Gerakan anti perang

Gerakan anti perang sudah lahir sejak meletusnya Perang Dunia I, saat warga Inggris menolak untuk ikut serta dalam wajib militer dan maju ke medan pertempuran.[1]

Para penentang perang dijuluki dengan istilah Conscientious Objector (CO) atau Conchies. Istilah ini memiliki arti "penolak berdasarkan hati nurani". Mereka menolak untuk ikut serta dalam tugas negara dengan alasan pribadi. Pandangan pribadi tersebut berasal dari nilai-nilai agama, moral, dan ideologi politik.

Dalam Perang Dunia I, sebagian pihak menganggap mereka sebagai pengecut, tetapi di saat yang sama mereka memberanikan diri untuk melawan apa yang tidak sesuai dengan keyakinan dan hati nurani. Para penolak perang biasanya menghadapi pilihan yang sulit ketika berhadapan dengan pemerintah: ikut dinas kemiliteran tetapi ditempatkan sebagai non-combatant, atau dipaksa bertugas untuk membantu peperangan di sektor lainnya.

Hal ini jelas mengekang kebebasan berpikir. Seiring berjalannya waktu, para penolak perang terus bersuara demi mendapatkan perhatian dunia, tak terkecuali saat Perang Dunia II dan Perang Dingin.

Menentang gerakan nuklir sunting

Terjadinya bencana bom atom Hiroshima dan Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus 1945 mengawali dimulainya nuclear age, yaitu zaman saat perkembangan senjata nuklir meningkat dengan tajam. Saat itu, peperangan menjadi lebih menakutkan karena jumlah korban yang tewas akibat perang ini sangat banyak. Selain itu, beberapa korban selamat juga merasakan efek yang sangat fatal akibat radiasi dari bom tersebut.

Hal ini membuat gerakan-gerakan anti perang berevolusi ke tingkat lebih tinggi, dengan mengecam senjata nuklir yang menjadi kejahatan baru terhadap kemanusiaan.

Di Inggris, sebuah kelompok pasifis kecil dari Peace Pledge Union (PPU) membentuk komisi anti kekerasan, yang berubah menjadi organisasi Operation Gandhi yang kemudian berubah lagi menjadi Direct Action Committee (DAC). Mereka meminta program nuklir itu diakhiri, menyuruh Inggris untuk keluar dari NATO, serta menuntut AS untuk angkat kaki dari negaranya.

Aksi itu semakin besar dengan dilaksanakannya berbagai percobaan bom hidrogen, baik oleh AS maupun Uni Soviet. Perhatian publik yang sangat besar pasca percobaan bom hidrogen oleh AS yang akhirnya melahirkan Campaign for Nuclear Disarmament (CND) pada tanggal 17 Februari 1958.

Gerakan DAC dan CND akhirnya berjalan beriringan. Tuntutan mereka kepada pemerintah Inggris, AS, serta Uni Soviet sama, yaitu berusaha untuk menghentikan pengetesan, pembuatan, ataupun semua bentuk penyimpangan senjata nuklir secepatnya. Gerakan-gerakan sama juga akhirnya lahir dan mulai muncul, sehingga membuat massa turun ke jalan dan mengikuti aksi protes yang menjadi perhatian publik internasional.

Referensi sunting

  1. ^ Media, Kompas Cyber (2022-12-09). "Perlombaan Senjata Nuklir dan Gerakan Anti-Perang Halaman all". KOMPAS.com. Diakses tanggal 2023-12-02.