Gua Salukang Kallang
5°02′05″S 119°44′20″E / 5.034819°S 119.738897°E
Gua Salukang Kallang | |
---|---|
Leang Salukang Kallang | |
Lokasi | CA Karaenta TN Babul, Dusun Kappang, Desa Labuaja, Kecamatan Cenrana dan Dusun Pattunuang, Desa Samangki, Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia |
Koordinat | 5.034819, 119.738897 |
Panjang | 27 km[1] (termasuk kedalaman) |
Geologi | karst / batu kapur / batu gamping |
Pintu masuk | 4 |
Daftar pintu masuk | K1 K2 K3 (di Dusun Kappang, Labuaja) K4 |
Situs web | visit cagarbudaya kebudayaan |
Gua Salukang Kallang atau Leang Salukang Kallang (Inggris: Salukang Kallang Cave ) adalah sebuah gua yang berada di kawasan Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung[1] yang dikelola dan dilindungi oleh pemerintah,[1] yang secara administratif terletak di wilayah Dusun Kappang, Desa Labuaja,[2] Kecamatan Cenrana dan Dusun Pattunuang, Desa Samangki,[3] Kecamatan Simbang, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan, Indonesia. Gua Salukang Kallang tipe gua yang kombinasi vertikal-horizontal[1][3] dan gua ini terbentuk dari gugusan karst.[3] Gua ini merupakan gua terpanjang di kawasan Karst Maros-Pangkep atau Taman Nasional Bantimurung-Bulusaraung, bahkan telah dinobatkan sebagai gua terpanjang di Indonesia[2][1][3] dengan akumulasi panjang dan kedalaman mencapai ± 27 km.[1] Gua ini juga merupakan bagian salah satu geosite yang menarik dari Taman Bumi Maros-Pangkep. Untuk menyusuri Gua Salukang Kallang terdapat empat entrance (pintu masuk) yang tersedia, yakni pintu K1, pintu K2, pintu K3, dan pintu K4. Pintu K3 memiliki entrance vertikal. Gua ini dijuluki sebagai surga bawah tanah oleh masyarakat sekitar, karena gua ini terletak dibawah tanah dan di dalamnya banyak menyimpan keindahan layaknya surga yang sering digambarkan di buku-buku.[3] Gua Salukang Kallang sangatlah indah karena pemandangan ornamen-ornamen di dalamnya. Selain itu berdasarkan penelitian gua ini juga memiliki 28 satwa langka. Tapi jangan sembarang masuk ke gua ini jika belum berpengalaman apalagi tidak mempunyai peralatan yang memadai.
Tempat wisata
suntingGua Salukang Kallang telah dijadikan tempat wisata minat khusus untuk susur gua. Gua wisata petualangan ini sangat direkomendasikan terutama di lokasi yang tidak jauh dari ibu kota Sulawesi Selatan, Kota Makassar. Menyusuri gua ini perlu breafing, persipan yang matang dan persediaan peralatan, seperti baju khusus gua, peralatan keamanan, chest harnes, foot loop, senter kepala, tali kernmantel, helm, tali webbing, dan peralatan SRT (single rope technique) fullset. Semuanya menyatu dalam tas techkel bag punggung. Selain itu harus membentuk tim regu atau rombongan.[2] Peralatan seperti helm, head lamp, dan sepatu boot adalah perlengkapan dasar yang harus dikenakan sebab medan yang ditelusuri seringkali memberikan kejutan. Selain, tidak ada sama sekali sinar matahari yang masuk, lantai gua juga basah dan lembab, serta tekstur langit-langit gua kebanyakan landai dan kasar. Terkadang akan membuat kepala dan punggung cedera jika tidak menggunakan pengaman.[1] Gua ini pernah disusuri oleh sebuah Kelompok Pecinta Alam (KPA) Kharisma Indonesia saat melakukan ekspedisi menyusuri gua ini pada tahun 1980-an.
