Laos adalah negara republik berdaulat, dan sebuah negara yang terkurung daratan di Asia Tenggara terletak di timurlaut dari Thailand, serta barat dari Vietnam. Laos mencakup 236.800 kilometer persegi di pusat semenanjung Asia Tenggara serta dikelilingi oleh Kamboja, Myanmar, Republik Rakyat Tiongkok, Thailand, dan Vietnam. Sekitar tujuh puluh persen dari area geografisnya terdiri dari gugusan pegunungan, dataran tinggi, plato, dan sungai-sungai.

Peta detail Laos

Letaknya menjadikan negara tersebut sebagai penengah antara negara-negara tetangga yang lebih kuat, serta jalan penghubung bagi perdagangan dan komunikasi. Migrasi dan konflik internasional telah membentuk susunan serta penyebaran geografis dari kelompok-kelompok etnik dari Laos.

Koordinat geografi: 18°00′N 105°00′E / 18.000°N 105.000°E / 18.000; 105.000

Topografi sunting

Sebagian besar dari perbatasan di bagian barat Laos ditandai oleh sungai Mekong, yang merupakan urat nadi utama bagi transportasi. Air terjun Dong di ujung selatan negara menghambat akses ke laut, namun kapal kargo berlayar di sepanjang sungai Mekong di bagian Laos sepanjang tahun. Kapal motor dan perahu menyediakan sarana transportasi yang penting di sepanjang anak-anak sungai Mekong.

Sungai Mekong tidak dilihat sebagai sebuah halangan, melainkan sebagai penghubung komunikasi. Kesamaan masyarakat dan bahasa antara Laos dan timur laut Thailand, mencerminkan hubungan dekat yang telah terjalin di lingkungan sungai selama berabad-abad. Di samping itu, banyak masyarakat Laos yang tinggal di bantaran sungai Mekong memiliki keluarga dan sahabat yang tinggal di Thailand.

Sebelum abad ke-20, daerah kerajaan dan kepangeranan Laos mencakup kedua sisi sungai Mekong, dan pada akhir abad ke-19 Thailand menguasai sisi kiri sungai. Walau sungai Mekong ditetapkan sebagai perbatasan oleh tentara kolonial Prancis, perjalanan menyeberangi sungai menjadi terbatas setelah pembentukan Republik Demokratik Rakyat Laos pada tahun 1975.

Perbatasan timur dengan Vietnam membentang sepanjang 2.130 kilometer, sebagian besar di sepanjang Pegunungan Annam, yang merupakan wujud pembatas antara negeri Vietnam yang secara budaya terpengaruh oleh Tiongkok dengan negeri Laos dan Thailand yang terpengaruh oleh budaya India. Pegunungan ini dihuni oleh suku pedalaman yang terpencar serta tidak mengetahui keberadaan perbatasan ketimbang penduduk Lao yang tinggal di dataran rendah. Oleh karenanya, suku etnik minoritas dapat ditemukan di sisi Laos dan Vietnam. Karena lokasinya yang terpencil, kontak antara kelompok ini dengan penduduk Lao yang berada di dataran rendah hanya terbatas pada perdagangan.

Laos berbagi perbatasan di sebelah selatan dengan Kamboja sepanjang 541 kilometer, dengan reruntuhan Khmer kuno yang terletak di Wat Pho dan lokasi selatan lainnya memperlihatkan sejarah panjang hubungan antara bangsa Laos dan Khmer. Di sebelah utara, Laos berbagi perbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok sepanjang 423 kilometer serta Myanmar sepanjang 235 kilometer di sungai Mekong.

Topografi Laos dipenuhi dengan pegunungan, dengan Pegunungan Annam di sebelah timur laut dan Deretan Luang Prabang di sebelah barat laut, di antara deretan lainnya yang memiliki dataran yang curam. Ketinggian umumnya berada di atas 500 meter disertai lembah-lembah dari sungai sempit yang melintas dengan potensi pertanian yang rendah. Daerah perbukitan ini membentang di bagian utara negara, dengan pengecualian dataran di Vientiane dan Dataran Guci di Dataran tinggi Xiangkhoang.

