Girikerto, Sine, Ngawi

desa di Kecamatan Sine, Ngawi

Girikerto merupakan desa dengan lanskap khas lereng Gunung Lawu yang sudah cukup lama tidak aktif. Desa ini terletak di Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur. Tanahnya berstruktur pegunungan ±800 m dpl dan menerima curah hujan relatif tinggi.Sebagian besar kawasannya berupa area konservasi hutan.Secara administrasi, Desa Girikerto dibagi ke dalam tiga dusun dan satu kampung, yaitu Nglegok, Banjaran, Girikerto dan Kampung Jamus. Desa dengan penduduk berjumlah 2.200 orang ini menempati 1.097.117 hektar. Lahan pertaniannya seluas 62.621 hektar dengan 40% penduduk Desa Girikerto adalah petani.Lahan sisanya yang seluas 365 hektar menjadi milik Perum Perhutani KPH Lawu Utara yang dikelola bersama Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan 275 hektar dimiliki oleh Desa Girikerto yang berada di Kampung Jamus (Anonim, 2012). Di dalam Kampung Jamus terdapat perkebunan teh berusia ribuan tahun (sejak zaman Belanda) yang saat ini dikelola oleh PT Candi Loka. Air yang melimpah dan pemandangan alam yang hijau dengan hutan, gunung, alam pedesaan, dan kebun teh yang menyatu dalam lanskap khas lereng Gunung Lawu menjadi salah satu kelebihan Desa Girikerto (Syahbudin, 2014).

Girikerto
Peta lokasi Desa Girikerto
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Timur
KabupatenNgawi
KecamatanSine
Kode pos
63264
Kode Kemendagri35.21.01.2003 Edit nilai pada Wikidata
Luas1.097,12 km²
Jumlah penduduk2252 jiwa
Kepadatan2.05 jiwa/km²
Peta
PetaKoordinat: 7°33′54″S 111°11′10″E / 7.56500°S 111.18611°E / -7.56500; 111.18611


Penampakan sawah yang ditanami pepadian dan hortikultura.

Sebagian besar petani Desa Girikerto menggarap lahan di sawah terasering dan kebun karet. Mata pencaharian lainnya yaitu beternak sapi dan kambing untuk dikembangbiakkan dan dijual ke pasar atau diambil susunya lalu diolah secara tradisional, sedangkan unggas hanya sebagai konsumsi sehari-hari. Di perkebunan teh, masyarakat hanya sebagai pemetik teh atau buruh pabrik di PT Candi Loka. Pada umumnya kawasan pedesaan di pegunungan identik dengan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang relatif rendah. Minimnya fasilitas pendidikan di Desa Girikerto terlihat dari jumlah institusi pendidikan yang hanya sedikit, bahkan satu atap. Tiga unit Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) tersebar di setiap dusun, kecuali Dusun Girikerto. TK Girikerto berada di satu lahan bersama Kantor Kepala Desa Girikerto. SDN Girikerto I berada di Kampung Jamus dan SDN Girikerto II berada di depan Kantor Kepala Desa Girikerto. Tepat di seberang Kantor Kepala Desa Girikerto, terdapat SMPN III Sine atau yang lebih dikenal dengan SMPN Satu Atap. Beberapa warga desa harus ke desa lain untuk melanjutkan SMA. Sektor peternakan tidaklah terlalu berkembang, relatif stagnan dan masih bersifat subsisten, yakni hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi sehari-hari dan belum dibudidayakan sebagai komoditas (Syahbudin, 2014).

Di sisi lain, kepemilikan lahan yang mayoritas dimilikioleh Perhutani sering kali menjadi masalah dalam pengelolaan tanah untuk kegiatan bercocok tanam bagi masyarakat Desa Girikerto.Pada musim kemarau beberapa warga masyarakat mengambil kayu bakar di hutan.Bahkan, sering kali warga juga menebang di hutan milik Perhutani tersebut (Purwanto, 2014).Padahal hutan tersebut merupakan bagian dari area konservasi hutan lereng Gunung Lawu.Akibatnya keanekaragaman vegetasi di hutan alam pun terus menurun. Bencana tanah longsor dan banjir dimungkinkan dapat terjadi.Menurut Nurhidayat (2013), Nilai Indeks Keanekaragaman vegetasi di hutan alam Gunung Lawu saat ini tergolong sedang. Vegetasi tumbuh secara mengelompok, baik pada tingkat tiang maupun pohon, sebagai bukti telah terjadi pemanenan atau tebang pilih.Secara keseluruhan komposisi jenis berjumlah 13 jenis pohon.Tingkat tiang dan pohon didominasi oleh pasang (L. sundaicus (BI.)Rehd.), pangpung (Macropanax dispermus (BI.)O.K.) dan cale (Ficus punctata Thunb). Riap pertumbuhan terbesar terdapat pada pasang(Lithocarpus sundaicus (BI.)Rehd).

Penampakan menjelang terbitnya matahari (sunrise) dari sisi utara Gunung Lawu

Semakin berkurangnya pepohonan di Gunung Lawu tersebut sangat dimungkinkan dapat mengancam keberadaan jenis-jenis asli hutan alam Gunung Lawu, terutama yang tumbuh di lerengnya.Untuk itu, upaya restorasi, konservasi dan penyadaran kepada masyarakat mengenai keanekaragaman lanskap dan jenis-jenis asli tersebut sangatlah mendesak diperlukan. Optimalisasi kegiatan pemberdayaan masyarakat dan pemanfaatan sumber daya alam di bidang kehutanan, pertanian, peternakan, dan kebencanaanmerupakan beberapa program besar yang tampaknya mampu menghasilkan penyediaan lapangan kerja, peningkatan standar hidup,dan dapat menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya.