Rangkaian acara dipersiapkan untuk HUT Kota Atambua,[1] yakni:

Penentuan Hari Ulang Tahun Kota Atambua 2015

sunting

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Belu menggelar rapat bersama dengan Tokoh Adat, Tokoh Masyarakat serta Dinas Teknis Pariwisata Belu, tentang penentuan bulan dan tanggal Hari Ulang Tahun (HUT) Kota Atambua, Sabtu, 8 November 2014, di ruang aula Bupati Belu.[2] Pasalnya, sejak awal terbentuknya Kota Atambua, hingga saat ini belum pernah dilakukan perayaan ulang tahun bagi kota Atambua sendiri. Hadir dalam rapat perdana itu, Penjabat Bupati Belu, Willem Foni, Loro Lamaknen Ignatius Kali, Loro Wesey Wehali Pit Muti Parera, Tokoh Adat Paulinus Asa, Ose Luan, Yos Diaz, Kadis Domi Mali, Kaban BPMD Egi Nurak serta Kabag Umum Roni Mau Luma. Dalam rapat tersebut disepekati bersama, jadwal untuk hut Kota Atambua jatuh pada bulan Agustus dalam setiap tahunnya. Sementara untuk tanggalnya belum bisa ditentukan.[2]

Pelaksanaan Hari Ulang Tahun Kota Atambua ke-99 (2015)

sunting

Rencana pelaksanaan HUT ke-99 Kota Atambua pada tanggal 16 Oktober mendatang telah melalui kajian.[1] Pemerintah Kabupaten telah membuat kajian tentang hari jadi Kota Atambua melalui tim pengkaji yang dibentuk dengan surat keputusan Bupati yang terdiri dari unsur-unsur seperti tokoh adat, tokoh agama, pemerintah dan Komisi A DPRD Belu. “Pemerintah sudah kaji, dan Kota Atambua berusia 99 tahun pada tahun ini,” kata Penjabat Bupati Belu, Wilhelmus Foni, menjawab pemandangan umum Fraksi PAN, DPRD Belu yang meminta dikaji lagi, Selasa kemarin, di ruang sidang utama DPRD Belu.[1]

Tim pengkaji paparnya, menghasilkan sejumlah catatan atas hari jadi Kota Atambua sebagai pusat pelayanan publik, yang dituangkan dalam notulen rapat yang bersifat rekomendasi untuk menjadi bahan pertimbangan.

Kajian berdasarkan sumber-sumber lisan dan saksi sejarah yang masih hidup atas nama Drs. Dominikus Luan mantan Kepala Kantor Penerangan zaman orde baru, dan Pater Puplius, SVD di Belanda.[1]

Rencana kajian bersama DPRD sudah diagendakan dalam masa sidang yang akan datang.

“Hal perayaannya, Pemerintah berencana untuk proses penetapan melalui dua tahap yakni, pertama bersifat promotif pada tahun 2015 ketika Kota Atambua berusia 99 tahun terhitung 16 Oktober 1916 dan tahap kedua bersifat perayaan pada tahun 16 Oktober 2016,” ujarnya.

“Pertimbangan kami 99 tahun memiliki angka yang cukup bermakna, dan ini merupakan bentuk persiapan perayaan 1 abad Kota Atambua tahun depan,” pungkas Foni.[1]

Tebe Massal 2015

sunting

Tebe Massal adalah salah satu dari sekian kegiatan yang digelar Pemerintah Kabupaten Belu dalam rangka HUT Kota Atambua yang ke-99 tahun. Tebe Massal ini telah memecahkan rekor MURI, yaitu 4.601 penari Tebe Massal, sebelumnya di Kabupaten Timor Tengah Utara dengan 2.108 penari.

 
Tebe Massal di Atambua, 4000+ penari mengikutinya.
 
Tebe Massal di Atambua, 4000+ penari mengikutinya.