Di bagian selatan dari negara Laos terdapat daerah luas di Provinsi Savannakhét dan Champasak yang dapat ditanami padi dan peternakan. Sebagian besar dari Provinsi Khammouan dan bagian timur dari provinsi-provinsi di selatan memiliki daratan pegunungan. Secara bersamaan, dataran yang terdiri dari tanah aluvial dan bantaran dari sungai Mekong serta anak-anak sungainya mencakup 20% dari luas daratan.

Hanya 4% dari total luas negara yang tergolong subur. Area hutan telah menurun secara signifikan sejak dekade 1970-an akibat pembalakan dan pembakaran hutan.

Daftar pegunungan di Laos sunting

Iklim sunting

 
Peta klasifikasi iklim Köppen untuk negara Laos.
 
Data iklim kota Vientiane.

Laos memiliki iklim muson tropis, dengan musim hujan pada bulan Mei hingga Oktober, musim kemarau yang sejuk pada bulan November hingga Februari, dan musim kemarau yang panas pada bulan March hingga April. Umumnya, muson terjadi di saat bersamaan di seluruh penjuru negeri, walau waktunya dapat bervariasi dari satu tahun dengan tahun berikutnya.

Curah hujan bervariasi menurut daerah, dengan curah hujan rata-rata tertinggi yaitu 3.700 milimeter (145.7 in) tercatat di dataran tinggi Bolaven di Provinsi Champasak. Stasiun-stasiun cuaca di kota mencatat bahwa Savannakhét rata-rata mendapat curah hujan sebanyak 1.440 milimeter (56.7 in); Vientiane menerima rata-rata sebanyak 1.700 milimeter (66.9 in), dan Luang Prabang menerima rata-rata sebanyak 1,360 milimeter (53.5 in).

Curah hujan tidak selalu mencukupi untuk pertanian padi dan presipitasi rata-rata yang tinggi menyelubung tahun-tahun ketika curah hujan hanya separuh atau kurang dari rata-rata, sehingga mengakibatkan penurunan dalam penghasilan beras. Kekeringan umumnya terjadi secara regional, dan tidak mempengaruhi produksi di daerah lainnya.

Suhu rata-rata di bulan Januari, bulan terdingin, Luang Prabang 20,5 °C (minimum 0,8 °C), Vientiane 20,3 °C (minimum 3,9 °C), dan Pakse 23,9 °C (minimum 8,2 °C); suhu rata-rata di bulan April, umumnya bulan terpanas, Luang Prabang 28,1 °C (maksimum 44,8 °C), Vientiane 39,4 °C). Suhu bervariasi menurut ketinggian; terdapat penurunan rata-rata 1.7 °C setiap ketinggian 300 meter (atau 1000 kaki). Suhu di dataran tinggi dan pegunungan lebih rendah dibanding suhu di dataran rendah di sekitar Vientiane.

Pertanian sunting

Pertanian di Laos merupakan sektor ekonomi terpenting. Lima juta hektar dari 23.680.000 hektar dari total luas darat Laos cocok untuk pertanian, dan tujuhbelas persen dari luas tanah, antara 850,000 dan 900,000 hektar digunakan. Padi merupakan tumbuhan utama yang ditanam sepanjang musim hujan. Terdapat pula aktivitas perikanan yang signifikan.

Pengerjaan lahan pertanian dapat dilakukan dalam cuaca apapun pada sebidang kecil tanah yang terpisah dari dataran rendah Vientiane dan bantaran sepanjang sungai Mekong. Area yang telah dikultivasi ini terletak di lembah sungai yang mengalir melintasi pegunungan atau di daerah dataran tinggi Xieng Khouang di utara atau Bolaven di selatan. Pada umumnya terdapat dua cara pembudidayaan: budidaya padi lahan basah yang dilakukan penduduk dataran rendah Laos, atau peladangan yang dilakukan di perbukitan.

