Getah perca adalah sebutan untuk beberapa pohon dari genus Palaquium (betawar) dalam famili Sapotaceae. Nama tersebut juga merujuk pada lateks termoplastik yang kaku, yang secara alami lengai secara biologis, ulet, tidak menghantarkan listrik, yang berasal dari pohon tersebut, khususnya dari spesies Palaquium gutta; lateks tersebut merupakan polimer isoprena yang membentuk elastomer seperti karet.

Palaquium gutta

Namanya berasal dari nama tanaman tersebut dalam bahasa Melayu: getah berarti "gom lengket" dan pertja (perca) adalah nama pohon getah perca yang kurang diminati. Oleh karena itu, istilah barat tersebut kemungkinan merupakan gabungan turunan dari nama-nama asli setempat.[1]

Ciri-ciri

sunting
  1. Pohon dengan tinggi sampai 30 meter dan diameter 0,5 meter.
  2. Berbatang tegak dengan warna merah kecoklat-coklatan
  3. Pepagannya berwarna kuning sampai merah dan bergetah putih.
  4. Berdaun tunggal dengan bentuk bundar telur sungsang sampai jorong.
  5. Bunga mengelopak pada ketiak daun.
  6. Tumbuh di hutan tanah rendah dengan ketinggian 500 meter di atas permukaan laut.

Kegunaan

sunting

Tumbuhan ini mempunyai kelas keawetan IV dan kelas kekuatan II. Sehingga cocok digunakan sebagai bahan bangunan, alat rumah tangga, alat olahraga mahupun alat musik tradisional. Getahnya (terutama P. gutta) dapat disadap unutk pembuatan mainan anak-anak. Bijinya mengandung kadar lemak yang tinggi.

Indonesia saat ini merupakan satu-satunya negara yang memiliki perkebunan getah perca di dunia, setelah perkebunan serupa di Brazil dikonversi ke tanaman lain. Kebun seluas 282,88 hektar ini berlokasi di Afdeling III Cipetir, Kebun Sukamaju, PT Perkebunan Nusantara VIII yang telah beroperasi berikut pabrik pengolahannya sejak zaman Belanda. Bahan baku pembuatan getah perca di Pabrik Cipetir adalah daun berikut ranting kecil dari pohon getah perca yang kemudian digiling dengan menggunakan batu besar. Hasil gilingan dimasak sampai 75oC agar getah keluar dari pembuluh daun, kemudian di-folatsi dengan air dingin, setelah itu didinginkan dan disentrifugasi sehingga menghasilkan getah berwarna kekuningan. Selanjutnya dilakukan proses kimia yang meliputi tahap pemisahan damar, pengendapan getah, pemucatan dengan bahan pemucat clay terrana extra, penggilingan dan pengepakan. Getah perca hasil produksi Pabrik Cipetir berwarna putih ke-kreman memiliki nilai rata-rata kadar air 6,09% (5,26%-6,97), kerapatan 1.01 g cm-3 (0,96-1,3 g cm-3), kadar abu 0,074% (0,051-0,093%), suhu pelelehan 72,6 °C dan suhu dekomposisi 482,2 °C.

Dalam perkembangannya, getah perca digunakan untuk berbagai fungsi di bidang kedokteran gigi. Sebagai bahan cetak celah palatum, tes vitalitas gigi, tambalan, retraksi gusi dari tepi cavitas, serta yang paling populer dan tetap bertahan sampai saat ini adalah sebagai bahan pengisi saluran akar.

Secara kimia, getah perca adalah polyterpene, polimer isoprena, atau poliisoprena, khususnya (trans-1,4-poliisoprena). Struktur cis dari poliisoprena adalah elastomer lateks yang umum. Sementara karet lateks bersifat amorf dalam struktur molekul, getah perca (struktur trans) mengkristal sehingga lebih kaku. Dalam aplikasinya di dunia kedokteran gigi, getah perca harus dicampur dengan seng oksida, resin dan garam logam agar fungsinya lebih optimal

Sejauh ini belum ada penelitian metabolomik mengenai getah perca ini. Penelitian metabolomik dapat dilakukan terhadap beberapa varietas Palaquium gutta atau spesies dari genus Palaquium untuk menentukan varietas atau spesies yang menghasilkan getah perca yang paling besar jumlahnya dan kualitasnya paling baik. Kualitas getah perca dapat dilihat dari beberapa parameter yang telah disebutkan sebelumnya.

Referensi

sunting
  1. ^ Thulaja, Naidu, Ratnala; Rahman, Nor-Afidah, A (June 2019). "Gutta percha". National Library Board, Singapore. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2024-09-10. Diakses tanggal 2024-09-10. 

Pranala luar

sunting