George IV dari Britania Raya

Raja Britania Raya dan Irlandia dari tahun 1820 hingga 1830

George IV (George Augustus Frederick; 12 Agustus 1762 – 26 Juni 1830) adalah Raja Kerajaan Bersatu Britania Raya dan Irlandia dan juga Hanover sejak kematian ayahnya George III, pada tanggal 29 Januari 1820 hingga kematiannya sepuluh tahun kemudian. Dari tahun 1811 sampai penobatannya, ia menjabat sebagai Pangeran Wali selama penyakit mental ayahnya kambuh.

George IV
Portret oleh Thomas Lawrence, 1822.
Raja Britania Raya dan Irlandia
Raja Hannover
Berkuasa29 Januari 1820 – 26 Juni 1830
Penobatan19 Juli 1821
PendahuluGeorge III dari Britania Raya
PenerusWilliam IV
Perdana Menteri
Kelahiran(1762-08-12)12 Agustus 1762
Istana St James, London
Kematian26 Juni 1830(1830-06-26) (umur 67)
Kastel Windsor, Berkshire
Pemakaman15 Juli 1830
Kapel St George
PermaisuriCaroline dari Brunswick
KeturunanPutri Charlotte dari Wales
Nama lengkap
George Augustus Frederick
WangsaHannover
AyahGeorge III dari Britania Raya
IbuCharlotte,
Permaisuri Britania Raya
Tanda tanganGeorge IV

George IV memimpin gaya hidup mewah yang memberikan kontribusi untuk mode pada masa Perwalian Britania. Dia adalah seorang pelindung dari bentuk-bentuk baru liburan, gaya dan rasa. Dia menugaskan John Nash untuk membangun Royal Pavilion di Brighton dan merombak Istana Buckingham, dan Sir Jeffry Wyatville untuk membangun kembali Kastel Windsor. Dia berperan penting dalam membangun fondasi dari Galeri Nasional, London dan King's College London.

Dia memiliki hubungan yang buruk baik dengan ayah dan istrinya, Caroline Brunswick, dan ia bahkan melarang untuk menghadiri penobatannya.

Pada masa pemerintahannya, George IV mengalami berbagai peristiwa penting yang turut memengaruhi sejarah Inggris. Salah satu momen paling menonjol adalah ketika ia, meskipun dengan berat hati, terpaksa menyetujui Emansipasi Katolik pada tahun 1829. Keputusan ini membuka jalan bagi umat Katolik untuk menduduki jabatan politik di Inggris dan Irlandia, sebuah langkah yang ia pribadi tolak tetapi tidak dapat dihindari karena tekanan politik yang terus meningkat, terutama dari Perdana Menteri Duke of Wellington dan tokoh reformasi seperti Daniel O'Connell.

Sebagai seorang raja, George IV juga mencatatkan dirinya dalam sejarah melalui kunjungan kenegaraannya. Ia menjadi raja Inggris pertama yang melakukan kunjungan resmi ke Irlandia sejak Richard II pada akhir abad ke-14. Kunjungan ini mencerminkan upayanya untuk menunjukkan kepedulian terhadap wilayah yang sering kali merasa terabaikan oleh pemerintahan Inggris. Setahun setelah kunjungan tersebut, pada tahun 1822, George melakukan perjalanan bersejarah ke Edinburgh. Dengan bantuan Sir Walter Scott, seorang novelis dan penyair terkenal, perjalanan ini diatur untuk mempererat hubungan antara Inggris dan Skotlandia. Perjalanan tersebut menjadikannya raja Inggris pertama yang mengunjungi Skotlandia sejak pertengahan abad ke-17 dan dianggap sebagai momen simbolis dalam memperbaiki hubungan yang sempat tegang.

Sayangnya, kehidupan pribadi George IV diliputi tragedi. Anak sah satu-satunya, Putri Charlotte, yang merupakan harapan besar bagi kelangsungan dinasti, meninggal dunia pada tahun 1817 dalam usia muda setelah melahirkan. Kehilangan Charlotte menjadi pukulan besar, tidak hanya bagi George tetapi juga bagi seluruh bangsa. Tragedi ini semakin dalam dengan kematian adiknya, Pangeran Frederick, Duke of York, pada tahun 1827 tanpa memiliki keturunan. Dengan tidak adanya pewaris langsung, takhta kemudian diwarisi oleh adik laki-laki George, William IV, setelah kematian George IV pada tahun 1830.

Meskipun pemerintahannya sering kali dikritik karena gaya hidupnya yang boros dan kepribadiannya yang kontroversial, masa kekuasaan George IV juga menandai periode penting dalam transisi politik dan budaya Inggris. Ia dikenang sebagai patron seni yang mendukung arsitektur, mode, dan budaya, meninggalkan warisan seperti Brighton Pavilion dan koleksi seni yang berharga, sekaligus menjadi simbol kompleks dari perubahan yang terjadi di era tersebut.

Kehidupan awal

sunting

George lahir di Istana St James, London, pada 12 Agustus 1762, anak pertama dari Raja George III dan Charlotte dari Mecklenburg-Strelitz. Sebagai putra sulung penguasa Inggris, dia secara otomatis diangkat menjadi Adipati Cornwall dan Adipati Rothesay saat lahir; lalu diangkat menjadi Pangeran Wales dan Earl of Chester beberapa hari kemudian. Pada tanggal 18 September tahun yang sama, dia dibaptis oleh Thomas Secker, Uskup Agung Canterbury. Orang tua baptisnya adalah paman dari pihak ibu, yaitu Adolphus Frederick IV, Adipati Mecklenburg-Strelitz (diwakilkan oleh Lord Chamberlain, William Cavendish, Adipati Devonshire ke-4); paman dari pihak ayah, yaitu Pangeran William, Adipati Cumberland; dan neneknya Putri Augusta, Janda Putri Wales. George adalah siswa yang berbakat, dan ia dengan cepat dapat belajar berbicara bahasa Prancis, Jerman, dan Italia, selain bahasa Inggris.

Pada usia 18 tahun, Pangeran George diberikan tempat tinggal terpisah, sebuah kebebasan yang jarang diberikan pada usianya di kalangan keluarga kerajaan. Namun, alih-alih mengikuti jejak ayahnya yang dikenal sederhana dan bebas skandal, George dengan cepat terjun ke dalam gaya hidup mewah yang penuh kemewahan, minuman keras, dan hubungan romantis dengan banyak wanita. Masa kecilnya yang penuh kekerasan emosional dan fisik dari orang tuanya membentuk dirinya menjadi pribadi yang impulsif dan cenderung menghindari tanggung jawab.

Terlepas dari itu, George adalah seorang orator berbakat, baik dalam keadaan sadar maupun mabuk. Dia dikenal memiliki selera seni yang luar biasa, meskipun seringkali terlalu mahal, terutama dalam mendekorasi Carlton House, tempat tinggalnya yang baru. Di sana, ia menciptakan istana yang mewah dengan desain yang mencerminkan kecintaannya pada seni dan budaya, meskipun biayanya sangat tinggi.

Pada usia 21 tahun, tepatnya tahun 1783, George menerima hibah sebesar £60.000 (setara dengan £7.685.000 hari ini) dari Parlemen, ditambah dengan pendapatan tahunan sebesar £50.000 (setara dengan £6.404.000 hari ini) dari ayahnya. Namun, dana ini jauh dari cukup untuk memenuhi gaya hidup borosnya. Bahkan, hanya untuk memelihara istalnya, George menghabiskan sekitar £31.000 per tahun.

George kemudian mendirikan tempat tinggalnya di Carlton House, yang segera menjadi pusat kehidupan sosial dan pesta-pesta mewah. Namun, perilaku borosnya ini memicu permusuhan yang semakin mendalam antara dirinya dan ayahnya, Raja George III. Sang Raja, yang dikenal konservatif secara politik dan mendukung penghematan, kecewa dengan gaya hidup pewarisnya. Ketegangan semakin meningkat ketika George bersikap menentang prinsip-prinsip politik ayahnya dan lebih mendukung politisi radikal seperti Charles James Fox.

Kehidupan Pangeran George saat itu menjadi cerminan dari kontradiksi yang terus melekat dalam dirinya—di satu sisi, ia adalah seorang pemuda yang penuh bakat dan apresiasi terhadap seni, tetapi di sisi lain, ia juga sosok yang tidak mampu menahan dorongan-dorongan impulsif yang merugikannya secara pribadi dan finansial. Hubungan yang tegang dengan ayahnya hanya memperburuk situasi, menciptakan jarak emosional yang semakin lebar antara pewaris dan penguasa takhta.

