Golok tarisi
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Juli 2024. |
Golok tarisi adalah senjata tradisional masyarakat Jasinga, Kabupaten Bogor. Golok ini dibuat di Kampung Cublek, Desa Bagoang, Kecamatan Jasinga yang merupakan sentra pembuatan golok yang diyakini merupakan warisan turun temurun milik leluhur Tionghoa Benteng bernama Tan Cheng Lim.
Golok tarisi | |
---|---|
Golok Tarisi khas Jasinga. | |
Jenis | Golok |
Negara asal | Indonesia |
Sejarah pemakaian | |
Digunakan oleh | Sunda Tionghoa Benteng |
Pada perang | Revolusi Nasional Indonesia |
Sejarah produksi | |
Perancang | Tan Cheng Lim |
Tahun | 1942 |
Sejarah
suntingMenurut masyarakat Jasinga, dikisahkan bahwa kemunculan Golok Tan Cheng Lim ini berawal pada masa penjajahan Belanda pada tahun 1883 silam, sejak datangnya Cheng dan keluarga besarnya dari Batavia. Kemudian pada tahun 1942, setelah datangnya Jepang ke Pulau Jawa banyak pabrik karet swasta yang dirusak dan dikuasai Jepang, para penduduk menguasai seluruh pabrik bekas Belanda yang mayoritas pekerjanya adalah etnis Tionghoa dari Tangerang.[1]
Para pekerja tersebut tinggal di sebuah desa yang bernama Tarisi secara berkelompok dengan beberapa kepala keluarga. Dikisahkan kepala desa Tarisi yaitu Sanusi diminta oleh penjajah Jepang untuk membuat bayonet demi memenuhi kebutuhan militer Jepang. Sanusi menunjuk Tan Cheng Lim, salah seorang pekerja beretnis Tionghoa untuk membuat senjata tersebut.
Pada Agustus 1945, Jepang akhirnya menyerahkan diri, lalu produksi pembuatan pisau diganti dengan pembuatan golok. Golok buatan Tan Cheng Lim ini mempunyai bentuk dan corak yang khas. Perpaduan corak khas Sunda dan Tionghoa menjadi ciri khas dari golok ini. Begitupun dengan sangkar dan gagang yang khusus menggunakan kayu jenis ki areng.
Kendati demikian, tidak ada label atau pun merek yang tercantum di golok tersebut hanya saja terdapat kode dengan tulisan "𝐈𝐈𝐗𝐈𝐈" di bagian punggung golok tersebut. Cheng berpikir, apabila terjadi sesuatu yang fatal dan ditemukannya barang bukti golok ini, maka tidak dapat terlacak dari mana golok ini berasal. Setelah wafatnya Tan Cheng Lim, produksi golok dilanjutkan oleh putranya yang bernama Tan Soe Hay.[2]
Referensi
sunting- ^ "Sejarah Golok Tarisi Dan Cina Jasinga". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-01-21. Diakses tanggal 2022-01-21.
- ^ "Sejarah Golok Tarisi Jasinga Yang Diproduksi Secara Turun Temurun". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-05-17. Diakses tanggal 2022-01-21.