Objek penelitian
suntingSelain menjadi tempat wisata petualangan, gua ini biasa dijadikan objek penelitian dan tempat pelatihan penelusuran gua (caving). Konon, gua yang terbentuk sejak ribuan tahun lalu ini menjadi tempat tinggal bagi para manusia prasejarah. Di lokasi gua ini juga banyak biota dan vegetasi khas menarik untuk dikaji. Kehidupan di dalam gua adalah sesuatu yang sangat unik. Berbagai macam biota gua dapat beradaptasi dan berevolusi menyesuaikan kondisi lingkungannya.[1]
Sumber air bersih
suntingSemakin ke dalam gua tantangan semakin besar, tidak hanya menunduk dan merayap tapi juga berenang menyusuri sungai. Tepat di tengah-tengah gua terdapat aliran sungai jernih. Sungai bawah tanah ini menjadi pemasok utama ketersediaan air bersih bagi kehidupan warga Kabupaten Maros dan sekitarnya. Gua ini telah diakui oleh para peneliti sebagai gua yang memiliki sistem air yang baik, yaitu sungai permukaan DAS Bantimurung. Sungai seringkali dijadikan tempat peristirahatan oleh pengunjung yang ingin menginap di dalam gua.[1]
Aliran sungai bawah tanah yang terdapat di gua ini merupakan sumber air utama yang biasa digunakan sebagai konsumsi. Baik oleh masyarakat sekitar pedesaan Maros ataupun Pemerintah Daerah Kabupaten Maros melalui PDAM Tirta Bantimurung. Keberadaan sungai bawah tanah tersebut patut dijaga kelestariannya. Tidak hanya sistem perguaannya, namun juga vegetasi diatas sistem perguaan tersebut. Dengan adanya vegetasi yang bagus maka sistem tata air pergoaan pun teratur dengan sendirinya.[1]
Aksesibilitas
suntingDari Kota Makassar (40 km) atau Kota Turikale (jarak 25 km atau dapat ditempuh kurang dari satu jam) menuju ke Gua Salukang Kallang dapat diakses dengan kendaraan roda empat atau pun roda dua menyusuri Jalan Poros antar Kabupaten Maros dan Kabupaten Bone di kawasan Cagar Alam Karaenta yang berkelok. Tepat di penghujung hutan karst Cagar Alam Karaenta menjadi titik henti. Dalam perjalanan dapat menikmati pemandangan sawah dan pepohonan liar yang tumbuh di sepanjang jalan. Setiba di area gua, anda bisa memarkirkan kendaraan di pinggir jalan atau menitipkannya di warung dan rumah penduduk. Dari sini masih butuh perjalanan lebih kurang satu kilometer lagi untuk menemukan mulut gua. Kesini harus berhati-hati dan teliti dalam menemukan rute jalan kaki. Mulut Gua Salukang Kallang sangat kecil hanya berdiameter kurang lebih 50 sentimeter di kedalaman kurang lebih 10 meter sehingga membutuhkan peralatan panjat tebing (rapling) untuk meraihnya.
Fisik gua
suntingGua Salukang Kallang tipe gua yang horizontal. Untuk menuju pintu K3 harus menuruni jalan terjal dan berjalan ekstra hati-hati sampai di kaki tebing karst. Jalan menuju gua ditandai dengan aliran air dari karst menuju mulut gua K3. Aliran air yang hampir satu kilometer kemudian alirannya menghilang. Masuk ke sebuah liang berdiameter satu meteran. Satu kilometer terakhir, akan disuguhi hutan perawan. Pepohonan begitu rapat, hanya sedikit cahaya yang menembus lantai hutan. Tak jarang dijumpai pohon beringin yang besar. Banir yang kekar dan lebar menandakan sudah berumur puluhan tahun. Pada penghujung jalan, berbelok kiri. Tak lama kemudian sampailah pada sebuah mulut gua dengan sebatang palem sebagai penandanya. Mulut gua sedalam 7 meter. Menuruni mulut gua dengan menggantung pada seutas tali kernmantel. Teknik ini sering disebut descending. Begitu sampai di ujung tali sudah gelap. Bertanda sudah di dalam gua. Senter di kepala pun dinyalakan.[2]