Saat dia mencapai usia 21 tahun, sang pangeran menjadi tergila-gila dengan Maria Fitzherbert. Maria adalah orang biasa (meskipun cucu dari seorang baronet), enam tahun lebih tua darinya, dua kali menjanda, dan seorang Katolik Roma. Namun demikian, sang pangeran bertekad untuk menikahinya. Ini tentu melanggar hukum dari Act of Settlement 1701, yang melarang pasangan seorang Katolik untuk naik takhta, dan Royal Marriages Act 1772, yang melarang pernikahannya tanpa persetujuan Raja.

 
Miniatur potret oleh Richard Cosway, c. 1780–82

Meskipun demikian, pasangan itu melangsungkan upacara pernikahan pada 15 Desember 1785 di rumah Fitzherbert yang berada di Park Street, Mayfair. Secara hukum Negara itu tidak sah, karena tidak adanya persetujuan dari Raja. Namun, Fitzherbert percaya bahwa dia adalah istri kanonis dan sejati sang pangeran, dan menganggap hukum Gereja lebih tinggi dari hukum Negara. Untuk alasan politik, hubungan mereka tetap dirahasiakan dan Fitzherbert berjanji untuk tidak mengungkapkannya.

Pangeran George terjerat hutang karena gaya hidupnya yang selangit. Ayahnya menolak untuk membantunya, memaksanya keluar dari Carlton House dan tinggal di kediaman Fitzherbert. Pada 1787, sekutu politik pangeran mengusulkan untuk meringankan utangnya dengan hibah parlemen. Hubungan George dengan Fitzherbert dicurigai, dan pengungkapan pernikahan ilegal akan membuat skandal negara dan menghancurkan proposal parlemen untuk membantunya. Bertindak atas otoritas Pangeran George, pemimpin Whig, Charles James Fox menyatakan bahwa cerita itu adalah fitnah. Fitzherbert tidak senang dengan penolakan publik atas pernikahan tersebut dengan istilah yang begitu keras dan mempertimbangkan untuk memutuskan hubungannya dengan George. Dia menenangkannya dengan meminta anggota Whig lain, Richard Brinsley Sheridan, untuk menyatakan kembali pernyataan tegas Fox dengan kata-kata yang lebih hati-hati. Sementara itu, Parlemen memberikan sang pangeran £161.000 (setara dengan £21.765.000 hari ini) untuk membayar utangnya dan £60.000 (setara dengan £8.111.000 hari ini) untuk perbaikan Carlton House.

Kehidupan pernikahan dan simpanannya

sunting

Hutang Pangeran George terus menumpuk, dan ayahnya menolak memberikan bantuan kecuali dia menikahi sepupunya, Putri Caroline dari Brunswick. Caroline dikenal sebagai pribadi yang sembrono, dengan bau badan yang menyengat, dan gaya bicaranya yang sering kali cabul. Pada tahun 1795, George akhirnya setuju untuk menikah dengannya. Mereka melangsungkan pernikahan pada 8 April 1795 di Kapel Kerajaan, Istana St. James.

Namun, pernikahan itu berubah menjadi bencana. Keduanya sama sekali tidak cocok satu sama lain. Mereka secara resmi berpisah setelah kelahiran anak tunggal mereka, Putri Charlotte, pada tahun 1796, dan tidak pernah hidup bersama lagi setelahnya. Meskipun telah menikah dengan Caroline, George tetap memiliki hubungan yang dekat dengan Maria Fitzherbert sepanjang hidupnya, meskipun hubungan tersebut beberapa kali mengalami keterasingan.

Wanita simpanan George termasuk Mary Robinson, seorang aktris yang dia bayar untuk meninggalkan pekerjaannya; Grace Elliott, mantan istri dari seorang dokter; dan Frances Villiers, Countess of Jersey, yang mendominasi hidupnya selama beberapa tahun. Di kemudian hari, gundiknya adalah Marchioness of Hertford dan Marchioness Conyngham. George cenderung memilih wanita yang lebih tua sebagai simpanannya, lebih mencari kasih sayang dan pendampingan emosional daripada sekadar hubungan seksual.

Masalah utang George, yang jumlahnya luar biasa sebesar £630.000 pada tahun 1795 (setara dengan £69.246.000 hari ini), dilunaskan (setidaknya untuk sementara) oleh Parlemen. Karena tidak mau memberikan hibah langsung untuk melunasi hutang ini, itu memberinya tambahan sebesar £65.000 (setara dengan £7.144.000 hari ini) per tahun. Pada tahun 1803, tambahan £60.000 (setara dengan £5.829.000 hari ini) ditambahkan, dan hutang-hutang George pada tahun 1795 akhirnya dihapuskan pada tahun 1806, meskipun hutang yang telah dia keluarkan sejak tahun 1795 tetap ada.

Pada tahun 1804, perselisihan muncul atas hak asuh Putri Charlotte, yang menyebabkan sang Putri ditempatkan di bawah pengasuhan Raja. Hal itu juga menuntun penyelidikan oleh Komisi Penyelidikan Parlemen terhadap perilaku Putri Caroline setelah suaminya menuduhnya memiliki anak di luar nikah. Penyelidikan membebaskan Caroline dari dakwaan tetapi masih mengungkapkan perilaku Caroline yang sangat sembrono.

Pangeran wali

sunting
 
Profil oleh Sir Thomas Lawrence, c. 1814
 
Potret dengan jubah Garter oleh Lawrence, 1816

Pada akhir tahun 1810, kesehatan mental Raja sekali lagi menjadi buruk, ditambah karena kematian putri bungsunya, Putri Amelia. Parlemen setuju untuk mengikuti preseden tahun 1788; tanpa persetujuan Raja, Lord Chancellor membubuhkan segel pada surat paten yang menyebutkan Komisaris Utama. Paten surat tidak memiliki Royal Sign Manual, tetapi disegel atas permintaan resolusi yang disahkan oleh kedua Dewan Parlemen. Komisaris Utama ditunjuk oleh surat paten, atas nama Raja, kemudian menandai pemberian Royal Assent untuk mengesahkan rancangan undang-undang menjadi Undang-Undang Kabupaten 1811. Parlemen membatasi beberapa kekuasaan Pangeran Wali (yang mana adalah Pangeran Wales). Pembatasan berakhir satu tahun setelah pengesahan UU. Pangeran Wales menjadi Pangeran Wali pada 5 Februari 1811.

Selama periode ini, George menaruh minat aktif pada masalah gaya dan selera, dan rekan-rekannya seperti pesolek Beau Brummell dan arsitek John Nash menciptakan gaya Regency. Di London, Nash merancang teras Regency Regent's Park dan Regent Street. George mengambil ide baru untuk membangun Paviliun Brighton sebagai istana tepi laut yang fantastik, diadaptasi oleh Nash dalam gaya "Gotik India" yang terinspirasi oleh Taj Mahal, dengan interior "India" dan "Cina" yang mewah.

Pemerintahan

sunting

Ketika George III meninggal pada tahun 1820, Pangeran Wali, yang saat itu berusia 57 tahun, naik tahta sebagai George IV. Saat penobatannya, ia mengalami obesitas, yang kemungkinan disebabkan oleh kecanduan laudanum. Hubungan George IV dengan istrinya, Caroline, telah memburuk sejak lama. Mereka hidup terpisah sejak 1796, dan keduanya diketahui berselingkuh. Pada tahun 1814, Caroline meninggalkan Inggris dan menetap di benua Eropa, tetapi ia kembali saat penobatan suaminya untuk menegaskan haknya sebagai permaisuri. Namun, George menolak mengakui Caroline sebagai ratu dan meminta duta besar Inggris memastikan bahwa penguasa negara lain juga tidak mengakui Caroline. Nama Caroline bahkan dihapus dari Buku Doa Umum, liturgi resmi Gereja Inggris, atas perintah kerajaan.

Raja berusaha menceraikan Caroline, tetapi penasihatnya memperingatkan bahwa proses perceraian bisa memicu publikasi skandal tentang perselingkuhan George sendiri. Akibatnya, ia mengajukan Pains and Penalties Bill ke Parlemen, sebuah RUU yang memungkinkan hukuman hukum tanpa pengadilan formal. RUU itu dirancang untuk membatalkan pernikahan dan mencabut gelar Ratu Caroline. Namun, RUU tersebut sangat tidak populer di kalangan publik dan akhirnya ditarik dari Parlemen. Meski begitu, George tetap melarang Caroline menghadiri penobatannya di Westminster Abbey pada 19 Juli 1821. Pada hari yang sama, Caroline jatuh sakit dan meninggal beberapa minggu kemudian, pada 7 Agustus.

Penobatan George IV menjadi salah satu yang paling mewah dan mahal, dengan biaya sekitar £243.000 (setara dengan sekitar £23.558.000 pada tahun 2023). Sebagai perbandingan, penobatan ayahnya hanya menghabiskan sekitar £10.000. Meskipun biayanya tinggi, acara ini sangat populer. Pada tahun 1821, George menjadi raja Inggris pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke Irlandia sejak Richard II. Setahun kemudian, ia mengunjungi Edinburgh selama tiga minggu dalam perjalanan yang diatur oleh Sir Walter Scott. Dengan kunjungannya ini, George menjadi raja Inggris pertama yang mengunjungi Skotlandia sejak pertengahan abad ke-17.