Populasi sunting

Laos memiliki jumlah penduduk lebih sedikit dibandung negara lain di Asia Tenggara. Sensus penduduk nasional pertama yang dilakukan secara komprehensif dilakukan pada tahun 1985; tercatat sebanyak 3,57 juta penduduk. Pada tahun 1987, jumlah penduduk tercatat sebanyak 3.830.000 orang dengan ibu kota Vientiane memiliki penduduk sebanyak 120.000 orang. Tingkat pertumbuhan penduduk diperkirakan antara 2,6 dan 3,0 persen. Tingkat kelahiran diperkirakan mencapai empat puluh lima per 1.000 orang, sementara tingkat kematian diperkirakan mencapai enam belas dari 1.000 orang. Tingkat kesuburan berada lebih tinggi antara usia dua puluh dan empat puluh tahun dengan rata-rata wanita melahirkan sebesar 6,8.

Kepadatan penduduk secara keseluruhan hanya mencapai delapan belas orang per kilometer persegi, dan di kebanyakan distrik jumlah kepadatan di bawah sepuluh orang per kilometer persegi. Kepadatan penduduk untuk setiap hektar lahan yang dibudidayakan berada lebih tinggi antara 3,3 hingga 7,8 orang per hektar. Populasi sangat beragam, namun belum dilakukan sebuah pengelompokan penuh untuk seluruh suku etnis. Ketidakjelasan jumlah kelompok etnis disebabkan oleh definisi yang tidak jelas antara suku etnis dengan subetnis, serta kurangnya pengetahuan dari kelompok-kelompok itu sendiri.

Jalur transportasi sunting

Dikarenakan topografi pegunungan yang disertai dengan kurangnya pembangunan, Laos hanya memiliki sedikit rute transportasi yang memadai. Keterpencilan ini secara historis telah membatasi pemerintah untuk mempertahankan keberadaan pada sebuah daerah yang berada jauh dari ibu kota negara atau provinsi serta telah membatasi transportasi dan komunikasi antara pedesaan dan suku etnis.

Sungai Mekong dan Nam Ou merupakan saluran-saluran alamiah yang dapat diarungi oleh kapal pengangkut bersarat tinggi, dan pada bulan Desember hingga Mei tingkat air yang rendah membatasi pergerakan kapal. Penduduk Laos yang tinggal di pedesaan yang terletak di bantaran anak-anak sungai secara tradisional menggunakan sampan untuk memancing, berdagang, serta mengarungi hulu dan hilir sungai dalam jarak yang tertentu.

Selebihnya, perjalanan pada tanah yang datar dilakukan dengan menggunakan kereta lembu atau dengan berjalan kaki. Pegunungan yang curam disertai dengan kurangnya jalan membuat suku pedalaman sepenuhnya mengandalkan keranjang gendong dan kuda sebagai pengangkut.

Sistem jalan raya Laos tidak begitu luas. Sebuah jaringan jalan yang bersifat dasar dibangun pada masa kolonial Prancis dan berlanjut hingga tahun 1950-an berfungsi sebagai penghubung antardesa yang penting, pergerakan barang-barang kebutuhan, serta pemusatan pada pembangunan permukiman baru. Pada pertengahan tahun 1994, perjalanan di sebagian besar daerah merupakan hal yang sulit dan mahal, dan sebagian besar masyarakat Laos hanya bepergian dalam jarak yang singkat. Sejak perbaikan sistem jalan yang dilakukan pada awal dekade 1990-an, maka diharapkan masyarakat akan mudah mendapatkan layanan kesehatan, membawa anak-anak bersekolah di pusat distrik, serta bekerja di luar pedesaan.

Pada bulan Oktober 2015, jalan bebas hambatan pertama yang melintasi Laos selesai dibangun, menghubungkan Tiongkok bagian selatan dan Thailand.

Jalur air, termasuk Sungai Mekong, merupakan jaringan transportasi terpenting kedua. Sekitar 4,600 kilometer dari jalur air yang dapat dilalui terletak di sungai-sungai seperti Mekong, Ou, serta sembilan sungai lainnya. Hanya tujuh puluh persen dari panjang Sungai Mekong yang dapat dilalui karena aliran deras atau tinggi air yang rendah pada musim kemarau.

Penduduk yang tinggal di dataran rendah dan pedesaan yang berada di bantaran anak sungai pada umumnya menggunakan sampan untuk memancing, berdagang, serta mengarungi hulu dan hilir sungai dalam jarak yang tertentu. Asosiasi dagang terbuka dan pribadi mengawasi lalu lintas di sungai. Terdapat pula beberapa gudang penyimpanan dan pelabuhan di Savannakhet, Xeno, dan Vientiane. Transportasi sungai telah meningkat sejak kebijakan pemerintah yang membuka perdagangan dengan Vietnam dan daerah-daerah pedalaman.

Sumber daya alam sunting

 
Ratusan titik api di perbukitan dan lembah-lembah di Myanmar, Thailand, Laos, dan Vietnam (labelled with red dots).

Eksploitasi hutan untuk kebutuhan komersial, rencana pembangunan fasilitas pembangkit listrik tenaga air, kebutuhan dari luar negeri terhadap hewan liar dan hasil hutan di samping kayu untuk pangan serta obat-obatan tradisional, dan pertumbuhan penduduk telah meningkatkan perhatian terhadap hutan-hutan. Secara turun-temurun, hutan merupakan sumber penting untuk pangan liar, tanaman obat, serta kayu balok untuk membangun rumah.

Tanah dapat ditemukan di sekitaran dataran banjir. Umumnya, tanah-tanah ini merupakan tanah aluvial yang terbentuk dari endapan tanah liat berwarna terang atau tanah liat berwarna abu-abu dan kuning yang terbawa sungai. Tanah-tanah di dataran tinggi merupakan tanah yang mengandung granit, sekis, serta berpasir yang menjadikannya asam dan tidak subur. Laos bagian selatan merupakan daerah dengan tanah laterit, sementara Dataran Tinggi Bolaven dipenuhi tanah yang mengandung basal.

Flora dan fauna sunting

Laos bagian utara ditumbuhi oleh pepohonan hutan hujan berdaun lebar dan hutan hijau abadi tropis serta di bagian selatan dipenuhi oleh hutan peluruh. Pada musim hujan, bagian dasar hutan ditumbuhi oleh rerumputan tinggi dan kasar. Pepohonan umumnya hanya mencapai pertumbuhan kedua. Terdapat pula tumbuhan bambu, semak, serta pisang liar yang tersebar. Laos juga merupakan rumah dari ratusan spesies anggrek dan pohon palem.

Hutan dan ladang merupakan tempat berkembangnya kehidupan liar. Kehidupan liar di Laos merangkum sekitar 200 spesies mamalia, jumlah yang sama bagi reptil dan amfibi, serta 700 jenis burung. Mamalia yang umum meliputi seladang, rusa, beruang, dan kera. Hewan-hewan yang terancam meliputi gajah, badak, harimau, beberapa spesies lembu hutan, kera, dan ungka. Ular, bengkarung, katak, serta kadal tersebar secara luas. Burung-burung semacam cikrak, pelanduk, pelatuk, murai, serta burung pemangsa besar hidup di kanopi dan dasar hutan. Beberapa jenis burung hidup di dataran rendah. Terdapat pula beberapa jenis burung yang terancam seperti ibis dan bangau.