Air setinggi dada hingga harus merayap. Saat memasuki dalam gua, awalnya masih bisa berdiri tegak, atap gua melengkung seperti terowongan. Namun, semakin dalam memasuki gua, atap gua semakin menyempit. Bahkan, harus merayap bersama lumpur. Sajian ornamen gua yang menghibur saat menelusuri gua. Air yang mengalir membentuk sungai bawah tanah. Namun, kali ini harus menceburkan diri. Selepas dari genangan, terdapat lorong gua yang makin menyempit. Berbentuk seperti huruf M. Sisi kanan terendam air, sementara sisi lain hanya tersisa sedikit celah. Hanya seperti jendela kecil dengan stalaktit yang cukup tajam di atasnya. Harus merayap untuk melewatinya dengan tetap waspada memerhatikan stalaktit di atas atap gua. Sisi gua yang hanya memiliki sedikit celah untuk dijelajahi. Terdapat ruang yang sedikit luas. Namun, untuk keluar, ruang lebih kecil lagi. Keluar dari himpitan kecil itu, terdapat ruang yang cukup luas. Berbagai bentuk ornamen gua yang menghias. Air terus menetes menandakan ornamen tersebut masih hidup dan terus bertambah ukurannya. Pada malam beberapa ekor kelelawar keluar masuk dari gua. Kemudian berjalan menyusuri gelap belantara hutan karst. Menemukan kembali jalan setapak yang samar-samar. Menyusurinya hingga mengantarkan pada jalan poros tempat memarkir kendaraan.[2]
Ketika memasuki gua akan disambut dengan atap gua yang melengkung layaknya terowongan. Semakin masuk ke dalam, maka atap gua pun semakin menyempit dan mengharuskan bisa merayap bersama lumpur. Terdapat genangan air yang cukup dalam setinggi dada orang dewasa. Sehingga untuk bisa melewatinya dibutuhkan kehati-hatian ekstra. Keunikan gua ini bukan hanya terletak pada bagian dalamnya saja, tetapi juga pesona indahnya menjelang senja. Gua ini juga merupakan tempat tinggal bagi sekitar 28 spesies binatang langka. Gua yang berjarak sekitar 40 km dari Kota Makassar ini merupakan sumber dari Air Terjun Bantimurung yang letaknya tidak jauh dari gua tersebut. Gua ini sangat gelap dan harus diterangi dengan senter atau headlamp. Selain kegelapan tersebut, kamu bisa mendengar suara aliran sungai di dalam gua. Di dalam gua ini, ada sungai yang mengalir dan pastinya sangat terjaga kesegarannya. Mulut gua yang berdiameter hanya sekitar 50 cm mengundang penasaran bagi wisatawan yang berkunjung. Selain itu, pesona stalaktit serta stalagmite di dalam gua juga menunjukan fenomena yang indah dengan beragam corak.[3]
Terdapat berbagai macam ornamen yang tersusun rapi dan bisa ditemukan dalam penelusuran gua. Antara lain adalah gordam, gordin, stalagtit, stalagmite, sodastaw, dan berbagai macam ornamen lainya. Mereka berkilauan bagaikan tambang permata. Mereka juga bisa mengeluarkan bunyi indah ketika diketuk. Hati-hati ketika bermain dengan batu tetes (dropstone) ini. Jangan sampai merusaknya karena butuh waktu ratusan tahun membentuk gugusan kerucut indah (sodastraw) di dalam gua. Pembentukan ornamen membutuhkan waktu beratus-ratus tahun lamanya agar menjadi indah.[1]
Lihat pula
suntingReferensi
sunting- ^ a b c d e f g h i j k BSFM (September 2015). "PESONA MAROS : GUA TERPANJANG INDONESIA, SALUKANG KALLANG". www.marosfm.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-01. Diakses tanggal 29 April 2021.
- ^ a b c d e Ismail, Taufiq. "Menyusuri Salukang Kallang, Gua Terpanjang di Indonesia". p3esuma.menlhk.go.id. Diakses tanggal 29 April 2021.
- ^ a b c d e f Batari Tour & Travel (23 Oktober 2018). "Jelajahi Salukang Kallang, Gua Terpanjang di Indonesia". bataritours.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-20. Diakses tanggal 30 April 2021.