 
Potret oleh Sir David Wilkie menggambarkan George selama perjalanannya ke Skotlandia pada tahun 1822.

Kesehatan yang menurun dan penyebab kematian

sunting

George merupakan peminum berat dan gaya hidup yang memanjakan dirinya telah merusak kesehatannya pada akhir tahun 1820-an. Saat masih menjadi Pangeran Wales, dia telah menjadi gemuk melalui porsi makannya yang besar dan konsumsi alkohol yang berlebihan, hal ini membuatnya menjadi sasaran ejekan pada saat dia muncul di depan umum. Pada tahun 1797, berat badannya telah mencapai 111 kg atau 245 lb. Pada tahun 1824, korsetnya dibuat dengan ukuran pinggang 50 inci (130 cm). Dia menderita asam urat, arteriosklerosis, edema perifer ("dropsy"), dan kemungkinan porfiria. Di tahun-tahun terakhirnya, dia menghabiskan sepanjang hari di tempat tidur dan mengalami sesak napas akut dan serius.

Tahun-tahun terakhir George ditandai dengan meningkatnya kerusakan fisik dan mental serta penarikan dirinya dari urusan publik. Pada bulan Desember 1828, seperti ayahnya, George hampir buta total karena katarak, dan menderita encok parah di tangan dan lengan kanannya sehingga dia tidak dapat lagi menandatangani dokumen. George mengonsumsi laudanum untuk melawan nyeri kandung kemih yang parah, yang membuatnya dalam keadaan terbius dan mengalami gangguan mental selama berhari-hari. Dia menjalani operasi untuk menghilangkan katarak pada bulan September 1829, saat itu dia secara teratur meminum lebih dari 100 tetes laudanum sebelum acara kenegaraan.

Pada musim semi tahun 1830, tanda-tanda kematian George semakin nyata. Sebagian besar waktunya dihabiskan di kamar tidur, dengan satu matanya telah buta total hingga ia menggambarkan dirinya sendiri sebagai "buta seperti kumbang." Dalam kondisi itu, ia harus menyetujui undang-undang hanya dengan cap tanda tangannya di hadapan para saksi. Berat badannya tercatat mencapai 130 kg atau 280 lb.

Pada bulan Mei, George mendiktekan wasiatnya. Di bulan-bulan terakhir hidupnya, ia menjadi sangat religius. Kepada seorang diaken agung, ia mengaku telah bertobat dari kehidupannya yang penuh dosa, tetapi berharap belas kasih diberikan karena ia selalu berusaha melakukan yang terbaik untuk rakyatnya. Pada bulan Juni, kondisinya memburuk hingga tidak bisa lagi berbaring. Ia menerima Sakramen pada 14 Juni, disaksikan oleh Lady Conyngham, Halford, dan seorang pendeta. Meski Halford melaporkan kepada Kabinet pada 24 Juni bahwa "batuk Raja masih berlanjut disertai banyak dahak," ia secara pribadi mengatakan kepada istrinya bahwa "semuanya sudah jelas... Sepertinya ini akan selesai sekitar hari Senin."

 
Profil litograf George IV, oleh George Atkinson, dicetak oleh C. Hullmandel, 1821

George meninggal di hari sabtu pukul 3:15 pada tanggal 26 Juni 1830. Sebuah otopsi yang dilakukan oleh dokter mengungkapkan bahwa George telah meninggal karena pendarahan saluran cerna bagian atas akibat pecahnya pembuluh darah di perutnya. Tumor besar "seukuran jeruk" ditemukan menempel di kandung kemihnya; jantungnya membesar, memiliki katup yang sangat terkalsifikasi dan dikelilingi oleh timbunan lemak yang besar. Raja dimakamkan di Kapel St George, Kastil Windsor, pada tanggal 15 Juli.

Daftar pustaka dan Bacaan lebih lanjut

sunting
George IV dari Britania Raya
Cabang kadet Wangsa Welf
Lahir: 12 Agustus 1762 Meninggal: 26 Juni 1830
Gelar kebangsawanan
Didahului oleh:
George III
Raja Britania Raya dan Irlandia
Raja Hannover

29 Januari 1820 – 26 Juni 1830
Diteruskan oleh:
William IV