Sebanyak 3.000 penari tebe di siapkan pemerintah Kabupaten Belu, untuk memecahkan rekor Museum Rekor Indonesia (MURI) dalam kegiatan tebe massal yang di laksanakan pada puncak event Belu Expo, Hut 99 kota Atambua, Gerakan cinta Rupiah dan Timoresia yang akan di laksanakan tanggal 16 oktober 2015 mendatang, untuk memastikan tarian tebe itu berlangsung dengan baik maka persiapan latihan terus di lakukan.[3][4][5][6][7]

Saat Memantau kesiapan 3000 penari itu Kepada RRI Sekretaris daerah Belu, Drs Petrus Bere, MM, Kamis (15/10/2015), menjelaskan Tebe Massal yang menghadirkan 3000 penari ini akan memecahkan rekor muri sehingga perlu di lakukan latihan yang baik, karena tarian yang di bawakan harus benar-benar seirama karena tujuan tarian tersebut tidak saja untuk memecahkan rekor muri tetapi untuk mengajak seluruh masyarakat kabupaten Belu bersatu dan lebih mengenal budaya Belu.

“Kami Belu siap pecahkan rekor muri dengan 3000 penari tebe dan nanti mereka akan di iringi oleh lagu yang saya nyanyikan dan ciptakan sendiri, makna yang terkadung dalam tarian tebe ini, untuk mengajak seluruh masyarakat kabupaten Belu bersatu karena semunya bersaudara,” jelasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan dan pariwisata Kabupaten Belu, Dominikus Mali mengatakan, melalui kegiatan Tebe Massal masyarakat diajak untuk semakin membudayakan tarian tradisional sampai di kalangan yang paling kecil, Tebe Massal ini juga sebagai ikon yang akan terus menerus dibawa Kabupaten Belu ketika berhadapan dengan budaya daerah dan bangsa lain, lanjutnya dalam tarian tebe yang di rangkaikan dengan kampanye gerakan cinta rupiah ini akan di buat formasi oleh para penari berupa jantung dan huruf “R” serta “I” yang melambangkan cinta Rupiah.

“Dalam perayaan besar ini (Belu Expo, Gerakan Cinta Rupiah dan 99 Tahun Kota Atambua) kita akan hadirkan 3000 orang dari berbagai elemen masyarakat, untuk bersama-sama menggelar Tebe sebagai bentuk dukungan hiburan kepada masyarakat dan juga untuk memecahkan rekor MURI,” ungkapnya.

Sebagai pencetus kegiatan menari Tebe untuk memecahkan Rekor MURI Kepada Bank Indonesia Naek Tigor Sinaga Mengatakan, kapanye Gerakan Cinta Rupiah Untuk memberikan semangat agar masyarakat mencintau rupiah dan selalu menggunakan rupiah dalam bertansaksi secara khsus masyarakat yang berada di daerah perbatasan dengan timor Leste, menurutnya untuk mensosialisasikan gerakan tersebut akan di laksanakan kegiatan gerakan cinta rupiah yang akan di padukan dengan hut kota atambua dan tomoresia.

“Gerakan cinta rupiah harus di laksanakan di perbatasan agar kedaualatan negara di daerah perbatasan semakin terjaga dengan mencintai rupiah ini merupakan yang kedua kalinya dan kami rangkaikan dengan pemecahan rekor muri menari tebe,” katanya

Untuk diketahui, pembukaan Belu Expo, Festival budaya dan Lomba kuliner yang telah di buka resmi oleh Penjabat Bupat Belu Senin (12/10/2015), Lomba lari 10K “LIKURAI” perbatasan Rabu (14/10/2015), karnaval budaya dan panging hiburan Festival Timor Resia, kamis (15/10/2015), Tebe missal 3000 Penari pemecahan Rekor MURI dan perayaan Hut Kota Atambua ke 99, pangung hiburan gerakan cinta Rupiah BI da penutupan Belu Expo, Festival budaya dan lomba kuliner, Jumat tanggal 16 Oktober 2015.

Referensi

sunting