Deforestasi sunting

Hingga dekade 1990-an, pemerintah melihat hutan sebagai sebuah cadangan hasil alam untuk konsumsi rumah nonkomersial yang berharga. Usaha pemerintah untuk melindungi kayu keras yang diambil untuk kebutuan komersial menghasilkan tindakan yang melarang peladangan di Laos. Lebih lanjut, pelarangan pemerintah terhadap penebangan hutan untuk kebutuhan pertanian pada akhir dekade 1980-an, bersama dengan usaha untuk memindahkan desa pertanian dataran tinggi yang ditujukan untuk peladangan (ban) secara perlahan ke daerah di dataran rendah yang cocok untuk pertanian padi, memberi efek berarti pada pedesaan dataran tinggi.

Secara tradisional, penduduk di pedesaan umumnya mengandalkan hasil hutan sebagai pangan cadangan pada saat panen padi yang buruk dan sebagai sumber utama untuk buah-buahan dan sayur-sayuran. Namun pada dekade 1990-an, sistem pengumpulan ini mulai menurun di banyak daerah. Pada saat yang bersamaan, perhatian antarbangsa akan kerusakan lingkungan dan hilangnya spesies-spesies kehidupan liar yang unik di Laos telah mendorong pemerintah untuk mempertimbangkan implikasi perkembangan ini.

Walau dengan upaya penghijauan, masih terdapat area besar yang masih diliputi hutan. Hutan-hutan ini mengandung keragaman spesies yang besar dan bervariasi menurut dataran di daerah sekelilingnya. Kayu balak serta sumber mineral dari daerah-daerah ini masih belum sepenuhnya tampak dan pencarian akan emas dan minyak masih belum sepenuhnya dikembangkan.

Beberapa spesies hewan, seperti gajah Asia, panda merah, ikan lele raksasa Mekong, harimau, dan macan dahan berisiko terancam seiring tanah, hutan, dan pertambangan yang kaya akan sumber daya alam dijual kepada negara tetangga.

Wilayah dan perbatasan sunting

 
Sungai Mekong di Luang Prabang, Laos

Wilayah:
total darat: 236.800 km²
daratan non-air: 230.800 km²
daratan berair: 6.000 km²

Garis batas negara:
total: 5.083 km
negara-negara yang berbatasan: Kamboja 541 km, Myanmar 235 km, Republik Rakyat Tiongkok 423 km, Thailand 1,754 km, Vietnam 2,130 km

Garis pantai: 0 km (terkurung daratan)

Klaim kelautan: tidak ada (terkurung daratan)

Tertinggi & terendah:
titik terendah: Sungai Mekong 70 m
titik tertinggi: Phou Bia 2,817 m

Masalah lingkungan sunting

Bahaya alam: banjir, kemarau panjang, hawar dan gempa bumi di wilayah utara.

Polusi udara: peladangan, pembakaran sampah

Lingkungan - masalah saat ini: ranjau darat; pengawahutanan; erosi tanah; sebagian besar penduduk tidak memiliki akses air minum

Lingkungan - persetujuan internasional:
bagian dari: Biodiversitas, Perubahan Iklim, Protokol Kyoto, Desertifikasi, Spesies yang Terancam, Modifikasi Lingkungan, Hukum Laut, Perlindungan Lapisan Ozon
'ditanda tangani, namun belum diratifikasi: tidak ada

Lihat pula sunting

Referensi sunting

"Laos." Encyclopedia Britannica Online. Encyclopedia Britannica, n.d. Web. 13 Nov. 2016.

Kittikhoun, Anoulak. "Small State, Big Revolution: Geography and the Revolution in Laos." Theory & Society 38.1 (2009): 25-55. Print.

Savada, Andrea Matles, et al. Laos: A Country Study. 3rd ed. ed. Washington, DC: Washington, DC: Federal Research Division, Library of Congress: For sale by the Supt. of Docs., U.S. G.P.O, 1995. Print.

"The World Factbook: LAOS." Central Intelligence Agency. Central Intelligence Agency, n.d. Web. 08 Nov. 2016.