yang bergerak ke bawah pada batas konvergen) adalah sekitar 50° dan meluas hingga kedalaman sekitar 600 kilometer (370 mil).

Peristiwa sangat besar terjadi pada tahun 1840, 1867, 1875, dan 1994 namun tidak seperti segmen barat laut Sumatra, tidak ada gempa bumi megathrust yang terjadi di segmen bagian Pulau Jawa dalam kurun waktu 300 tahun terakhir.[4]

Lihat pula

sunting

Referensi

sunting
  1. ^ ANSS. "M 7.8 - 249 km SSW of Kencong, Indonesia 1994". Comprehensive Catalog. U.S. Geological Survey. 
  2. ^ a b M 7.8 – south of Java, Indonesia Diarsipkan 2020-11-19 di Wayback Machine.. earthquake.usgs.gov. 3 Juni 1994. Diakses tanggal 24/08/2019.
  3. ^ a b Gayo, Iwan. Buku Pintar seri senior. 2004. Jakarta:Pustaka Warga Negara.
  4. ^ Irsyam, M.; Dangkua, D. T.; Hendriyawan; Hoedajanto, D.; Hutapea, B. M; Kertapati, E. K.; Boen, T.; Petersen, M. D. (2008), "Proposed seismic hazard maps of Sumatra and Java islands and microzonation study of Jakarta city, Indonesia" (PDF), Journal of Earth System Science, 117 (2): 868, 869, Bibcode:2008JESS..117..865I, doi:10.1007/s12040-008-0073-3