Guto
Guto adalah sebuah tradisi Ramadan di Kota Tidore, Provinsi Maluku Utara, dalam menyambut turunnya malam Lailatul Qadar, yang biasanya dilaksanakan pada malam 27 Ramadan. Maka untuk menyambutnya, tiap sudut kampung perlu diterangi cahaya.[1]
Secara fisik, Guto adalah nama untuk semacam obor, terbuat dari potongan bambu yang dipasang melintang. Bambu tersebut lalu diisi minyak tanah di dalamnya dan dilubangi di sejumlah sisinya. Lubang-lubang bambu kemudian dipasangi sumbu. Tradisi Guto sendiri berasa dari masa Sultan Mansur dari Kesultanan Tidore pada abad ke-14. Pada malam Lailatul Qadar, Guto dipasang di depan rumah masing-masing warga muslim, tak hanya di depan rumah, juga di sepanjang jalan, lorong, hingga ke areal pemakaman.[2]
Untuk menanamkan kembali nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Tidore sebagai salah satu media pengontrol budaya modernisasi, maka sejak 2016 Pemerintah Kota Tidore Kepulauan menggelar Festival Guto 2016 dalam upaya memeriahkan bulan suci Ramadan.[3]
Referensi
sunting- ^ "Guto, Tradisi Penyambutan Para Malaikat di Malam Lailatul Qadar". Malut Post Online. 27 Juni 2016. Diakses tanggal 4 Juni 2017.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Redaksi, Tim (28 Juni 2016). "Begini Caranya Menyambut Para Malaikat yang Turun ke Bumi". JPNN.com. jpnn.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-06-07. Diakses tanggal 4 Juni 2017.
- ^ "Pemkot Tidore Kepulauan Gelar Festival Guto". antaramaluku.com. 23 Juni 2016. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-12. Diakses tanggal 4 Juni 2017.